Jumat, 08 Maret 2024

Koneksi Antar Materi - Modul 3.3

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Perkenalkan saya Siti Zubaidah, S.Pd dari SMAN 1 Pardasuka, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung, Calon Guru Penggerak angkatan 9 .akan menyampaikan koneksi antar materi pada modul 3.2. Yang mana pada tulisan saya kali ini merupakan rangkuman dari materi modul 1.1 sampai modul 3.2 yang saling berhubungan.

Tujuan Khusus :

CGP dapat melakukan koneksi antar materi yang telah dipelajari dari modul-modul sebelumnya untuk membuat sintesa pemahaman tentang program sekolah yang berdampak pada murid.

Bagaimana perasaan Anda setelah mempelajari modul ini?

Perasaan

Perasaan Saya dalam mempelajari Modul 3.3 dengan materi Pengelolaan Program yang Berdampak Positip pada Murid, adalah sangat Bahagia, karena mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat. Program yang berdampak positip pada murid sangat didambakan oleh sekolah, karena pada dasarnya seluruh sekolah adalah untuk mendidik murid menjadi lebih baik, sehingga program sekolah sudah selayaknya berdampak positip bagi murid.

Sebelum saya mempelajari modul ini, di sekolah  selama ini melaksanakan program dengan menyesuaikan pengelolaan keuangan yang sesuai dengan rancangan yang disetujui, bukan pada kebutuhan yang semestinya murid dapatkan, namun setelah mempelajari modul ini saya menjadi tergerak bahwa program sekolah tidak seluruhnya harus menggunakan aset finansial. Namun justru menggerakkan atau mengembangkan aset yang ada, dan dapat dikembangkan dengan semaksimal mungkin tanpa harus memaksakan diri untuk penggunaan finansial sekolah.

Keterkaitan dengan proses belajar

Secara pribadi selama ini saya seorang guru Bimbingan Konseling sudah melaksanakan assessment kebutuhan murid, namun dalam pelaksanaan yang berpihak pada murid belum bersinergi secara keseleruhan, masih banyak guru yang mengedepankan pengetahuan sehingga perlu adanya berbagi ilmu tentang pembelajran yang berpihak pada murid. Saya ingin melaksanakan pelayanan yang berbasis kebutuhan murid, dengan adanya program berdampak pada murid ini maka angan angan saya terealisasikan bahwa pelayanan pada murid dapat dimaksimalkan dengan bersinergi pada program sekolah yang berdampak pada murid.

Emosi pengalaman belajar

Selama ini banyak ide dan gagasan saya untuk  dapat mengembangkan potensi anak dengan bakat minat anak, namun selalu terbentur dengan kegiatan yang bukan termasuk dalam rencana sekolah atau pendanaan sekolah, sehingga rasa kecewa terjadi, namun dengan adanya mengikuti PGP ini saya semangat untuk menggerakkan program yang sesuai dengan impian anak dan berharap dapat berkolaborasi dengan seluruh warga sekolah tanpa harus dengan mengeluarkan banyak biaya namun dengan asset yang ada disekolah untuk dioptimalkan.

Dalam memberikan pelayanana atau pembelajaran di kelas sering mengalami kekecewaan dengan  ditemukan siswa yang pasif atau tidak semangat belajar. Perlu adanya penyegaran dalam pemberian pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid atau gaya belajar murid, karena karakter murid berbeda dan kemaampuannya pun berbeda.

Keterkaitan dengan kompetensi diri

Nilai dan peran guru penggerak sangat dibutuhkan dalam mengelola sebuah program yang berdampak pada murid. Adanya keinginan diri yang tergerak, bergerak dan menggerakkan komunitas sekolah untuk membuat program yang berdampak pada murid. CGP hendaknya selalu melaksananakan nilai dan peran sebagai guru penggerak yang dapat menciptakan kepemimpinan Murid.  Dalam Guru penggerak melakukan yang terbaik untuk murid, hal ini dapat mendorong saya terus belajar untuk mendorong kepemimpinan murid dan  menciptakan profil pelajar Pancasila.

Sebagai seorang guru perlu pengembangan diri untuk selalu mengikuti perkembangan jaman, untuk dapat memberikan pembelajaran pada murid sesuai dengan keberpihakan ada murid. Terutama saya seorang guru BK harus dapat menggali bakat minat dan juga potensi murid untuk dapat mengembangkan potensinya agar selalu mengembangkan budaya positif, dan juga dapat tercipta kepemimpinan murid dan profil pelajar Pancasila.

Apa intisari yang Anda dapatkan dari modul ini?

Inti sari modul 3.3 ini adalah

A. Student Agency (Kepemimpinan Murid)

Peran guru adalah mendampingi murid dalam mengembangakan potensi .  Empat sifat inti dari human agency adalah “IVAR”. IVAR yaitu  I – Intensi = Kesengajaan (intentionality), V – Visi = Pemikiran ke depan (forethought), A – Aksi = Kereaktifan-diri (self-reactiveness), R – Refleksi = Kereflektifan-diri (self-reflectiveness).

Kepemimpinan murid adalah tentang murid yang bertindak secara aktif, dan membuat keputusan serta pilihan yang bertanggung jawab, daripada hanya sekedar menerima apa yang ditentukan oleh orang lain. Ketika murid menunjukkan agency dalam pembelajaran mereka sendiri, yaitu ketika mereka berperan aktif dalam memutuskan apa dan bagaimana mereka akan belajar, maka mereka cenderung menunjukkan motivasi yang lebih besar untuk belajar dan lebih mampu menentukan tujuan belajar mereka sendiri.

Saat murid menjadi pemimpin dan mengambil peran aktif dalam proses pembelajaran mereka sendiri, maka hubungan yang tercipta antara guru dengan murid akan mengalami perubahan, karena hubungannya akan menjadi bersifat kemitraan, dengan bantuan peran dari seluruh guru.

B. Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid

Saat murid menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran mereka sendiri, maka mereka sebenarnya memiliki suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) dalam proses pembelajaran mereka.

Implementasi Student Agency terlihat saat  murid mendemonstrasikan “student agency”  ketika mereka mampu mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, membuat pilihan-pilihan, menyuarakan opini, mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajar, mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain, dan melakukan tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya.

C. Kepemimpinan Murid dan Profil Pelajar Pancasila

Dalam student agency disebut juga sebagai “kepemimpinan murid” meliputi Voice(suara), Choice (Pilihan), dan Ownership (Kepemilikan). Student Agency ini dilaksanakan maka  dapat menciptakan profil pelajar Pancasila.

Dalam profil pelajar Pancasila meliputi 6 dimensi yaitu

Beriman dan bertaqwa pada Tuhan YME dan berakhlak Mulia, Berkebinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif. Keenam dimensi ini sebenarnya sudah sering diimplementasikan dalam lingkungan Pendidikan. Perlu pengembangan Kembali pada murid akan implementasi dalam kehidupan sehari-hari. Pembentukan profil pelajar Pancasila inilah perlu adanya kolaborasi dari seluruh warga dan lingkungan untuk menciptakannya. Diharapkan Program sekolah semuanya mencerminkan dimensi dalam profil pelajar Pancasila.

Apa  keterkaitan yang dapat Anda lihat antara Modul ini dengan modul-modul sebelumnya?

Keterkaitan modul 3.3 dengan modul sebelumnya

 Koneksi modul 3.3 dengan modul 1.1

Program yang berdampak Positip pada murid haruslah dilaksanakan atas dasar filosofi KHD, yaitu melalui filosofi Ki Hajar Dewantara tentang “menumbuhkan padi”  bahwa dalam mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid, saya sebagai guru sudah memulai mencoba merencanakan program yang mampu membangun ekosistem yang mendukung pembelajaran murid sehingga mampu mengembangkan segala potensi murid sesuai dengan kodratnya. Guru adalah fasilitator dalam menuntun murid untuk dapat memberikan pembelajaran pada murid sehingga mempunyai dampak positip pada murid.

Koneksi modul 3.3 dengan modul 1.2

Sebagai seorang guru, saya mencoba memahami nilai dan peran guru penggerak, sehingga berharap nantinya mampu memainkan peran saya sebagai agen perubahan, dengan senantiasa berperan aktif serta berupaya menggerakkan ekosistem sekolah guna tercapainya pengelolaan program sekolah yang berdampak pada murid untuk menumbuhkembangkan student agency, dan menciptakan profil palajar Pancasila.

Koneksi modul 3.3 dengan modul 1.3

Dalam pembuatan program yang berdampak pada murid tidak terlepas dari VISI sekolah.  Dalam menerapkan visi guru penggerak, saya berupaya merancang sebuah program atau kegiatan pembelajaran disekolah yang tentunya murid menjadi pertimbangan utama saya, dengan harapan program yang saya rancang dapat mendorong bertumbuhkembangnya kepemimpinan murid (student agency), dimana salah satu perancangan program yang saya buat menggunakan model inkuiri apresiatif dengan tahapan BAGJA.  Program yang berdampak pada murid inilah untuk mewujudkan VISI sekolah dengan prakarsa perubahan yang sesuai dengan aset sekolah yang ada untuk menciptakan profil pelajar Pancasila.

Koneksi modul 3.3 dengan modul 1.4

Dalam mengelola program yang berdampak positif bagi murid maka perlu ditunjang dengan adanya budaya positif di sekolah sehingga program-program yang dijalankan dapat berjalan dengan baik dan berkesinambungan sehingga mampu menciptakan kepemimpinan murid (student agency), dan profil pelajar Pancasila.

Koneksi modul 3.3 dengan modul 2.1

Dalam mewujudkan student agency maka pengelolaan program yang berdampak pada murid harus mampu mengakomodir segala perbedaan kebutuhan belajar murid mulai dari kesiapan, minat, dan profil belajar murid. Perbedaan karakter anak inilah yang menjadi dasar dalam pemberian layanan yang sesuai dengan kebutuhan anak. Dengan adanya perbedaan maka akan memunculkan rasa keingintahuan, dan mempunyai ide gagasan serta kepemilikan. Sehingga pembelajaran berdiferensiasi juga memunculkan peran aktif, mengungkapkan pendapat, merefleksikan dan menghasilkan produk dalam pembelajarannya. Hal ini juga sudah mencerminkan implementasi dalam Student Agency.

Koneksi modul 3.3 dengan modul 2.2

Dalam merencanakan program yang berdampak pada murid, perlu mengintegrasikan pembelajaran sosial dan emosional di dalamnya. Hal ini dimaksudkan untuk menempatkan murid pada kesadaran penuh (minfulness). Ketika murid sudah fokus, maka ia akan tenang, berempati, termotivasi dan memiliki sikap tanggung jawab dalam menjalankan program sehingga student agency akan tercipta.

Koneksi modul 3.3 dengan modul 2.3

Coaching sangat penting dilakukan sebagai langkah untuk menggali segala potensi dan mengembangkan keaktifan murid sehingga ia akan mampu untuk menemukan sendiri solusi atas permasalahan yang ia hadapi ketika melaksanakan program sekolah yang berdampak pada murid untuk itu sikap kreatif, inovatif dan kritis dari murid sangat diharapkan agar tercipta kepemimpinan murid (student agency). Begitu juga dengan impian dan harapan anak yang di dapat melalui coaching dengan anak semuanya akan tersalurkan melalui program yang berdampak positip pada murid.

Koneksi modul 3.3 dengan modul 3.1

Dalam perancangan dan pembuatan program sekolah haruslah yang berpihak pada murid, dan dapat dipertanggungjawabkan. Agar keputusan yang kita ambil bersifat efektif dan efisien terkait rancangan program yang ingin dilaksanakan tentunya keputusan tersebut harus memperhatikan 3 prinsip berpikir, 4 paradigma pengambilan keputusan dan melakukan 9 langkah pengajuan dan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Hal itu tentu saja untuk mengantisipasi ketika ada dilema etika ataupun bujukan moral dalam penyelenggaraan kegiatan yang berdampak positif pada murid.

Koneksi modul 3.3 dengan modul 3.2

Dalam perencanaan dan pelaksanaan program yang berdampak pada murid hendaknya menggunakan pendekatan berbasis aset sehingga dalam melaksanakan program tersebut kita dapat memaksimalkan segala potensi yang ada di sekolah. Dengan memaksimalkan segala potensi maka dapat dipastikan program yang direncanakan akan berjalan dengan baik dan berkesinambungan untuk menumbuhkan kepemimpinan murid (student agency).

4.  Setelah melihat keterkaitan antara modul ini dengan modul-modul lainnya jelaskanlah perspektif Anda tentang program yang berdampak positif pada murid. Bagaimana seharusnya program-program  atau kegiatan sekolah harus direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi agar program-program tersebut dapat berdampak positif pada murid?

 Setelah mempelajari modul ini prespektif  kedepan akan program adalah program yang berdampak positip pada murid, yaitu program yang mengedepankan kepemimpinan murid, dengan menggunakan aset yang ada disekolah sesuai dengan keputusan bersama yang mewujudkan visi sekolah.

Program seharusnya dibuat atas dasar impian dan harapan murid, menggunakan aset yang ada disekolah untuk dioptimalkan. Program ini melibatkan anak dan anak aktif langsung dalam merencanakan melaksanakan dan mengevaluasi program. Semua bentuk program akan menciptakan student agency dan menciptakan profil pelajar Pancasila.

Contoh program saya tentang program yang berdampak pada murid adalah pengembangan literasi sekolah. Literasi yang selama ini dikembangkan masih bersifat paksaan. Dalam satu tempat dikumpulkan diwajibkan membaca dan merangkum. Hal ini sangat membosankan bagi para murid. Berdasarkan impian murid, maka saya merencanakan literasi yang menyenangkan dengan Program PILPEN ( pilihan Pendengar) yaitu program yang bersifat ko-kurikuler yang dilaksankan saat istirahat dengan tidak mengganggu aktifitas mereka dalam beristirahat. Dengan bekerjasama seluruh warga sekolah. Pelaksanaannya adalah siswa dan guru menulis apa yang menjadi ide mereka atau gagasan mereka dan sesuai dengan pilihan mereka mau Bahasa Indonesia, inggris, atau sunda. Dan dalam penyiaraan di ruang osis nantinya saat istirahat dilakukan oleh anak murid langsung sesuai dengan jadwalnya, dengan dibantu oleh guru yang piket pula. Adapun evaluasinya setiap minggunya oleh pembina osis. Dan setiap bulannya dirapikan seluruh ide yang ditulis dalam bentuk buku dan ditaruh di perpustakaan sebagai hasil literasi sekolah.

Kegiatan ini melibatkan murid berperan aktif dalam merencanakan dan melaksanakan program. Saat proses pembuatan program juga murid  dilibatkan, dalam pelaksanaan program murid berperan aktif, dan saat evaluasi murid diikut sertakan.


Rangkuman dari Materi modul 3.3 sesuai rubrik penilaian

A. Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar

  1. Pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh

Pengalaman yang saya peroleh Murid adalah aset  manusia yang sangat berharga dalam proses pembelajaran. Harapan dan keinginan guru sebagai fasilitator adalah memunculkan potensi murid sesuai dengan minat dan bakatnya supaya  merangsang mereka untuk bersemangat dalam proses belajarnya sehingga tumbuh tanggung jawab dengan apa yang mereka yakini. Selama ini saya masih berfikir bahwa guru yang memegang kendali terhadap proses pembelajaran murid, persepsi itulah yang menjadikan proses pembelajaran seolah-olah dipaksakan anak harus mengikuti perintah guru, apa program sekolah, sehingga muncul semacam keterpaksaan pada diri murid mengerjakan penugasan yang diberian oleh guru.

Dalam modul 3.3 ini saya semakin memahami bahwa murid kita dapat melakukan aktifitas pembelajaran  lebih dari sekedar menerima perintah  dari guru. Murid secara alami adalah seorang pengamat, penjelajah, penanya, yang memiliki rasa ingin tahu atau minat terhadap berbagai hal. Lewat rasa ingin tahu serta interaksi dan pengalaman mereka dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya, mereka kemudian membangun sendiri pemahaman tentang diri mereka, orang lain, lingkungan sekitar, maupun dunia yang lebih luas. Sebenarnya murid juga memiliki kemampuan untuk mengambil bagian atau peranan dalam proses belajar mereka sendiri. Setelah mempelajari modul ini saya bertekad dengan merancang pembelajaran yang mampu memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan potensinya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri, sehingga potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik. Saya juga akan membuat Program yang berdampak pada murid sesuai impian murid.

  1. Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar

Pengalaman dalam proses pembelajaran setelah membaca dan memahami berbagai modul dari pelatihan guru penggerak ini terutama pada modul 3.3 saya merasakan banyak sekali perubahan, terutama paradigma berfikir saya sebagai seorang guru, ada rasa yang berbeda pada diri saya, muncul keyakinan dan percaya diri saya tentang peran dan fungsi saya sebagai seorang guru, guru adalah seorang seorang fasilitator sekaligus mitra belajar bagi murid. Melalui modul ini pula saya semakin memahami bahwa tugas guru bukan hanya sekedar memberikan materi kepada murid, tapi bagaimana seorang guru mampu menggali, merancang, menemukan setiap potensi dari setiap murid dikelasnya, kelas yang tercipta harus menyenangkan.

Melalui “student agency” murid menjadi mampu mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, membuat pilihan-pilihan, menyuarakan opini, mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajar, mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain, dan melakukan tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya. Sehingga keinginan belajar berdasarkan kesadaran bukan paksaan. Program yang selama ini terlaksana juga belum memenuhi impian murid, namun dengan mengikuti PGP dalam modul ini saya ingin membuat program yang berdampak pada murid, dengan berkolaborasi dengan seluruh warga sekolah.

  1. Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan murid dalam proses belajar 

Selama mempelajari modul-modul dari guru penggerak ini banyak hal baru yang sudah  saya terapkan dalam proses pembelajaran di kelas, saya sudah mengurangi peran saya sebagai leader utama dikelas terutama memaksakan kehendak saya dikelas, dulu saya sering beranggapan bahwa anak harus memahami apa mau saya, sekarang dengan pemahaman baru setelah menyelesaikan materi pada modul 3.3 ini saya sudah mulai berkolaborasi dengan murid dalam menciptakan kelas yang membahagiakan mereka, bagaimana menciptakan kelas-kelas yang dicintai murid, bagaimana murid mulai membuat proyek-proyek yang mereka mereka mau sesuai dengan bakat dan potensi  mereka, sementara peran saya adalah sebagai fasilitator dan  mitra belajar mereka dengan memberikan mereka tantangan, menjadi motivator dan juga kontroling pada proses pembelajaran yang diselenggarakan, diantara berbagai program yang saya buat bersama mereka adalah proyek bisa berbentuk poster, pembuatan video naratif materi, berbagi cerita inspiratif pembelajaran, dan lain sebagainya.

  1. Apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan murid dalam proses belajar

Beberapa hal yang masih perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan murid dalam proses belajar adalah saya harus merancang dan menemukan ide-ide baru yang disukai murid sehingga murid dapat lebih kreatif, inovatif, dan tidak bosan dengan berbagai program yang selama ini sudah berjalan, saya juga harus terus konsisten dalam menumbuhkan voice, choice dan ownership (Student Agency) murid dengan melibatkan mereka dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid. Program yang dibuat harus sesuai impian murid, sehingga tercipta kepemimpinan murid dan profil pelajar Pancasila.

  1. Implikasi terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi

Implikasi terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi saya adalah saya semakin terlatih dan bertambah keyakinan untuk mampu merancang berbagai program yang berdampak positip pada murid dan  berpihak pada kepemimpinan murid melalui berbagai penguatan materi yang telah saya dapatkan dan pelajari baik dari modul di LMS, pemahaman oleh fasilitator, pengajar praktik,  dan instruktur serta informasi pada  ruang kolaborasi dengan rekan sejawat. Implementasi materi dalam PGP akan sangat berguna badi diri sendiri dan sekolah untuk mengembangkan potensi yang ada. Dari kegiatan PGP selalu ada aksinyata, maka kegiatan inilah bukti dalam implementasi kegiatan PGP di lingkungan  saya bekerja.

B. Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP

  1. Pertanyaan kritis yang muncul setelah mempelajari modul 3.3

Bagaimana merancang sebuah program yang dapat mendorong murid untuk menumbuhkembangkan Kepemimpinan murid ( Student Agency)  dalam proses pembelajaran di kelas ?

Bagaimana merancang program sekolah yang dapat menumbuhkembangkan kepemimpinan murid (Student Agency) yang berdapak positip pada murid, dengan menggunakan aset yang ada dan mampu menciptakan profil pelajar Pancasila?

Bagaimana cara pelaksanaan program agar seluruh ekosistem sekolah dapat terlibat dalam pengelolaan program yang berdampak positip pada murid untuk menciptakan kepemimpinan murid dan profil pelajar Pancasila ?

  1. Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru

Pengalaman belajar yang dialami oleh murid di dalam kelas akan membentuk serta mempengaruhi karakter serta kepribadiannya, jadi sudah selayaknya guru mampu merancang pembelajaran yang memfasilitasi lingkungan belajar murid sehingga tujuan pendidikan sesuai filosofi Ki Hajar Dewantara dapat terwujud. Lingkungan belajar sangat berperan dalam menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. Komunitas yang mendukung kepemimpinan murid akan memahami bahwa sesungguhnya setiap murid memiliki voice, choice dan ownership dalam proses pembelajarannya, sehingga untuk menumbuhkembngkan student agency maka murid perlu dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi berbagai program sekolah. Seluruh guru dapat memanfaatkan setiap asset atau kekuatan yang ada disekolah untuk merancang program yang mendorong tumbuhnya kepemiminan murid dengan menetapkan pendekatan inquiri apresiatif menggunakan tahapan BAGJA, baik untuk program pembelajaran di kelas maupun program sekolah.

  1. Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (baik tingkat sekolah maupun daerah

Tantangan dalam kelas

Tantangan yang mungkin saya alami ketika merancang suatu program yang berdampak pada kepemimpinan murid adalah mendapati kelas yang cenderung pasif saat kegiatan KBM, murid jarang berani berpendapat maupun menyampaikan ide atau gagasannya. Sering yang terjasi mendapati kelas yang anak-anaknya cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran. Kurang kurang percaya diri ketika mengungkapkan pendapat, kurang berani ketika tampil di depan teman temannya.

 Tantangan di sekolah

Ketiga program yang berdampak pada murid perlu membutuhkan kolaborasi dengan banyak rekan sejawat, belum tentu mendapatkan respon positip, karena kesibukan dari masing masing guru. Keterbatasan akan sarana pendukung karena Gedung yang belum memenuhi syarat akan terselenggaranya program sekolah, karena adanya kelas pagi dan sore. Pendukung secara finansial saat pelaksanaan program, yang berbasis proyek, sangat berpengaruh.

  1. Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi

Dalam Kelas

Adapun langkah yang akan saya ambil sebagai alternatif solusi adalah menggunakan cara pendekatan yang berbeda kepada kelas yang cenderung pasif saat pembelajaran, misalnya dengan memberikan   pertanyaan yang memantik untuk murid supaya muncul rasa ingin tau dan juga memberikan tantangan proyek kepada murid sehingga terpacu motivasinya. Memberikan kesepakatan di awal saat akan melaksanakan pembelajaran, dan memberikan kesiapan belajar sebelumnya agar murid paham apa yang akan dipelajari nanti dan di praktekkan.  Hal lain yang akan saya lakukan misalnya dengan memberikan kesempatan kepada siswa menuliskan ide/gagasannya lewat tulisan bagi beberapa murid yang memang memiliki masalah dengan kepercayaan dirinya ketika harus berbicara didepan umum secara langsung  atau berpendapat. Dan menanyakan perasaan ketika akan melaksanakan pembelajaran.

Selain itu juga dapat dilakukan dengan membuat keyakinan kelas sehingga budaya positif disekolah tumbuh dengan baik guna mendukung keberlangsungan program kelas yang telah direncanakan.

Tantangan Sekolah

Menanamkan budaya positip di sekolah dan memberikan sosialisasi program pada seluruh warga sekolah dengan memberikan kesempatan rekan untuk berperan sesuai potensi masing masing. Menggunakan aset yang ada untuk dapat mengembangkan program sekolah dengan rasa gotong royong demi keberpihakan pada murid dan menciptakan kepemimpinan murid dan profil pelajar Pancasila. Bekerjasama dengan orang tua murid dan Lembaga lain  untuk dapat memberikan bantuan atau donator pada sekolah akan peduli Pendidikan untuk dapat mendukung program sekolah yang berdampak positip pada murid.

  1. Gambaran rencana implementasi (praktik)

Sebagai gambaran rencana implementasi (praktik) dari penerapan modul 3.3 ini adalah saya akan merancang pembelajaran yang yang dapat mendorong murid untuk menumbuhkembangkan voice, choice dan ownership dalam proses pembelajarannya. Diantara beberapa program yang saya rencanakan adalah program PILPEN.  Program ini adalah sebuah program kokurikuler yang memiliki tujuan untuk mengembangkan literasi sekolah dalam kemampuan siswa membaca dan menulisa tanpa keterpaksaan namun literasi yang menyenangkan.  Dalam prosesnya murid dapat memilih Bahasa yang mereka kuasai baik Bahasa Indonesia, inggris, atau sunda dengan menuliskan ide gagasan adalam bentuk artikel, puisi ataupun pantun dan motivasi serta curhatan mereka, dan dikumpulkan di kotak yang disediakan di depan ruang osis, untuk di siarkan saat istirahat oleh petugas sesuari jadwalnya.  Program ini pula merupakan salah satu program yang diusulkan murid saat diajak merancang program yang berdasarkan aset yang dipunyai sekolah. Aset yang diambil adalah aset manusia dan ast fisik yaitu ruang osis dan pengeras suara yang ada di kelas dimanfaatkan secara optimal dengan Program PILPEN untuk menciptakan kepemimpinan siswa melalui Voice, Choise, dan Ownership, dengan dibantu guru Bahasa dan dibawah pengawasan pembina osis.  Dalam kegiatan PILPEN ini setiap siswa mempuyai ide gagasannya, sesuai pilihan bahasanya, dan aktif ikut serta dalam kegiatan. Hal ini dapat menumbuhkan rasa kepemimpinan murid dan menciptakan profil pelajar Pancasila yang kreatif, gotong royong, mandiri, berkebinekaan global dan nalar kritis, serta selalu beriman bertaqwa pada Tuhan YME dan berakhlak mulia, karena diselipin dengan kata kata untuk nilai nilai kebajikan atau pesan moral setiap harinya. PILPEN ( PIlihan Pendengar) adalah implementasi literasi yang menyenangkan.

C. Membuat keterhubungan

  1. Pengalaman masa lalu

Pada saat saya masih SMA pelajaran Bahasa Inggris saya setiap sebulan seklai mendapatkan tugas untuk implementasi conversation di Borobudur mencaru bule atau orang asing yang dapat diajak komunikasi Bahasa inggris dan mendapatkan alamat serta tanda tanda tangannya. Hal ini sangat berat bagi saya karena harus banyak mengeluarkan uang ke area wisata dan juga tantangan dalam percakapan menggunakan Bahasa inggris. Namun karena dukungan orang tua dan teman sekelompok   saya mampu melewatinya, bahkan menjadi sebuah kesenangan tersendiri sampai akhirnya terbiasa ke area wisata untuk pengembangan diri sehingga mempunyai kelompok atau komunitas di luar sekolah,walaupun membutuhkan fianansial yang lebih.

Ternyata guru jaman dulu sudah menggunakan metode yang luar biasa, memanfaatkan aset lingkungan yang ada, sekitar candi Borobudur. Namun masih berupa perintah dari guru untuk menyelesaikan tuga. Dan juga saat kegiatan mata pelajaran lainnya guru sering mengajak keluar didaerah sekitar yang ada, sehingga sering belajar di luar ruangan supaya tidak bosan didalam kelas. Dan adanya pementasan seni setiap akhir semester kita wajib tampil sesuai dengan potensi masing masing. Saya selalu tampil menari dan bernyanyi karena hobby. Kesemuanya ini memberikan rasa tanggungjawab, mandiri, kreatif, gotong rotong, dan juga berani serta percaya diri pada masing masing murid.

  1. Penerapan di masa mendatang

Saya akan berusaha menciptakan dan merancang pembelajaran yang berdampak bagi murid-murid dikelas. Saya akan selalu mencoba melibatkan murid dalam setiap pengambilan keputusan belajarnya. Mendengarkan suara, memberikan pilihan-pilihan dan menumbuhkan kepemilikan pada diri murid sehingga pengalaman-pengalaman belajar yang mereka alami sesuai dengan kemampuannya, terutama secara finansial, dan memberikan alternatif untuk mereka pilih sesuai potensi dan kemampuannya.

Program sekolah juga demikian, seriap merancang, melaksanakan dan mengevaluasi murid terlibat. Sehingga program sekolah untuk mewujudkan  visi sekolah yang  berdampak positip bagi murid dengan mewujudkan kepemimpinan murid, dan mampu menciptakan profil pelajar Pancasila, sesuai mimpi dan harapan murid.

Melaksanakan Pembelajaran yang menyenangkan dengan mengikuti perkembangan jaman. Menuntun murid dengan mengikuti sesuai kodrat alamnya. Pendidikan untuk menuntun Murid agar terselamatkan, Bahagia dan dapat diterima sebagai anggota masyarakat. 

  1. Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari (koneksi antar materi dengan modul sebelumnya)

Koneksi modul 3.3 dengan modul 1.1

Program yang berdampak Positip pada murid haruslah dilaksanakan atas dasar filosofi KHD, yaitu melalui filosofi Ki Hajar Dewantara tentang “menumbuhkan padi”  bahwa dalam mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid, saya sebagai guru sudah memulai mencoba merencanakan program yang mampu membangun ekosistem yang mendukung pembelajaran murid sehingga mampu mengembangkan segala potensi murid sesuai dengan kodratnya. Guru adalah fasilitator dalam menuntun murid untuk dapat memberikan pembelajaran pada murid sehingga mempunyai dampak positip pada murid.

Koneksi modul 3.3 dengan modul 1.2

Sebagai seorang guru, saya mencoba memahami nilai dan peran guru penggerak, sehingga berharap nantinya mampu memainkan peran saya sebagai agen perubahan, dengan senantiasa berperan aktif serta berupaya menggerakkan ekosistem sekolah guna tercapainya pengelolaan program sekolah yang berdampak pada murid untuk menumbuhkembangkan student agency, dan menciptakan profil palajar Pancasila.

Koneksi modul 3.3 dengan modul 1.3

Dalam pembuatan program yang berdampak pada murid tidak terlepas dari VISI sekolah.  Dalam menerapkan visi guru penggerak, saya berupaya merancang sebuah program atau kegiatan pembelajaran disekolah yang tentunya murid menjadi pertimbangan utama saya, dengan harapan program yang saya rancang dapat mendorong bertumbuhkembangya kepemimpinan murid (student agency), dimana salah satu perancangan program yang saya buat menggunakan model inkuiri apresiatif dengan tahapan BAGJA.  Program yang berdampak pada murid inilah untuk mewujudkan VISI sekolah dengan prakarsa perubahan yang sesuai dengan aset sekolah yang ada.

Koneksi modul 3.3 dengan modul 1.4

Dalam mengelola program yang berdampak positif bagi murid maka perlu ditunjang dengan adanya budaya positif di sekolah sehingga program-program yang dijalankan dapat berjalan dengan baik dan berkesinambungan sehingga mampu menciptakan kepemimpinan murid (student agency), dan profil pelajar Pancasila.

Koneksi modul 3.3 dengan modul 2.1

Dalam mewujudkan student agency maka pengelolaan program yang berdampak pada murid harus mampu mengakomodir segala perbedaan kebutuhan belajar murid mulai dari kesiapan, minat, dan profil belajar murid. Perbedaan karakter anak inilah yang menjadi dasar dalam pemberian layanan yang sesuai dengan kebutuhan anak. Dengan adanya perbedaan maka akan memunculkan rasa keingintahuan, dan mempunyai ide gagasan serta kepemilikan. Sehingga pembelajaran berdiferensiasi juga memunculkan peran aktif, mengungkapkan pendapat, merefleksikan dan menghasilkan produk  dalam pembelajarannya. Hal ini juga sudah mencerminkan implementasi dalam Student Agency.

Koneksi modul 3.3 dengan modul 2.2

Dalam merencanakan program yang berdampak pada murid, perlu mengintegrasikan pembelajaran sosial dan emosional di dalamnya. Hal ini dimaksudkan untuk menempatkan murid pada kesadaran penuh (minfulness). Ketika murid sudah fokus, maka ia akan tenang, berempati, termotivasi dan memiliki sikap tanggung jawab dalam menjalankan program sehingga student agency akan tercipta.

Koneksi modul 3.3 dengan modul 2.3

Coaching sangat penting dilakukan sebagai langkah untuk menggali segala potensi dan mengembangkan keaktifan murid sehingga ia akan mampu untuk menemukan sendiri solusi atas permasalahan yang ia hadapi ketika melaksanakan program sekolah yang berdampak pada murid untuk itu sikap kreatif, inovatif dan kritis dari murid sangat diharapkan agar tercipta kepemimpinan murid (student agency). Begitu juga dengan impian dan harapan anak yang di dapat melalui coaching dengan anak semuanya akan tersalurkan melalui program yang berdampak positip pada murid.

Koneksi modul 3.3 dengan modul 3.1

Dalam perancangan dan pembuatan program sekolah haruslah yang berpihak pada murid, dan dapat dipertanggungjawabkan. Agar keputusan yang kita ambil bersifat efektif dan efisien terkait rancangan program yang ingin dilaksanakan tentunya keputusan tersebut harus memperhatikan 3 prinsip berpikir, 4 paradigma pengambilan keputusan dan melakukan 9 langkah pengajuan dan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Hal itu tentu saja untuk mengantisipasi ketika ada dilema etika ataupun bujukan moral dalam penyelenggaraan kegiatan yang berdampak positif pada murid.

Koneksi modul 3.3 dengan modul 3.2

Dalam perencanaan dan pelaksanaan program yang berdampak pada murid hendaknya menggunakan pendekatan berbasis aset sehingga dalam melaksanakan program tersebut kita dapat memaksimalkan segala potensi yang ada di sekolah. Dengan memaksimalkan segala potensi maka dapat dipastikan program yang direncanakan akan berjalan dengan baik dan berkesinambungan untuk menumbuhkan kepemimpinan murid (student agency).

  1. Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP

Informasi lain yang saya dapatkan selain dari PGP adalah melalui kegiatan literasi yang saya lakukan diantaranya pada Platform Merdeka Mengajar maupun berbagai buku sumber lainnya di perpustakaan, teman sejawat, media sosial.

Guru diharapkan mencetak masa depan pendidikan. Sedikit perubahan yang guru lakukan dapat berdampak luas dan tumbuhnya harapan baru bagi pendidikan. Guru bergerak Indonesia Maju.

Guru Penggerak haruslah Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan seluruhnya untuk kemajuan pendidikan di Indonesia, demi menciptakan kepemimpinan murid, dan profil pelajar Pancasila.

 


Jumat, 23 Februari 2024

Koneksi Antar Materi - Modul 3.2

Perkenalkan saya Siti Zubaidah, S.Pd dari SMAN 1 Pardasuka, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung, Calon Guru Penggerak angkatan 9 .akan menyampaikan koneksi antar materi pada modul 3.2. Yang mana pada tulisan saya kali ini merupakan rangkuman dari materi modul 1.1 sampai modul 3.2 yang saling berhubungan.

Sekolah Sebagai Ekosistem

Ekosistem merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Jika diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis.

Satuan Pendidikan Sebagai Komunitas

Satuan pendidikan sebagai sebuah komunitas, mempunyai hak mengatur, melaksanakan, dan mengawasi kegiatan pendidikan agar efisiensi dan efektivitas penyelenggara pendidikan dapat tercapai seperti yang diisyaratkan dalam standar pengelolaan pendidikan. Untuk dapat menyelenggarakan pendidikan secara efektif dan efisien, tentu membutuhkan peran seluruh warga sekolah melalui pendekatan komunitas berbasis aset.

Pendekatan ABCD (Asset-Based Community Development)

Asset-Based Community Development (ABCD) atau Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) adalah suatu pendekatan menekankan pada nilai, prinsip, cara berpikir mengenai dunia, memberikan nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas. Menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna.

Buatlah kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan ‘Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya’ dan bagaimana Anda bisa mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.

Sumber daya sebagai suatu komunitas sekolah adalah suatu kesatuan yang tidak bisa berdiri sendiri. Dalam pengelolaan sumber daya oleh Pemimpin Pembelajaran dalam pemanfaatan pada aset-aset sekolah yang dimiliki dikelola dengan baik oleh seorang pemimpin pembelajaran. Pemanfaatan sumber daya yang ada di sekolah menjadi modal utama dalam membangun kekuatan atau potensi dalam ruang lingkup warga sekolah, lingkungan dan masyarakat, yang bermuara pada kebermanfaatan bagi peserta didik.

Sebagai sebuah ekosistem di sekolah sumber daya yang ada saling berhubungan/ interaksi atau hubungan timbal balik atau saling ketergantungan antara komponen dalam ekosistem, yaitu dalam hal ini adalah komponen biotik yaitu unsur yang hidup dan komponen abiotik, yaitu unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup) ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis.

Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya, seperti hubungan antara murid, kepala sekolah, guru, staf/tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orang tua dan masyarakat sekitar sekolah. Sedangkan faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah: keuangan dan sarana dan prasarana termasuk media pembelajaran dan teknologi informasi komunikasi.

Kekuatan atau potensi sumber daya yang ada di sekolah sebagai pemimpin pembelajaran harus dapat mengimpelementasikan kekuatan tersebut melalui konsep 7 modal utama yang terdapat di sekolah, yakni 1) modal manusia, 2) modal fisik, 3) modal sosial, 4) modal finansial, 5) modal politik, 6) modal lingkungan/alam, 7) modal agama dan budaya.

Pengelolaan 7 modal utama oleh pemimpin pembelajaran sebagai aset/kekuatan sekolah. Pemimpin pembelajaran juga harus dapat memanfaatkan pendekatan berfikir dalam pengelolaan asset, diantaranya Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking) akan melihat dengan cara pandang negatif. memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja, dan Pendekatan Berbasis Aset (Asset-Based Thinking) adalah memusatkan pikiran pada kekuatan positif, pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Jelaskan dan berikan contoh bagaimana hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas

Pengelolaan sumber daya yang tepat dan dapat mendorong pada proses pembelajaran di kelas menjadi lebih berkualitas merupakan bagian dari pengelolaan sumber daya yang ada di sekolah. Modal manusia sebagai sumber daya manusia, yaitu guru dan tenaga kependidikan sebagai salah satu modal yang berkorelasi langsung pada peningkatan pembelajaran yang berkualitas. Sekolah dapat memotivasi guru untuk mengikuti kegiatan pengembangan diri melalui bimtek, diklat, workshop dan kegiatan lain yang mendukung kompetensi diri kekinian.

Pengelolaan modal lingkungan dipadu dengan modal fisik akan berkorelasi dengan peningkatan pembelajaran murid. Lingkungan sekolah yang kondusif dari segi sosial maupun politik akan menciptakan pembelajaran yang nyaman, menyenangkan dan berpihak pada murid. Sumber daya ini sebagai aset sekolah dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

 

Modal sosial melalui kerjasama dengan MGMP sekolah maupun MGMP antar sekolah untuk meningkatkan kompetensi guru. Kerjasama dengan Puskesmas untuk meningkatkan mutu kesehatan di sekolah. Modal fisik adalah bangunan dan sarana prasarana yang dapat dimanfaatkkan sesuai dengan bentuk dan pemanfaatanya, misalnya gedung utama, sarana prasarana pendukung di sekolah. Modal lingkungan/alam yang ada disekitar sekolah adalah sumber daya menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, seperti memanfaatkan lingkungan menjadi area apotik hidup, green house dan tempa sumber belajar tentang obat dan pemanfaatannya.

Modal finansial dengan membuat rencana kerja anggaran sekolah (RKAS) sesuai prioritas dan kebutuhan sekolah sehingga mendukung untuk keberlangsungan proses pembelajaran manjadi lebih berkulitas. Modal politik berupa kerjasama atau kemitraan dengan instansi/dinas terkait yang di pemerintah daerah untuk mendukung program-program sekolah. Modal agama dan budaya untuk membantu pembelajaran menjadi lebih berkualitas yakni melestarikan budaya kearifan lokal misal belajar tari tradisional dan kegiatan religi berupa pondok ramadhan, memperingati hari besar nasional keagamaan melibatkan tokoh agama disekitarnya.

 

Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya

Di dalam ekosistem sekolah terdapat interaksi antara faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik terdiri atas murid, kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orang tua murid dan masyarakat sekitar sekolah. Sedangkan faktor abiotik terdiri atas keuangan serta sarana dan prasarana. Kedua faktor ini saling berinteraksi satu sama lain, di mana satu faktor akan mempengaruhi faktor lainnya, faktor-faktor biotik akan saling membutuhkan satu sama lainnya, sedangkan faktor-faktor abiotik akan berperan mempengaruhi tingkat keberhasilan proses pembelajaran.

Seorang pemimpin diharapkan membangun ekosistem yang dapat merangsang kreativitas untuk menunjang keberhasilan tujuan pendidikan. Keberhasilan sebuah proses pembelajaran sangat tergantung pada cara pandang dalam melihat ekosistemnya: apakah sebagai kekuatan atau sebagai kekurangan. Pemimpin yang memandang semua yang dimiliki adalah suatu kekuatan, tidak akan berfokus pada kekurangan tapi berupaya pada pemanfaatan aset atau sumber daya yang dimiliki. Dengan kata lain, pemimpin harus bisa memberdayakan sumber daya yang ada di sekolahnya untuk mengembangkan dan memajukan sekolah sehingga dapat mencapai visi dan misi sekolahnya.

Berikan beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan/keterkaitan dengan modul lainnya/sebelumnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.

Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional – Ki Hadjar Dewantara

Ki Hadjar Dewantara melalui filosiofinya bahwa pendidikan “ kegiatan menuntun segala kekuatan kodrat yang pada anak-anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setingi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat.” Pemanfaatan asset kekuatan guru dan murid sehingga guru sebagai pemimpin pembelajaran harus dapat melakukan proses pembelajaran yang menyenangkan, dan berpihak pada murid, karena murid bukanlah kertas kosong, namun setiap murid memiliki potensi yang berbeda-beda, dan tugas kita sebagai guru hanya menuntun dan menebalkan potensi yang sudah mereka miliki.

 

Nilai dan Peran Guru Penggerak

Guru sebagai pendidik merupakan salah satu dari 7 modal utama, yaitu modal manusia. Guru sebagai pemimpin pembelajaran nilai dan peran yang sangat penting dalam pembelajarn di kelas sehingga nilai-nilai mandiri, kolaboratif, reflektif, inovatif dan berpihak pada murid harus dijadikan landasan dalam terciptanya pebelajar yang sesuai dengan profil pelajar pancasila. Dan guru juga dapat berperan dalam membangun sinergi di lingkungan sekolah sebagai pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, serta mewujudkan kepemimpinan murid, dengan nilai dan peran guru secara aktif, maka akan menciptakan generasi unggu dengan memanfaatan modal utama untuk menggali potensi murid-muridnya.

Visi Guru Penggerak

Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus memilki visi guru penggerak yang berbasis IA (Inkuiri Apresiatif) melalui alur BAGJA. Pada konsep terebut dapat juga digunakan sebagai pengelolaan sumber daya yang ada disekolah. Inkuiri Apresiatif adalah suatu filosofi, landasan berpikir, yang berfokus pada upaya kolaboratif menemukan hal positif dalam diri seseorang, organisasi, dan dunia sekitarnya, baik dari masa lalu, masa kini, maupun masa depan.

Budaya Positif

Salah satu aset/kekuatan berupa modal agama dan budaya. Budaya positif di lingkungan sekolah merupakan budaya yang mendukung segala bentuk perkembangan murid dengan tujuan memanusikan manusia dengan menerapkan disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, sehingga akan menghasilkan produk murid yang memiliki karakter kuat di masa depan. Misalnya dengan melakukan langkah-langkah resitusi dalam menyelesaikan masalah pada murid sehingga menciptakan murid yang memiliki karakter positif di masa depannya.

Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Murid (Berdiferensiasi)

Pembelajaran berdiferensiasi adalah sebuah cara dalam pembelajaran yang sangat berpihak kepada murid berupa pemetaan murid berupa kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid yang berbeda sesuai dengan keunikannya. Sebelum melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru harus sudah melaksakanan pemetaan terhadap minat belajar siswa. Dalam proses pembelajaran berdiferensiasi akan terwujud, jika pemanfaatan sumber daya yang ada disekolah seperti guru dan murid, seta modal lingkungan, modal fisik dan yang lainnya dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Pembelajaran Sosial dan Emosional

Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) merupakan strategi seorang pemimpin pembelajaran dalam melakukan kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah, yang menekankan pada keterampilan dan pengelolaan mengenai aspek-aspek sosial emosional. Teknik kesadaran diri (mindfulness) juga dapat dijadikan strategi bagaimana cara mengelola sumber daya manusia, yaitu murid melalui tahapan tersebut maka potensi kecerdasan sosial emosional anak bisa berkembang secara optimal.

Coaching untuk Supervisi Akademik

Coaching merupakan sebuah strategi seorang pemimpin pembelajaran untuk melakukan pengembangan kekuatan diri pada diri anak dengan menuntun, mendampingi anak, untuk menggali potensi anak dan memaksimalkannya. Pada proses Coachee memberikan kesempatan anak-anak berkembang dan menggali proses berpikir pada diri anak, yang didalamnya terdapat Caach sebagai pengembangan kekuatan dan potensi pada coachee sebagai lawan bicara.

Pengambilan Keputusan Berdasarkan Nilai-nilai Kebajikan Seorang Pemimpin

Sebagai pemimpin pembelajaran dalam prosesnya akan selalu berhadapan dengan dua situasi yakni, dilema etika dan bujukan moral yang dituntut pada pengembilan keptusan. Sebagai pemimpin pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan yang baik, diharapkan pada pengambilan keputusan tersebut dengan mengedepankan keputusan-keputusan yang bermanfaat bagi seluruh elemen yang terlibat didalamnya,yaitu dengan langkah-langkah pengambilan keputusan berdasarakn 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Prinsip tersebut sanat penting karena hal ini sangat terkait dengan pengelolaan sumber daya yang ada disekolah.

Ceritakan pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini

Sebelum mempelajari dan memahami modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya. Dalam langkah-langkah pengelolaan kelas atau pengambilan keputusan lebih banyak berpikir pada kekurangan.masalah, hal ini menyebabkan perasaan yang pesimis, keraguan, negatif sehingga berakhir dengan kegagalan. Dengan mempelajari modul 3.2 ini, wawasan dan pola pikir mengenai pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya ini menjadi berubah. Ternyata seorang pemimpin harusnya selalu mengedepankan pola pikir berbasis kekuatan/aset yang dimiliki sehingga hal ini membuat kita akan berpikir positif dan optimis dengan memanfaatkan dan memberdayakan sumber daya atau aset yang ada di sekolah dan lingkungan sekitarnya.

 


Koneksi Antar Materi - Modul 3.3

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh Perkenalkan saya Siti Zubaidah, S.Pd dari SMAN 1 Pardasuka, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampun...