Jumat, 23 Februari 2024

Koneksi Antar Materi - Modul 3.2

Perkenalkan saya Siti Zubaidah, S.Pd dari SMAN 1 Pardasuka, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung, Calon Guru Penggerak angkatan 9 .akan menyampaikan koneksi antar materi pada modul 3.2. Yang mana pada tulisan saya kali ini merupakan rangkuman dari materi modul 1.1 sampai modul 3.2 yang saling berhubungan.

Sekolah Sebagai Ekosistem

Ekosistem merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Jika diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis.

Satuan Pendidikan Sebagai Komunitas

Satuan pendidikan sebagai sebuah komunitas, mempunyai hak mengatur, melaksanakan, dan mengawasi kegiatan pendidikan agar efisiensi dan efektivitas penyelenggara pendidikan dapat tercapai seperti yang diisyaratkan dalam standar pengelolaan pendidikan. Untuk dapat menyelenggarakan pendidikan secara efektif dan efisien, tentu membutuhkan peran seluruh warga sekolah melalui pendekatan komunitas berbasis aset.

Pendekatan ABCD (Asset-Based Community Development)

Asset-Based Community Development (ABCD) atau Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) adalah suatu pendekatan menekankan pada nilai, prinsip, cara berpikir mengenai dunia, memberikan nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas. Menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna.

Buatlah kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan ‘Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya’ dan bagaimana Anda bisa mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.

Sumber daya sebagai suatu komunitas sekolah adalah suatu kesatuan yang tidak bisa berdiri sendiri. Dalam pengelolaan sumber daya oleh Pemimpin Pembelajaran dalam pemanfaatan pada aset-aset sekolah yang dimiliki dikelola dengan baik oleh seorang pemimpin pembelajaran. Pemanfaatan sumber daya yang ada di sekolah menjadi modal utama dalam membangun kekuatan atau potensi dalam ruang lingkup warga sekolah, lingkungan dan masyarakat, yang bermuara pada kebermanfaatan bagi peserta didik.

Sebagai sebuah ekosistem di sekolah sumber daya yang ada saling berhubungan/ interaksi atau hubungan timbal balik atau saling ketergantungan antara komponen dalam ekosistem, yaitu dalam hal ini adalah komponen biotik yaitu unsur yang hidup dan komponen abiotik, yaitu unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup) ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis.

Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya, seperti hubungan antara murid, kepala sekolah, guru, staf/tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orang tua dan masyarakat sekitar sekolah. Sedangkan faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah: keuangan dan sarana dan prasarana termasuk media pembelajaran dan teknologi informasi komunikasi.

Kekuatan atau potensi sumber daya yang ada di sekolah sebagai pemimpin pembelajaran harus dapat mengimpelementasikan kekuatan tersebut melalui konsep 7 modal utama yang terdapat di sekolah, yakni 1) modal manusia, 2) modal fisik, 3) modal sosial, 4) modal finansial, 5) modal politik, 6) modal lingkungan/alam, 7) modal agama dan budaya.

Pengelolaan 7 modal utama oleh pemimpin pembelajaran sebagai aset/kekuatan sekolah. Pemimpin pembelajaran juga harus dapat memanfaatkan pendekatan berfikir dalam pengelolaan asset, diantaranya Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking) akan melihat dengan cara pandang negatif. memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja, dan Pendekatan Berbasis Aset (Asset-Based Thinking) adalah memusatkan pikiran pada kekuatan positif, pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Jelaskan dan berikan contoh bagaimana hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas

Pengelolaan sumber daya yang tepat dan dapat mendorong pada proses pembelajaran di kelas menjadi lebih berkualitas merupakan bagian dari pengelolaan sumber daya yang ada di sekolah. Modal manusia sebagai sumber daya manusia, yaitu guru dan tenaga kependidikan sebagai salah satu modal yang berkorelasi langsung pada peningkatan pembelajaran yang berkualitas. Sekolah dapat memotivasi guru untuk mengikuti kegiatan pengembangan diri melalui bimtek, diklat, workshop dan kegiatan lain yang mendukung kompetensi diri kekinian.

Pengelolaan modal lingkungan dipadu dengan modal fisik akan berkorelasi dengan peningkatan pembelajaran murid. Lingkungan sekolah yang kondusif dari segi sosial maupun politik akan menciptakan pembelajaran yang nyaman, menyenangkan dan berpihak pada murid. Sumber daya ini sebagai aset sekolah dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

 

Modal sosial melalui kerjasama dengan MGMP sekolah maupun MGMP antar sekolah untuk meningkatkan kompetensi guru. Kerjasama dengan Puskesmas untuk meningkatkan mutu kesehatan di sekolah. Modal fisik adalah bangunan dan sarana prasarana yang dapat dimanfaatkkan sesuai dengan bentuk dan pemanfaatanya, misalnya gedung utama, sarana prasarana pendukung di sekolah. Modal lingkungan/alam yang ada disekitar sekolah adalah sumber daya menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, seperti memanfaatkan lingkungan menjadi area apotik hidup, green house dan tempa sumber belajar tentang obat dan pemanfaatannya.

Modal finansial dengan membuat rencana kerja anggaran sekolah (RKAS) sesuai prioritas dan kebutuhan sekolah sehingga mendukung untuk keberlangsungan proses pembelajaran manjadi lebih berkulitas. Modal politik berupa kerjasama atau kemitraan dengan instansi/dinas terkait yang di pemerintah daerah untuk mendukung program-program sekolah. Modal agama dan budaya untuk membantu pembelajaran menjadi lebih berkualitas yakni melestarikan budaya kearifan lokal misal belajar tari tradisional dan kegiatan religi berupa pondok ramadhan, memperingati hari besar nasional keagamaan melibatkan tokoh agama disekitarnya.

 

Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya

Di dalam ekosistem sekolah terdapat interaksi antara faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik terdiri atas murid, kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orang tua murid dan masyarakat sekitar sekolah. Sedangkan faktor abiotik terdiri atas keuangan serta sarana dan prasarana. Kedua faktor ini saling berinteraksi satu sama lain, di mana satu faktor akan mempengaruhi faktor lainnya, faktor-faktor biotik akan saling membutuhkan satu sama lainnya, sedangkan faktor-faktor abiotik akan berperan mempengaruhi tingkat keberhasilan proses pembelajaran.

Seorang pemimpin diharapkan membangun ekosistem yang dapat merangsang kreativitas untuk menunjang keberhasilan tujuan pendidikan. Keberhasilan sebuah proses pembelajaran sangat tergantung pada cara pandang dalam melihat ekosistemnya: apakah sebagai kekuatan atau sebagai kekurangan. Pemimpin yang memandang semua yang dimiliki adalah suatu kekuatan, tidak akan berfokus pada kekurangan tapi berupaya pada pemanfaatan aset atau sumber daya yang dimiliki. Dengan kata lain, pemimpin harus bisa memberdayakan sumber daya yang ada di sekolahnya untuk mengembangkan dan memajukan sekolah sehingga dapat mencapai visi dan misi sekolahnya.

Berikan beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan/keterkaitan dengan modul lainnya/sebelumnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.

Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional – Ki Hadjar Dewantara

Ki Hadjar Dewantara melalui filosiofinya bahwa pendidikan “ kegiatan menuntun segala kekuatan kodrat yang pada anak-anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setingi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat.” Pemanfaatan asset kekuatan guru dan murid sehingga guru sebagai pemimpin pembelajaran harus dapat melakukan proses pembelajaran yang menyenangkan, dan berpihak pada murid, karena murid bukanlah kertas kosong, namun setiap murid memiliki potensi yang berbeda-beda, dan tugas kita sebagai guru hanya menuntun dan menebalkan potensi yang sudah mereka miliki.

 

Nilai dan Peran Guru Penggerak

Guru sebagai pendidik merupakan salah satu dari 7 modal utama, yaitu modal manusia. Guru sebagai pemimpin pembelajaran nilai dan peran yang sangat penting dalam pembelajarn di kelas sehingga nilai-nilai mandiri, kolaboratif, reflektif, inovatif dan berpihak pada murid harus dijadikan landasan dalam terciptanya pebelajar yang sesuai dengan profil pelajar pancasila. Dan guru juga dapat berperan dalam membangun sinergi di lingkungan sekolah sebagai pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, serta mewujudkan kepemimpinan murid, dengan nilai dan peran guru secara aktif, maka akan menciptakan generasi unggu dengan memanfaatan modal utama untuk menggali potensi murid-muridnya.

Visi Guru Penggerak

Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus memilki visi guru penggerak yang berbasis IA (Inkuiri Apresiatif) melalui alur BAGJA. Pada konsep terebut dapat juga digunakan sebagai pengelolaan sumber daya yang ada disekolah. Inkuiri Apresiatif adalah suatu filosofi, landasan berpikir, yang berfokus pada upaya kolaboratif menemukan hal positif dalam diri seseorang, organisasi, dan dunia sekitarnya, baik dari masa lalu, masa kini, maupun masa depan.

Budaya Positif

Salah satu aset/kekuatan berupa modal agama dan budaya. Budaya positif di lingkungan sekolah merupakan budaya yang mendukung segala bentuk perkembangan murid dengan tujuan memanusikan manusia dengan menerapkan disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, sehingga akan menghasilkan produk murid yang memiliki karakter kuat di masa depan. Misalnya dengan melakukan langkah-langkah resitusi dalam menyelesaikan masalah pada murid sehingga menciptakan murid yang memiliki karakter positif di masa depannya.

Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Murid (Berdiferensiasi)

Pembelajaran berdiferensiasi adalah sebuah cara dalam pembelajaran yang sangat berpihak kepada murid berupa pemetaan murid berupa kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid yang berbeda sesuai dengan keunikannya. Sebelum melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru harus sudah melaksakanan pemetaan terhadap minat belajar siswa. Dalam proses pembelajaran berdiferensiasi akan terwujud, jika pemanfaatan sumber daya yang ada disekolah seperti guru dan murid, seta modal lingkungan, modal fisik dan yang lainnya dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Pembelajaran Sosial dan Emosional

Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) merupakan strategi seorang pemimpin pembelajaran dalam melakukan kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah, yang menekankan pada keterampilan dan pengelolaan mengenai aspek-aspek sosial emosional. Teknik kesadaran diri (mindfulness) juga dapat dijadikan strategi bagaimana cara mengelola sumber daya manusia, yaitu murid melalui tahapan tersebut maka potensi kecerdasan sosial emosional anak bisa berkembang secara optimal.

Coaching untuk Supervisi Akademik

Coaching merupakan sebuah strategi seorang pemimpin pembelajaran untuk melakukan pengembangan kekuatan diri pada diri anak dengan menuntun, mendampingi anak, untuk menggali potensi anak dan memaksimalkannya. Pada proses Coachee memberikan kesempatan anak-anak berkembang dan menggali proses berpikir pada diri anak, yang didalamnya terdapat Caach sebagai pengembangan kekuatan dan potensi pada coachee sebagai lawan bicara.

Pengambilan Keputusan Berdasarkan Nilai-nilai Kebajikan Seorang Pemimpin

Sebagai pemimpin pembelajaran dalam prosesnya akan selalu berhadapan dengan dua situasi yakni, dilema etika dan bujukan moral yang dituntut pada pengembilan keptusan. Sebagai pemimpin pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan yang baik, diharapkan pada pengambilan keputusan tersebut dengan mengedepankan keputusan-keputusan yang bermanfaat bagi seluruh elemen yang terlibat didalamnya,yaitu dengan langkah-langkah pengambilan keputusan berdasarakn 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Prinsip tersebut sanat penting karena hal ini sangat terkait dengan pengelolaan sumber daya yang ada disekolah.

Ceritakan pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini

Sebelum mempelajari dan memahami modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya. Dalam langkah-langkah pengelolaan kelas atau pengambilan keputusan lebih banyak berpikir pada kekurangan.masalah, hal ini menyebabkan perasaan yang pesimis, keraguan, negatif sehingga berakhir dengan kegagalan. Dengan mempelajari modul 3.2 ini, wawasan dan pola pikir mengenai pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya ini menjadi berubah. Ternyata seorang pemimpin harusnya selalu mengedepankan pola pikir berbasis kekuatan/aset yang dimiliki sehingga hal ini membuat kita akan berpikir positif dan optimis dengan memanfaatkan dan memberdayakan sumber daya atau aset yang ada di sekolah dan lingkungan sekitarnya.

 


Selasa, 13 Februari 2024

3.1.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 3.1

Perkenalkan saya Siti Zubaidah, S.Pd dari SMAN 1 Pardasuka, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung, Calon Guru Penggerak angkatan 9 .
Pada kesempatan ini, saya ingin berbagi informasi tentang pengambilan keputusan berbasis nilai - nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin. Namun sebelumnya saya kutipkan kalimat bijak berikut ini untuk menjadikan renungan bagi kita semua

“Mengajarkan anak untuk menghitung itu dengan baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik” Bob Talbert

Pendidikan adalah upaya sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan/atau pelatihan untuk perannya di masa depan. Pada hakikatnya pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki seseorang dan mengarahkannya kepada tujuan-tujuan yang diinginkan, sehingga menjadikan mereka manusia yang berwawasan luas. Pemberdayaan peserta didik difokuskan pada pembentukan karakter pribadinya agar dapat menjadi pribadi yang bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya. Sebagai institusi moral, sekolah berfungsi sebagai miniatur representasi dunia, berkontribusi terhadap pembentukan budaya, nilai, dan moralitas dalam diri setiap siswa. Perilaku warga sekolah dalam menjunjung tinggi penerapan nilai-nilai yang diyakini penting oleh sekolah menjadi contoh bagi siswa.
Seorang pendidik harus mampu memberikan contoh kepada anak didiknya. Hal ini tercermin dalam perilaku mereka sehari-hari, sehingga memungkinkan seorang pendidik menjadi teladan bagi peserta didik dan seluruh warga sekolah, bahkan di lingkungan tempat tinggalnya.
Dalam menjalankan peran kita sebagai pendidik, kita harus mampu memberikan kontribusi kepada peserta didik, dimana setiap proses pengambilan keputusan harus berpihak pada peserta didik dan berlandaskan pada nilai-nilai luhur. Kami menyadari bahwa setiap keputusan yang diambil mencerminkan integritas sekolah, nilai-nilai yang dijunjung tinggi, dan keputusan yang diambil akan menjadi acuan atau contoh bagi seluruh warga sekolah dan sekitarnya. Oleh karena itu, para pendidik senantiasa berupaya untuk menanamkan karakter dengan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang bersifat universal dan mempertimbangkan kebutuhan setiap peserta didik. Hal ini selaras dengan pepatah bijak berikut ini: “Dalam menjalankan tugas kita sebagai pendidik, kita harus berpedoman pada prinsip integritas, menjunjung tinggi kebajikan universal, dan memastikan bahwa keputusan kita bermanfaat bagi siswa dan masyarakat luas.”

Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

memahami kalimat tersebut maka kutipan "pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis" dari Georg Wilhelm Friedrich Hegel mengandung makna bahwa pendidikan bukan hanya tentang memberikan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga tentang membentuk karakter dan perilaku etis pada manusia. Dalam konteks pembelajaran, hal ini berarti bahwa sebagai pemimpin pembelajaran, tugas kita tidak hanya mengajarkan materi, tetapi juga membantu murid untuk mengembangkan karakter dan perilaku etis yang baik. Dalam modul ini, kita belajar tentang pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, kita harus mengambil keputusan yang berpihak pada murid, bersumber pada nilai kebajikan universal, bertanggung jawab, dan dapat menjembatani peserta didik untuk mendapatkan pembelajaran yang sesuai dengan profil belajar masing-masing. Dengan demikian, sebagai seorang pemimpin pembelajaran, kita harus memperhatikan aspek etika dan perilaku etis dalam pengambilan keputusan dan pembelajaran agar dapat membentuk karakter dan perilaku etis pada murid. 

  • Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin ?

Dalam Filosofi Ki Hajar Dewantara dan Pratap Triloka saling berhubungan dan memberikan wawasan berharga bagi penerapan pengambilan keputusan oleh seorang pemimpin. Filosofi Ki Hajar Dewantara yang terangkum dalam “Tut Wuri Handayani” menekankan peran pemimpin sebagai pembimbing dan pembimbing. Ketika para pemimpin menerapkan filosofi ini, mereka tidak hanya memprioritaskan kepentingan mereka sendiri tetapi juga pertumbuhan dan perkembangan anggota tim mereka. Di sisi lain, filosofi Pratap Triloka menggali tiga alam keberadaan, mendorong para pemimpin untuk mempertimbangkan aspek fisik, psikologis, dan metafisik dalam keputusan mereka. Dengan mengintegrasikan filosofi ini ke dalam proses pengambilan keputusan, para pemimpin memperoleh perspektif yang lebih holistik. Mereka membuat keputusan yang seimbang dengan mempertimbangkan kesejahteraan tim, visi jangka panjang, dan pertimbangan etis, yang pada akhirnya mendorong dampak positif pada individu dan komunitas sambil menjaga keselarasan dan keseimbangan dalam pendekatan kepemimpinan mereka.

  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, mempengaruhi prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita sangat mempengaruhi prinsip-prinsip yang kita junjung saat mengambil keputusan. Keyakinan, moral, dan standar etika yang kita pegang teguh berfungsi sebagai kompas yang memandu pilihan kita. Saat dihadapkan pada keputusan, nilai-nilai internal ini membentuk prioritas, preferensi, dan kriteria yang kita gunakan untuk mengevaluasi pilihan. Misalnya, jika kejujuran adalah nilai inti, kita cenderung memprioritaskan transparansi dan kebenaran dalam keputusan kita. Demikian pula, jika empati adalah nilai utama, kita mungkin akan memilih pilihan yang mempertimbangkan kesejahteraan dan perasaan orang lain. Intinya, nilai-nilai kita bertindak sebagai filter yang melaluinya kita menilai implikasi etika, sosial, dan pribadi dari keputusan kita. Prinsip-prinsip tersebut berfungsi sebagai landasan di mana kita membangun prinsip-prinsip kita, memastikan bahwa pilihan-pilihan kita sejalan dengan keyakinan inti yang mendefinisikan siapa kita sebagai individu.

  • Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ' coaching ' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil ? Apakah pengambilan keputusan tersebut sudah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut ? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ' coaching ' yang telah dibahas pada sebelumnya.

Hal utama dalam bahasan pengambilan keputusan sangat erat kaitannya dengan pembinaan atau bimbingan yang diberikan oleh mentor atau fasilitator dalam perjalanan pembelajaran kita, khususnya pada saat mengevaluasi keputusan yang telah kita ambil. Proses pembinaan memainkan peran penting dalam membantu kita menilai efektivitas pengambilan keputusan. Pelatih dapat memberikan wawasan berharga, mengajukan pertanyaan menyelidik, dan memberikan umpan balik konstruktif, yang mendorong kita untuk mengevaluasi secara kritis keputusan yang telah kita ambil. Hal ini membantu kita merenungkan apakah keputusan kita selaras dengan tujuan, nilai, dan aspirasi jangka panjang kita. Selain itu, sesi pelatihan berfungsi sebagai platform untuk mengatasi keraguan atau pertanyaan yang mungkin kita miliki mengenai keputusan kita. Dengan terlibat dalam proses reflektif ini, kita dapat menyempurnakan keterampilan pengambilan keputusan dan membuat pilihan yang lebih tepat di masa depan. Oleh karena itu, pembinaan bertindak sebagai alat yang mendukung dan mendidik yang melengkapi perjalanan pengembangan diri kita dan memastikan bahwa keputusan kita dipertimbangkan dengan baik dan selaras dengan pertumbuhan pribadi dan profesional kita.

  • Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kemampuan seorang guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial-emosionalnya dapat mempengaruhi pengambilan keputusan secara signifikan, terutama ketika menghadapi dilema etika. Pendidik yang memiliki kecerdasan sosial dan emosional yang kuat lebih siap untuk menghadapi permasalahan moral yang kompleks dalam konteks pendidikan. Keterampilan ini memungkinkan mereka untuk berempati dengan sudut pandang dan emosi siswa, sehingga menciptakan lingkungan kelas yang suportif dan inklusif. Ketika dilema etika muncul, guru dengan kesadaran sosial-emosional yang tinggi cenderung mempertimbangkan dampak emosional dari keputusan mereka terhadap siswa, sehingga dapat menghasilkan resolusi yang lebih bijaksana dan penuh kasih sayang. Selain itu, guru seperti ini lebih baik dalam membangun hubungan positif dengan siswanya, yang dapat membuka saluran komunikasi untuk berdiskusi dan mengatasi permasalahan etika yang muncul. Intinya, kompetensi sosial dan emosional seorang guru memainkan peran penting dalam mendorong pengambilan keputusan etis dalam pendidikan, membina lingkungan belajar yang lebih harmonis dan membina bagi semua.

  • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Pembahasan studi kasus yang berpusat pada permasalahan moral atau etika dalam pendidikan selalu bermuara kembali pada nilai-nilai inti yang dianut oleh seorang pendidik. Dalam pertimbangan seperti itu, pendidik didorong untuk melakukan introspeksi, merefleksikan nilai-nilai pribadi mereka dan prinsip-prinsip yang memandu tindakan mereka di kelas. Nilai-nilai yang dipegang teguh ini berfungsi sebagai pedoman moral ketika menghadapi situasi yang rumit secara etika. Keputusan etis seorang guru sering kali dibentuk oleh dedikasinya dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman, adil, dan kondusif bagi pertumbuhan. Selain itu, sikap etis pendidik dipengaruhi oleh kode etik masyarakat dan profesional yang lebih luas, yang menggarisbawahi pentingnya keadilan, kejujuran, dan rasa hormat dalam lingkungan pendidikan. Diskusi ini berfungsi untuk meningkatkan kesadaran diri dan memperdalam pemahaman tentang tanggung jawab etis dan kewajiban intrinsik profesi guru. Pada akhirnya, pengujian dilema moral atau etika dalam pendidikan membantu para pendidik menegaskan kembali komitmen mereka terhadap nilai-nilai ini, memastikan bahwa praktik pengajaran mereka tetap selaras dengan prinsip-prinsip yang mereka junjung tinggi.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat merupakan hal yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Ketika individu, baik dalam peran kepemimpinan atau sebagai bagian dari kelompok, secara konsisten membuat pilihan yang dipertimbangkan dengan baik, efek riaknya adalah suasana yang harmonis dan membina. Keputusan-keputusan tersebut memprioritaskan kesejahteraan dan kebutuhan seluruh pemangku kepentingan, serta memupuk kepercayaan dan kerja sama. Dalam lingkungan pendidikan, misalnya, ketika pendidik, administrator, dan pembuat kebijakan membuat keputusan yang bijaksana, hal ini akan menghasilkan ruang kelas dan sekolah di mana siswa merasa aman, dihormati, dan termotivasi untuk belajar. Dalam konteks yang lebih luas, prinsip ini meluas ke berbagai organisasi dan bahkan komunitas, di mana pengambilan keputusan yang tepat akan mendorong budaya inklusivitas, keadilan, dan pertumbuhan kolektif. Pada dasarnya, kemampuan untuk membuat keputusan yang terinformasi dan etis memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan dan pemeliharaan lingkungan yang tidak hanya positif tetapi juga mendukung dan memperkaya semua orang yang terlibat.

  • Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan di lingkungan saya ketika mengambil keputusan terkait dilema etika sering kali berkisar pada paradigma yang berkembang dalam konteks tersebut. Lanskap norma, nilai, dan harapan masyarakat yang selalu berubah menimbulkan kompleksitas dalam pengambilan keputusan etis. Seiring dengan pergeseran paradigma dan perspektif budaya yang berkembang, apa yang dulu dianggap masuk akal secara etis mungkin tidak lagi berlaku saat ini. Sifat etika yang dinamis ini memerlukan proses refleksi dan adaptasi yang konstan. Selain itu, kemajuan teknologi dan globalisasi telah membawa pertimbangan etis baru, khususnya di bidang seperti privasi data, kecerdasan buatan, dan kelestarian lingkungan. Mengikuti perubahan-perubahan ini dan memastikan bahwa keputusan-keputusan selaras dengan standar-standar etika kontemporer dapat menjadi sebuah tantangan yang signifikan. Selain itu, perspektif yang berbeda-beda di lingkungan saya juga dapat menimbulkan dilema etika, karena setiap individu mungkin mempunyai penafsiran yang berbeda-beda mengenai apa yang benar secara moral. Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini memerlukan komitmen terhadap pendidikan etika yang berkelanjutan, dialog terbuka, dan kemauan untuk menyesuaikan kerangka pengambilan keputusan untuk mengatasi perubahan paradigma dan nuansa etika di zaman kita.

  • Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Keputusan yang kita ambil dalam mengajar mempunyai pengaruh besar dalam memberdayakan siswa kita. Mereka berperan penting dalam membentuk lingkungan belajar yang tidak hanya menyebarkan pengetahuan tetapi juga menumbuhkan kemandirian dan pemberdayaan di kalangan siswa. Untuk menentukan pendekatan yang tepat bagi beragam potensi siswa, penting untuk menerapkan pendekatan yang berpusat pada siswa. Hal ini melibatkan pengakuan dan penghormatan terhadap kekuatan unik, gaya belajar, dan kebutuhan setiap siswa. Dengan menyesuaikan metode pengajaran kami untuk mengakomodasi perbedaan-perbedaan ini, kami dapat memberikan peluang bagi semua siswa untuk berkembang. Pengambilan keputusan yang efektif dalam pengajaran juga melibatkan peningkatan keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan di kalangan siswa kami. Kami bertujuan untuk membimbing mereka dalam membuat pilihan yang tepat dan mengambil kepemilikan atas perjalanan belajar mereka sendiri. Pada akhirnya, keputusan yang kita ambil sebagai pendidik harus mendorong otonomi, rasa percaya diri, dan rasa memiliki hak pilihan di kalangan siswa, mempersiapkan mereka tidak hanya untuk mencapai kesuksesan akademis namun juga untuk masa depan di mana mereka dapat membuat keputusan yang tepat dalam berbagai aspek kehidupan mereka.

  • Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Kemampuan seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat berdampak besar pada kehidupan dan masa depan siswanya. Keputusan yang dibuat oleh seorang pemimpin pendidikan, baik yang berkaitan dengan desain kurikulum, metodologi pengajaran, atau lingkungan sekolah secara keseluruhan, mempunyai konsekuensi yang luas. Pilihan-pilihan ini dapat menentukan kualitas pendidikan yang diterima siswa, berdampak pada pertumbuhan akademis, pengembangan keterampilan, dan keingintahuan intelektual mereka. Selain itu, keputusan kepemimpinan yang efektif dapat menciptakan budaya sekolah yang suportif dan inklusif, menumbuhkan rasa memiliki dan kesejahteraan emosional di kalangan siswa. Selain akademisi, pemimpin pendidikan mempunyai kekuatan untuk menanamkan nilai-nilai, etika, dan pola pikir berkembang pada siswanya, sehingga memengaruhi pengembangan karakter dan pedoman moral mereka. Selain itu, keputusan terkait alokasi sumber daya, pengembangan staf, dan keterlibatan masyarakat dapat meningkatkan pengalaman pendidikan secara keseluruhan, memastikan bahwa siswa siap menghadapi tantangan dan peluang yang ada di depan dalam hidup mereka. Intinya, keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran dapat meninggalkan jejak yang tak terhapuskan pada lintasan dan potensi setiap siswa, sehingga membentuk masa depan pribadi dan profesional mereka

  • Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang diambil dari pembelajaran modul ini dan hubungannya dengan modul-modul sebelumnya menggarisbawahi pentingnya pendekatan pendidikan yang holistik dan adaptif. Melalui berbagai diskusi dan topik yang dibahas dalam modul ini, menjadi jelas bahwa pengajaran dan kepemimpinan yang efektif lebih dari sekadar transmisi pengetahuan. Hal ini memerlukan pemahaman tentang interaksi yang kompleks antara etika, pengambilan keputusan, dan beragam kebutuhan siswa. Modul ini menekankan pentingnya kesadaran sosial dan emosional pendidik, pertimbangan etis, dan kemampuan untuk membuat keputusan yang bermanfaat bagi siswa dan lingkungan belajar. Selain itu, hal ini menyoroti keterkaitan modul-modul pendidikan, yang menunjukkan bahwa setiap aspek pengajaran dan kepemimpinan saling melengkapi. Dengan menggabungkan wawasan dari modul sebelumnya mengenai pedagogi, keterlibatan siswa, dan kepemimpinan, pendidik dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang inklusif dan memberdayakan yang memaksimalkan potensi setiap siswa. Intinya, sintesis modul-modul ini menggarisbawahi sifat pendidikan efektif yang memiliki banyak aspek dan perlunya pendidik untuk terus beradaptasi dan mengintegrasikan pengetahuan mereka untuk memberikan pelayanan terbaik kepada siswanya.

  • Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Pemahaman saya tentang konsep-konsep yang tercakup dalam modul ini, termasuk dilema etika dan godaan moral, empat paradigma pengambilan keputusan, tiga prinsip pengambilan keputusan, dan sembilan langkah pengambilan keputusan dan pengujian, telah semakin mendalam. Modul ini telah menjelaskan seluk-beluk pengambilan keputusan etis, menyoroti kompleksitas moral yang mungkin dihadapi pendidik dalam peran mereka. Keempat paradigma pengambilan keputusan telah memberikan perspektif berharga tentang bagaimana pendekatan yang berbeda dapat diterapkan untuk mengatasi dilema etika. Ketiga prinsip pengambilan keputusan tersebut telah memperkuat pentingnya etika, legalitas, dan profesionalisme dalam memandu pengambilan keputusan. Selain itu, sembilan langkah pengambilan keputusan dan pengujian telah menawarkan kerangka sistematis untuk membuat pilihan yang tepat. Salah satu wawasan yang tidak terduga adalah realisasi betapa konsep-konsep ini saling terkait dengan tanggung jawab pendidik sehari-hari. Dilema etika dan proses pengambilan keputusan yang dibahas dalam modul ini tidak bersifat abstrak namun dapat diterapkan secara langsung pada tantangan yang dihadapi pendidik di lingkungan kelas dan sekolah. Modul ini telah menggarisbawahi peran penting pengambilan keputusan etis dalam pendidikan dan dampak signifikannya terhadap siswa, kolega, dan lingkungan belajar secara keseluruhan. Secara keseluruhan, kedalaman dan kepraktisan konsep-konsep ini telah melebihi harapan saya dan menekankan relevansinya dalam bidang pendidikan.

  • Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini, saya memang pernah menghadapi situasi sebagai seorang pemimpin di mana dilema moral menuntut pengambilan keputusan. Apa yang saya pelajari dari modul ini telah memberikan kerangka terstruktur dan komprehensif untuk menghadapi situasi seperti itu. Sebelumnya, keputusan saya sering kali dipengaruhi oleh etika pribadi dan naluri, namun modul ini telah memperkenalkan saya pada berbagai paradigma, prinsip, dan langkah yang dapat diterapkan untuk membuat keputusan yang lebih tepat dan menyeluruh. Hal ini telah memperluas pemahaman saya tentang dilema etika dan pentingnya mempertimbangkan berbagai perspektif, aspek hukum, dan standar profesional ketika mengambil keputusan. Selain itu, modul ini telah meningkatkan kesadaran saya akan potensi bias dan kesalahan dalam pengambilan keputusan, sehingga mendorong pendekatan yang lebih kritis dan reflektif. Secara keseluruhan, modul ini telah membekali saya dengan perangkat pengambilan keputusan yang lebih sistematis dan etis yang dapat saya terapkan dalam skenario kepemimpinan dunia nyata untuk menavigasi dilema moral dengan lebih efektif.

  • Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Mempelajari konsep ini berdampak besar pada pendekatan saya dalam pengambilan keputusan, baik secara pribadi maupun profesional. Sebelum terlibat dengan modul ini, proses pengambilan keputusan saya sering kali sangat bergantung pada intuisi dan nilai-nilai pribadi. Namun, setelah menyelesaikan modul ini, saya telah mengadopsi pendekatan pengambilan keputusan yang lebih terstruktur dan teliti. Saya sekarang mempunyai apresiasi yang lebih dalam terhadap kompleksitas dilema etika dan kebutuhan untuk mempertimbangkan berbagai faktor yang lebih luas, termasuk paradigma etika, implikasi hukum, dan prinsip-prinsip profesional. Saya lebih cenderung terlibat dalam refleksi kritis dan mencari perspektif yang beragam sebelum mengambil keputusan. Selain itu, saya menjadi lebih sadar akan potensi bias dan jebakan kognitif yang dapat mengaburkan penilaian, dan saya sengaja melakukan upaya untuk memitigasi pengaruh ini dalam proses pengambilan keputusan. Secara keseluruhan, modul ini tidak hanya memperkaya pemahaman saya tentang dilema etika namun juga membekali saya dengan kerangka kerja yang lebih kuat dan masuk akal secara etis dalam mengambil keputusan yang selaras dengan nilai-nilai dan tanggung jawab saya sebagai seorang pemimpin.

  • Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Mempelajari topik-topik yang dibahas dalam modul ini sangatlah penting bagi saya baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin. Sebagai seorang individu, hal ini telah meningkatkan kesadaran etis saya dan memperkaya keterampilan pengambilan keputusan saya dalam kehidupan sehari-hari. Sekarang saya menghadapi dilema pribadi dengan perspektif yang lebih terstruktur dan penuh pertimbangan, memastikan bahwa tindakan saya sejalan dengan nilai-nilai saya. Sebagai seorang pemimpin, pengetahuan ini sangat berharga. Dilema etis dan pengambilan keputusan merupakan hal yang hakiki dalam peran kepemimpinan, dan memahami konsep-konsep ini secara mendalam berdampak langsung pada efektivitas saya. Hal ini memungkinkan saya untuk menavigasi situasi kompleks dengan keyakinan dan integritas yang lebih besar. Selain itu, hal ini memberdayakan saya untuk menciptakan lingkungan yang etis dan inklusif bagi mereka yang saya pimpin, menumbuhkan kepercayaan dan mendorong perilaku etis dalam tim atau organisasi saya. Intinya, modul ini tidak hanya meningkatkan kompas etika pribadi saya namun juga memperkuat kemampuan kepemimpinan saya, memungkinkan saya membuat keputusan yang lebih tepat dan bermoral baik dalam bidang profesional maupun pribadi.

Demikian koneksi antar materi yang saya tuliskan, saya menyadari masih sangat perlu untuk belajar lebih banyak, untuk itu mohon masukannya agar menjadikan motivasi bagi saya untuk selalu tergerak belajar dan melakukan aktivitas yang bermanfaat untuk orang lain. Guru tergerak, bergerak dan menggerakan.

Rabu, 07 Februari 2024

3.1.a.4.1. Eksplorasi Konsep

Kasus 1 :

Pak Frans merupakan guru matematika di SMP Karunia. Pak Frans dikenal sebagai guru yang rajin, ramah, penyabar, dan disukai murid-muridnya. Suatu hari ia sedang mengajar di kelas 8A, guru piket tergopoh-gopoh tiba di depan kelasnya dan mengatakan ada ayahnya Andreas, salah satu murid di kelas 8A di ruang tamu sekolah. Guru piket mengatakan pada pak Frans bahwa ayahnya Andreas ingin menjemput Andreas dan memintanya untuk membantunya bekerja di ladang. Ia juga mengatakan bahwa ayah Andreas datang sambil marah-marah bahkan mengacung-acungkan parang. Pak Frans pun memanggil Andreas dan mengatakan bahwa ia dijemput ayahnya pulang. Andreas langsung memohon sambil menangis agar Pak Frans tidak mengizinkan ia pulang bersama ayahnya. Andreas berkata ia ingin belajar di sekolah dan ia takut dimarah-marahi oleh ayahnya bila membantu ayahnya di ladang, bila melakukan kesalahan sedikit saja. Pak Frans bimbang, antara memenuhi permintaan Andreas atau tidak. Dalam situasi dan kondisi seperti itu, akhirnya Pak Frans memutuskan untuk membawa Andreas ke ruang kepala sekolah, dan meminta saran dari kepala sekolah. Bila Anda adalah kepala sekolahnya, saran apa yang akan anda berikan pada Pak Frans, dan apa alasannya?

  1. Paradigma yang terjadi pada kasus tersebut adalah keadilan lawan rasa kasihan,dan nilai-nilai yang saling bertentangan dalam kasus tersebut adalah tanggung jawab dan kedisiplinan 
  2. Dalam situasi kasus tersebut tidak ada unsur pelanggaran hukum.Namun terdapat pelanggaran hak asasi manusia tentang pendidikan seperti yang dialami Andreas dalam kasus tersebut "masih sekolah namun dijemput ayahnya untuk membantunya bekerja diladang." 
  3. Dalam kasus tersebut terdapat pelanggaran peraturan atau kode etika profesi yaitu Ayah andreas datang kesekolah dengan marah-marah,mengacungkan parang untuk mengajak Andreas pulang. Sebagai wali murid seharusnya ayahnya Adreas tidak melakukan hal tersebut,jika berkunjung ke sekolah harus dengan baik dan sopan serta Ketika berbicara dengan guru harus dengan tutur kata yang sopan tentang maksud dan tujuannya datang kesekolah. 
  4. Menurut saya situasi yang salah dalam kasus tersebut adalah:Menjemput anak belum waktunya pulang,datang ke sekolah dengan marah-marah dan mengacungkan parang,serta tidak memberikan anak waktu untuk belajar ,namun dipaksa untuk membantunya bekerja,padahal anak tersebut dalan keadaan masih belajar. Jika keputusan saya ini akan diviralkan saya siap dan tidak mempermasalahkan hal itu, karna keputusan yang saya ambil memiliki latar belakang yang baik. 
  5. Dalam situasi ini keputusan yang akan diambil oleh panutan saya/idola saya adalah akan melakukan hal yang sama dengan yang saya lakukan 
  6. Menurut pemikiran saya,melihat karakter dari ayahnya andreas,untuk solusi permasalahan kasus ini bisa juga dengan melakukan musyawarah dengan ayahnya andreas untuk mencari solusi atas permasalahan andreas atau dengan melakukan kegiatan "Choaching dengan Alur Tirta"dimana pemasalahan tersebut berasal dari coachee (ayah Andreas) yang tidak mengizinkan anaknya untuk belajar namun disuruh membantunya bekerja,dan solusinya juga dari coachee itu sendiri. 
  7. Keputusan yang saya ambil atas permasalahan tersebut adalah: Mengajak ayahnya andreas bermusyawarah untuk mengizinkan andreas belajar terlebih dahulu sampai waktu pulang sekolah, Mengizinkan andreas untuk kembali belajar dikelas.
  8. Menanamkan kepada andreas sikap sayang dan rasa hormat terhadap orang tuanya. 
  9. Prinsip yang saya gunakan adalah Berpikir Berbasis peraturan karena untuk membuat suatu keputusan harus berdasarkan peraturan yang dibuat.Seorang guru itu adalah orang yang berani mengajar dengan tidak berhenti belajar

 

  1. Jika Situasinya adalah dilema etika, paradigma yang terjadi adalah Rasa Keadilan lawan Rasa Kasihan (justice vs mercy). Nilai nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut adalah nilai kejujuran dan nilai kasih sayang 
  2. Ada unsur pelanggaran hukum pada situasi tersebut karena Ibu Dani menyalahgunakan penggunaan uang MKKS 
  3. Ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut (uji regulasi) karena sebagai bendahara seyogyanya dia dapat mengemban amanah yang diberikan dengan melaksanakan tugas sesuai tupoksi bendahara dengan sebaik baiknya.
  4. Berdasarkan perasaan dan intuisi saya, ada yang salah dalam situasi berikut yaitu perbuatan Ibu Dani tidak sesuai dengan kepercayaan yang diemban dan tupoksinya sebagai bendahara 
  5. Saya merasa agak tidak nyaman ketika keputusan saya dipublikasikan di media cetak/ elektronik dan atau menjadi viral di media sosial, hal itu terjadi karena menurut saya situasi ini juga cenderung merupakan bujukan moral dimana perbuatan ibu Dani bertentangan dengan aturan yang berlaku selaku Beliau sebagai Bendahara. 
  6. Menurut saya keputusan yang saya ambil juga akan sama dengan keputusan panutan saya yaitu kepala sekolah saya 
  7. Sebuah penyelesaian kreatif yang mungkin dapat saya ambil dan tidak terfikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini adalah mungkin saya akan merekomendasikan kepada ibu Dina untuk mengajukan pinjaman ke pihak ketiga semisal bank untuk mengganti dana MKKS yang telah dipakai, sehingga Ibu Dina akan terhindar dari bujukan moral yang ada dan tidak melanggar peraturan, dan pertanggung jawabannya sebagai bendahara MKKS 
  8. Keputusan yang saya ambil adalah saya akan mengadakan diskusi dengan paradigma coaching dengan ibu dina, saya juga akan memberi tenggat waktu kepada ibu Dina maksimal 3 hari sebelum rapat Evaluasi uang tersebut sudah tersedia dengan cara tadi mengajukan pinjaman kepada pihak ketiga secara legal. Jika ibu dina tidak bisa memenuhinya maka saya akan menceritakan apa adanya ketika rapat evaluasi dan meminta saran dan pertimbangan dalam rapat akan hal yang harus dilakukan untuk menyelesaikan hal tersebut 
  9. Prinsip yang saya gunakan adalah Berpikir Berbasis Peraturan (Rule -Based Thinking), dengan perpedoman pada aturan aturan yang harus dipegang ketika seseorang diberikan tanggung jawab sehingga melekat hak dan kewajibannya akan posisinya tersebut.

 

Kasus 2: 

Ibu Azizah adalah kepala sekolah SMP Tunas Bangsa. Ia adalah seorang kepala sekolah yang memiliki integritas dan komitmen yang tinggi. Ia memiliki hubungan profesional yang baik dengan Ibu Dani, Kepala SMA Nusantara. Mereka seringkali berkomunikasi dan bekerjasama sehubungan dengan program-program pendidikan baik di sekolah Ibu Azizah sendiri maupun sekolah Ibu Dani. Baru-baru ini Ibu Azizah terpilih menjadi ketua MKKS-Musyawarah Kerja Kepala Sekolah. Ibu Dani pun terpilih menjadi bendahara MKKS. Awalnya semua program MKKS dibawah kepemimpinan Ibu Azizah berjalan dengan baik sampai pada saatnya diadakan rapat evaluasi semester 1, dimana Ibu Azizah harus memberikan laporan pada Dewan Pembina MKKS, termasuk laporan keuangan. Ibu Azizah pun meminta laporan keuangan pada bendahara yaitu Ibu Dani. Dua minggu sebelum rapat evaluasi, Ibu Azizah pun sibuk mempersiapkan dokumen-dokumen laporan yang dibutuhkan, termasuk dokumen yang berhubungan dengan keuangan. Ia pun menghubungi Ibu Dani, saat itulah Ibu Azizah mengetahui bahwa selama ini Ibu Dani menggunakan sebagian uang MKKS untuk pengobatan putrinya yang sedang sakit dan memerlukan pengobatan yang mahal. Ibu Dani berjanji bahwa uang tersebut akan segera digantikan sebelum rapat evaluasi tiba. Ibu Azizah sebetulnya ragu akan hal tersebut mengingat jumlah uang yang cukup besar. Namun Ibu Dani meminta Ibu Azizah untuk berjanji untuk tidak memberitahu siapapun tentang tindakannya. Apa yang akan dilakukan Anda bila berada di posisi Ibu Azizah, dan mengapa?

  1. 1Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada situasi tersebut? Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut? Paradigma rasa keadilan dan rasa belas kasihan, nilai yang bertentangan nilai keadilan dan belas kasihan. 
  2. Apakah ada unsur pelanggaran hukum dalam situasi tersebut? (Uji legal). Ada pelanggaran hukum, yaitu pengancaman dengan membawa senjata tajam kesekolah dan kekerasan anak suruh bekerja dan dimarahi ketika berbuat salah maka dalam kasus ini, benar lawan salah (bujukan moral) 
  3. Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut? (Uji regulasi). Tidak ada pelanggaran kode etik dan juga tidak ada delima etika. 
  4. Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam situasi ini? (Uji intuisi). Ada uji intuisi dalam kasus ini yang salah adalah orangtua andreas melakukan pengancaman dan mengeksploitasi anak dan sering memarahinya 
  5. Apa yang Anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di media cetak/elektronik atau menjadi viral di media sosial? Apakah Anda merasa nyaman?tidak nyaman karena masih menghargai andreas dan orangtuanya, apabila sampai viral dan hal ini juga bisa memperburuk citra sekolah. 
  6. Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda dalam situasi ini? Menurut saya dengan melakukan dialog dengan orang tua andreas dengan mengedepankan sosial emosional sebagai pemimpin yaitu meredam emosi orangtua andreas. Lalu diajak komunikasi membahas tentang permasalahan kenapa harus membantu bekerja. 
  7. Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)? Mengajak orang tua andreas untuk konsultasi ke tenaga ahli tentang hak-hak anak 
  8. Apa keputusan yang Anda ambil?keputusan yang diambil dengan melakukan diskusi coaching bahwa dengan membawa senjata tajam, memarahi anak merupakan bentuk pelanggaran hukum karena tugas anak belajar, dan membantu orang tua setelah pulang sekolah. 
  9. Prinsip mana yang Anda gunakan, dan mengapa? Prinsip yang saya gunakan yaitu prinsip berpikir berbasis peraturan (Rule Based Thinking) , agar orang tua andreas dapat mengikuti peraturan karena dalam kasus tersebut saat jam belajar anak.

 

Kasus 3 

Sejak pandemi covid-19 melanda dunia, seluruh lini kehidupan manusia terpengaruh, tidak terkecuali dunia pendidikan. Proses belajar mengajar beralih dilakukan dengan cara daring. Dunia bisnis secara keseluruhan juga terkena imbasnya. Banyak orang kehilangan pekerjaan dan berkurang pendapatannya. Hal ini membuat beberapa orangtua murid memindahkan sekolah anak-anaknya ke sekolah yang lebih murah atau menunda menyekolahkan anak-anaknya, terutama di jenjang pendidikan usia dini atau taman kanak-kanak. Banyak TK dan Kelompok Bermain yang menjadi kekurangan murid, tak terkecuali TK dan Taman Bermain Pelangi. Jumlah murid yang telah mendaftar untuk tahun ajaran depan menurun drastis bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kepala sekolah, Ibu Marina, pun harus membuat keputusan yang sulit dalam hal pengelolaan anggaran sumber daya manusia. Dengan turunnya jumlah murid, yayasan menetapkan 5 dari 10 gurunya perlu diberhentikan, agar biaya operasional bulanan sekolah tetap aman dan agar institusi tetap dapat bertahan dalam masa pandemi. Dalam hati kecilnya, sangat berat bagi Ibu Marina untuk melakukan ini, ia tidak tega membayangkan beberapa gurunya akan kehilangan pekerjaan, apalagi di masa-masa sulit pandemi ini. Namun ia juga paham bahwa ia bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dari TK dan Kelompok Bermain yang ia pimpin agar tetap dapat bertahan. Ia pun perlu mengurangi jumlah karyawan agar tetap mampu membayar gaji mereka. Bila Anda berada dalam posisi Ibu Marina, apa yang akan Anda lakukan? Karyawan mana yang akan anda berhentikan, kriteria apa yang akan Anda gunakan? Apa alasannya?

 

  1. Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada situasi tersebut? Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut? 
  2. mengenai jangka pendek dan jangka panjang Apakah ada unsur pelanggaran hukum dalam situasi tersebut? (Uji legal). didalam situasi tersebut tidak ada pelanggaran hanya fokus pada kasih sayang dan kemajuan sekolah 
  3. Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut? (Uji regulasi). tidak ada pelanggaran kode etik, karena semua terjadi sebabnya adalah kondisi yang memaksa hal tersebut.
  4. Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam situasi ini? (Uji intuisi). menjadi kepala sekolah dengan pengambilan langkah tersebut mungkin menjadi hal yang sangat dilema, akan tetapi harus ditentukan dan diputuskan segara . 
  5. Apa yang Anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di media cetak/elektronik atau menjadi viral di media sosial? Apakah Anda merasa nyaman? tidak berpengaruh kepada apapun, dan pastinya masyarakat akan memahamainya 
  6. Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda dalam situasi ini? menentukan dan mengkomunikasikan dengan hati hati dan hati, 
  7. Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)? mengkolaborasikan kasus dan peluang, untuk mencarikan soluasi demi keberpihakan kepada semua, akan tetapi tentunya harus mengutamakan keberpihakan kepada murid 
  8. Apa keputusan yang Anda ambil? menganalisis kemampuan sekolah dan menentukan guru yang memenuhi kualifikasi, dan harus siap menentukan guru sesuai kemampuan. 
  9. Prinsip mana yang Anda gunakan, dan mengapa? pada peraturan dan hasil akhir

 


Koneksi Antar Materi - Modul 3.3

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh Perkenalkan saya Siti Zubaidah, S.Pd dari SMAN 1 Pardasuka, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampun...