Minggu, 22 Oktober 2023

Pengenalan P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila)

A.    Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensiyang dimaksudkan untuk mengasah minat serta bakat anak sejak dini dengan  fokus pada materi esensial, pengembangan karakter dan kompetensi siswa.Kurikulum baru ini membagi jenjang kelas mulai kelas 1-12 jadi 6 fase.

 

Jika pada Kurikulum 2013 siswa harus mempelajari seluruh mata pelajaran (dari tingkat TK-SMP) dan aka nada penjurusan jadi IPA/IPS saat SMA, berbeda dengan Kurikulum Merdeka. Di kurikulum baru ini, siswa tidak lagi belajar seperti itu. Siswa tidak lagi “dipaksa” untuk belajar mata pelajaran yang tidak diminatinya. Mereka bisa “merdeka” memilih materi yang diminati dan ingin dipelajari. Inilah maksud dari konsep Merdeka Belajar. Selain itu, kurikulum ini lebih mengutamakan strategi pembelajaran berbasis proyek. Maksudnya, siswa akan menerapkan materi yang sudah dipelajari lewat studi kasus atau proyek. Jadi, pemahaman konsep dapat terlaksana lebih baik.Nama proyeknya sendiri adalah


Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Adanya proyek ini, fokus siswa bukan lagi hanya untuk mempersiapkan diri menjawab soal-soal ujian. Dengan ini, kegiatan belajar-mengajar tentu terasa lebih menyenangkan dan seru, ketimbang hanya fokus menyelesaikan latihan soal-soal saja. Perubahan Kurikulum sebelumnya ke Kurikulum Merdeka khususnya pada jenjang SMA yaitu diantaranya:

a.                  Tidak ada penjurusan

b.                 Siswa akan memilih mata pelajaran kelompok pilihan di kelas 11 dan 12 sesuai minat dan bakat masing-masing dengan dipandu oleh guru Bimbingan Konseling.

c.                  Siswa bisa mengganti pilihan mata pelajaran di kelas 12, tapi tak disarankan.

 

B.     Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)

Apa itu profil pelajar Pancasila? 

Mengapa projek penguatan profil pelajar Pancasila diperlukan?


Profil pelajar Pancasila adalah karakter dan kemampuan yang dibangun dalam keseharian dan dihidupkan dalam diri setiap individu peserta didik melalui budaya satuan pendidikan, pembelajaran intrakurikuler, projek penguatan profil pelajar Pancasila, dan ekstrakurikuler. Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

Profil pelajar Pancasila dirancang untuk menjawab satu pertanyaan besar, yakni peserta didik dengan profil (kompetensi) seperti apa yang ingin dihasilkan oleh sistem pendidikan Indonesia. Dalam konteks tersebut, profil pelajar Pancasila memiliki rumusan kompetensi yang melengkapi fokus di dalam pencapaian Standar Kompetensi Lulusan di setiap jenjang satuan pendidikan dalam hal penanaman karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Tema Projek Profil SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK dan sederajat. Tema-tema utama projek penguatan profil pelajar Pancasila yang dapat dipilih oleh satuan pendidikan adalah sebagai berikut.

 

1.       Gaya Hidup Berkelanjutan

Peserta didik memahami dampak aktivitas manusia, baik jangka pendek maupun panjang, terhadap   kelangsungan kehidupan di dunia maupun lingkungan sekitarnya. Peserta didik juga membangun kesadaran untuk bersikap dan berperilaku ramah lingkungan, mempelajari potensi krisis keberlanjutan yang terjadi di lingkungan sekitarnya serta mengembangkan kesiapan untuk menghadapi dan memitigasinya.

Contoh kontekstualisasi tema:

            Jakarta: situasi banjir

            Kalimantan: hutan sebagai paru-paru dunia

            Daerah pedesaan: pemanfaatan sampah organik


2.           Kearifan Lokal

Peserta didik membangun rasa ingin tahu dan kemampuan inkuiri melalui eksplorasi budaya dan kearifan lokal masyarakat sekitar atau daerah tersebut, serta perkembangan peserta didik

Contoh kontekstualisasi tema:

            Jawa Barat: sistem masyarakat di Kampung Naga

            Papua: sistem masyarakat di Lembah Baliem

            SMK tata kecantikan: eksplorasi seni pranata acara adat Jawa

 

3.          Bhinneka Tunggal Ika

Peserta didik mengenal dan mempromosikan budaya perdamaian dan anti kekerasan, belajar membangun dialog penuh hormat tentang keberagaman serta nilai-nilai ajaran yang dianutnya. Peserta didik juga mempelajari perspektif berbagai agama dan kepercayaan, secara kritis dan reflektif menelaah berbagai stereotip negatif dan dampaknya terhadap terjadinya konflik dan kekerasan.

4.         Bangunlah Jiwa dan Raganya

Peserta didik membangun kesadaran dan keterampilan memelihara kesehatan fisik dan mental, baik untuk dirinya maupun orang sekitarnya. Peserta didik melakukan penelitian dan mendiskusikan masalah-masalah  terkait kesejahteraan diri (wellbeing), perundungan (bullying), serta berupaya mencari jalan keluarnya. Mereka juga menelaah masalah-masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan fisik dan mental, termasuk isu narkoba, pornografi, dan kesehatan reproduksi.


5.        Suara Demokrasi

Peserta didik menggunakan kemampuan berpikir sistem, menjelaskan keterkaitan antara peran individu terhadap kelangsungan demokrasi Pancasila. Melalui pembelajaran ini peserta didik merefleksikan makna demokrasi dan memahami implementasi demokrasi serta tantangannya dalam konteks yang berbeda, termasuk dalam organisasi sekolah dan/atau dalam dunia kerja

6.         Rekayasa dan Teknologi

Peserta didik melatih daya pikir kritis, kreatif, inovatif, sekaligus kemampuan berempati untuk berekayasa membangun produk berteknologi yang memudahkan kegiatan diri dan sekitarnya. Peserta didik dapat membangun budaya smart society dengan menyelesaikan persoalan-persoalan di masyarakat sekitarnya melalui inovasi dan penerapan teknologi, mensinergikan aspek sosial dan aspek teknologi.

 

7.                     Kewirausahaan

Peserta didik mengidentifikasi potensi ekonomi di tingkat lokal dan masalah yang ada dalam pengembangan potensi tersebut, serta kaitannya dengan aspek lingkungan, sosial dan kesejahteraan masyarakat. Melalui kegiatan ini, kreativitas dan budaya kewirausahaan akan ditumbuhkembangkan. Peserta didik juga membuka wawasan tentang peluang masa depan, peka akan kebutuhan masyarakat, menjadi problem solver yang terampil, serta siap untuk menjadi tenaga kerja profesional penuh integritas.

 

C.   Projek Kearifan Lokal

Budaya dan kearifan lokal adalah kekayaan bangsa yang perlu dilestarikan agar tidak punah dan hilang dimakan zaman. Generasi muda sepatutnya bangga dengan khazanah budaya Indonesia yang kaya dan beragam. Kearifan lokal dimaknai sebagai ciri khas etika dan nilai budaya dalam masyarakat lokal yang diwariskan turun temurun. Kearifan lokal juga diartikan sebagai kebijaksanaan atau pengetahuan asli suatu masyarakat yang berasal dari nilai luhur tradisi budaya untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat. 

Kearifan lokal merupakan pandangan hidup suatu masyarakat di wilayah tertentu, mengenai lingkungan alam tempat mereka tinggal. Pandangan hidup ini biasanya adalah pandangan hidup yang sudah berurat akar menjadi kepercayaan orang-orang di wilayah tersebut selama puluhan bahkan ratusan tahun. Melestarikan budaya dan kearifan lokal melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila juga dimaknai sebagai suatu upaya menumbuhkan kebanggaan dan penghargaan terhadap produk budaya bangsa, kemauan mengadopsi filosofi-filosofi positif budaya menjadi dasar dalam berpikir, bertindak dan membuat sebuah keputusan, serta mampu menciptakan suatu produk budaya yang bernilai tinggi bahkan memiliki nilai jual.

Kebudayaan Indonesia adalah kebudayaan yang ada dan hanya dimiliki oleh bangsa Indonesia dan setiap kebudayaan daerah mempunyai kearifan tersendiri termasuk provinsi Lampung. Lampung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki banyak keanekaragaman budaya, seperti tarian, alat musik, makanan, permainan, lagu daerah, pakaian adat, serta adat istiadat.

 

D.   Tujuan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran (P5) ini memiliki tujuan yaitu:

  1. Mempertahankan kebudayaan luhur bangsa, lokalitas, dan identitas suatu budaya
  2. Menumbuhkan citra dikalangan pelajar bahwa budaya tanah air adalah budaya yang bernilai tinggi sehingga terbangun sikap cinta terhadap budaya bangsa sendiri
  3. Menumbuhkan rasa saling menghargai dan memungkinkan terbentuknya budaya baru yang positif tapi tidak bertentangan dengan budaya dan nilai luhur Pancasila.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Prinsip Menggambar Model

Konsep dan Prosedur Menggambar Model      Model bentuk tiga dimensi meliputi benda berbentuk kubis seperti meja, kursi, lemari, bak sampah...