A.
Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran
intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami
konsep dan menguatkan kompetensiyang dimaksudkan untuk mengasah minat serta bakat anak sejak dini
dengan fokus pada materi esensial,
pengembangan karakter dan kompetensi siswa.Kurikulum baru ini membagi jenjang
kelas mulai kelas 1-12 jadi 6 fase.
Jika pada Kurikulum 2013 siswa harus mempelajari
seluruh mata pelajaran (dari tingkat TK-SMP) dan aka nada penjurusan jadi
IPA/IPS saat SMA, berbeda dengan
Kurikulum Merdeka. Di kurikulum baru ini, siswa
tidak lagi belajar seperti itu. Siswa tidak lagi “dipaksa” untuk belajar mata pelajaran yang tidak
diminatinya. Mereka bisa “merdeka” memilih materi yang diminati dan ingin dipelajari. Inilah maksud dari konsep
Merdeka Belajar. Selain itu, kurikulum ini lebih mengutamakan strategi
pembelajaran berbasis proyek. Maksudnya, siswa akan menerapkan materi yang
sudah dipelajari lewat studi kasus atau proyek. Jadi, pemahaman konsep dapat
terlaksana lebih baik.Nama proyeknya sendiri adalah
Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Adanya proyek ini, fokus siswa
bukan lagi hanya untuk mempersiapkan diri menjawab soal-soal ujian. Dengan ini,
kegiatan belajar-mengajar tentu terasa lebih menyenangkan dan seru, ketimbang
hanya fokus menyelesaikan latihan soal-soal saja. Perubahan Kurikulum
sebelumnya ke Kurikulum Merdeka khususnya pada jenjang SMA yaitu diantaranya:
a.
Tidak ada penjurusan
b.
Siswa akan memilih mata pelajaran kelompok pilihan di
kelas 11 dan 12 sesuai minat dan
bakat masing-masing dengan dipandu oleh guru Bimbingan Konseling.
c.
Siswa bisa mengganti pilihan mata pelajaran di kelas
12, tapi tak disarankan.
B. Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)
Apa itu profil pelajar Pancasila?
Mengapa projek
penguatan profil pelajar Pancasila diperlukan?
Profil pelajar Pancasila adalah karakter dan kemampuan yang dibangun dalam keseharian dan dihidupkan dalam diri setiap individu peserta didik melalui budaya satuan pendidikan, pembelajaran intrakurikuler, projek penguatan profil pelajar Pancasila, dan ekstrakurikuler. Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Profil pelajar Pancasila dirancang untuk menjawab satu pertanyaan besar, yakni peserta didik dengan profil (kompetensi) seperti apa yang ingin dihasilkan oleh sistem pendidikan Indonesia. Dalam konteks tersebut, profil pelajar Pancasila memiliki rumusan kompetensi yang melengkapi fokus di dalam pencapaian Standar Kompetensi Lulusan di setiap jenjang satuan pendidikan dalam hal penanaman karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Tema Projek Profil SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK dan sederajat. Tema-tema utama projek penguatan profil pelajar Pancasila yang dapat dipilih oleh satuan pendidikan adalah sebagai berikut.
1. Gaya Hidup Berkelanjutan
Peserta didik memahami dampak aktivitas manusia, baik jangka pendek maupun panjang, terhadap kelangsungan kehidupan di dunia maupun lingkungan sekitarnya. Peserta didik juga membangun kesadaran untuk bersikap dan berperilaku ramah lingkungan, mempelajari potensi krisis keberlanjutan yang terjadi di lingkungan sekitarnya serta mengembangkan kesiapan untuk menghadapi dan memitigasinya.
Contoh kontekstualisasi tema:
•
Jakarta: situasi banjir
•
Kalimantan: hutan sebagai paru-paru dunia
•
Daerah pedesaan: pemanfaatan sampah
organik
2. Kearifan Lokal
Peserta didik membangun
rasa ingin tahu dan kemampuan inkuiri melalui eksplorasi budaya dan kearifan
lokal masyarakat sekitar atau daerah tersebut, serta perkembangan peserta didik
Contoh kontekstualisasi tema:
•
Jawa Barat: sistem masyarakat di Kampung Naga
•
Papua: sistem masyarakat di Lembah Baliem
•
SMK tata kecantikan: eksplorasi
seni pranata acara adat Jawa
3. Bhinneka Tunggal Ika
Peserta didik mengenal dan mempromosikan budaya
perdamaian dan anti kekerasan, belajar membangun dialog penuh hormat tentang
keberagaman serta nilai-nilai ajaran yang dianutnya. Peserta didik juga mempelajari
perspektif berbagai agama dan kepercayaan, secara kritis dan reflektif menelaah
berbagai stereotip negatif dan dampaknya terhadap terjadinya konflik dan
kekerasan.
4. Bangunlah Jiwa dan Raganya
Peserta didik membangun
kesadaran dan keterampilan memelihara kesehatan fisik dan mental, baik untuk
dirinya maupun orang sekitarnya. Peserta didik
melakukan penelitian dan mendiskusikan masalah-masalah terkait kesejahteraan diri (wellbeing),
perundungan (bullying), serta berupaya mencari jalan keluarnya. Mereka juga menelaah masalah-masalah yang
berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan fisik
dan mental, termasuk isu narkoba,
pornografi, dan kesehatan reproduksi.
5. Suara Demokrasi
Peserta didik menggunakan kemampuan berpikir sistem, menjelaskan keterkaitan antara peran individu terhadap kelangsungan demokrasi Pancasila. Melalui pembelajaran ini peserta didik merefleksikan makna demokrasi dan memahami implementasi demokrasi serta tantangannya dalam konteks yang berbeda, termasuk dalam organisasi sekolah dan/atau dalam dunia kerja
6. Rekayasa dan Teknologi
Peserta didik melatih
daya pikir kritis, kreatif, inovatif, sekaligus kemampuan berempati untuk
berekayasa membangun produk berteknologi yang memudahkan kegiatan diri dan
sekitarnya. Peserta didik dapat
membangun budaya smart society dengan menyelesaikan persoalan-persoalan di
masyarakat sekitarnya melalui inovasi dan penerapan teknologi, mensinergikan
aspek sosial dan aspek teknologi.
7.
Kewirausahaan
Peserta didik mengidentifikasi
potensi ekonomi di tingkat lokal dan masalah yang
ada dalam pengembangan potensi tersebut, serta kaitannya dengan aspek
lingkungan, sosial dan kesejahteraan masyarakat. Melalui kegiatan ini, kreativitas dan budaya kewirausahaan akan ditumbuhkembangkan. Peserta didik juga membuka wawasan tentang peluang
masa depan, peka akan kebutuhan masyarakat, menjadi problem solver yang
terampil, serta siap untuk menjadi
tenaga kerja profesional penuh integritas.
C. Projek Kearifan Lokal
Budaya dan kearifan lokal adalah kekayaan bangsa yang perlu dilestarikan agar tidak punah dan hilang dimakan zaman. Generasi muda sepatutnya bangga dengan khazanah budaya Indonesia yang kaya dan beragam. Kearifan lokal dimaknai sebagai ciri khas etika dan nilai budaya dalam masyarakat lokal yang diwariskan turun temurun. Kearifan lokal juga diartikan sebagai kebijaksanaan atau pengetahuan asli suatu masyarakat yang berasal dari nilai luhur tradisi budaya untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat.
Kearifan lokal merupakan pandangan hidup suatu masyarakat di wilayah tertentu, mengenai lingkungan alam tempat mereka tinggal. Pandangan hidup ini biasanya adalah pandangan hidup yang sudah berurat akar menjadi kepercayaan orang-orang di wilayah tersebut selama puluhan bahkan ratusan tahun. Melestarikan budaya dan kearifan lokal melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila juga dimaknai sebagai suatu upaya menumbuhkan kebanggaan dan penghargaan terhadap produk budaya bangsa, kemauan mengadopsi filosofi-filosofi positif budaya menjadi dasar dalam berpikir, bertindak dan membuat sebuah keputusan, serta mampu menciptakan suatu produk budaya yang bernilai tinggi bahkan memiliki nilai jual.
Kebudayaan Indonesia adalah kebudayaan yang ada dan hanya dimiliki oleh bangsa Indonesia dan setiap kebudayaan daerah mempunyai kearifan tersendiri termasuk provinsi Lampung. Lampung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki banyak keanekaragaman budaya, seperti tarian, alat musik, makanan, permainan, lagu daerah, pakaian adat, serta adat istiadat.
D. Tujuan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran (P5) ini memiliki tujuan yaitu:
- Mempertahankan kebudayaan luhur bangsa, lokalitas, dan identitas suatu budaya
- Menumbuhkan citra dikalangan pelajar bahwa budaya tanah air adalah budaya yang bernilai tinggi sehingga terbangun sikap cinta terhadap budaya bangsa sendiri
- Menumbuhkan rasa saling menghargai dan memungkinkan terbentuknya budaya baru yang positif tapi tidak bertentangan dengan budaya dan nilai luhur Pancasila.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar