Rabu, 06 Desember 2023

2.3.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 2.3. COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK

Assalamualikum Warahmatullahi wabarakaatuh...

Perkenalkan saya Siti Zubaidah, S.Pd. CGP angkatan 9. Kali ini saya akan menulis tentang Koneksi Antar Materi Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik dengan Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP menyimpulkan dan  menjelaskan keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama modul 2 dalam berbagai media dengan instruksi sebagai berikut:

  1. Buatlah sebuah kesimpulan dan refleksi yang disajikan dalam bentuk media  informasi. Format media dapat disesuaikan dengan minat dan kreativitas  Anda. Contoh media yang dapat dibuat: artikel, ilustrasi, grafik, video, rekaman  audio,  screencast presentasi, artikel dalam blog, dan lainnya. Selanjutnya, unggah media informasi yang telah dibuat ke Google Drive/Youtube Anda, dan jangan lupa untuk mengklik Bagikan/Shared agar bisa diakses oleh fasilitator.
  2. Bacalah pertanyaan-pertanyaan ini untuk membantu Anda membuat kaitan tersebut: a). Bagaimana peran Anda sebagai seorang coach di sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya di paket modul 2 yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi? b).Bagaimana keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin  pembelajaran?
  3. Unggahlah tautan media informasi pada laman LMS.

Dalam koneksi antar materi Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik ini saya akan menuliskan dalam 3 aspek yaitu:

 

1. Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar

    Dengan indikator

  • pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh 
  • emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar 
  • apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar 
  • apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar 
  • keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi

2. Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP

 Indikator:

  • memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh
  • mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru
  • menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (baik tingkat sekolah maupun daerah)
  • memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi

3. Membuat keterhubungan

    Indikator:

  • pengalaman masa lalu
  • penerapan di masa mendatang
  • konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari
  • informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP

 

1. Bagaimana peran Anda sebagai seorang coach di sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya di paket modul 2 yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi?

Peran sebagai coach di sekolah

Sebelum mempelajari praktik Coaching saya sama sekali belum pernah melakuakan coacing di sekolah, Setelah mempelajari Modul 2.3 ini saya mendapatkan pengalaman yang luar biasa di mana saya berlatih dan mempraktekkan coaching bersama rekan CGP lainnya yang mana belum pernah saya lakukan dan praktekkan dalam proses coaching dengan alur TIRTA 

 

Saat pertama kali latihan praktek coaching karena masih baru mengenal perasaan saya masih bingung dan ragu apakah praktek coaching ini dapat saya laksanakan dengan baik. Namun seiring dengan latihan bersama CGP lain dan melaksanakan dengan alur TIRTA saya menjadi lebih bersemangat lagi untuk belajar dan latihan praktek coaching ini. Namun pelaksanaan coaching di sekolah ini harus sering berlatih dan mempraktekkan langsung baik kepada murid maupun kepada rekan guru disekolah.

 

Keterkaitan coaching dengan peran saya disekolah tentunya tak terlepas dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran peran guru adalah menuntun segala kodrat yang dimiliki anak agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagia masyarakat. Salah satu cara dalam menuntun murid adalah dengan proses coaching di mana guru berperan sebagai coach dan murid sebagai coachee dengan tujuan menuntun murid untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan kekuatan kodrat dan potensi yang ada dalam diri murid.

 

Dalam pembelajaran Peran guru sebagai coach dalam menuntun murid ketika proses pembelajaran diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dengan kehadiran penuh, mendengarkan aktif dan memberi pertanyaan yang dapat menstimulus pengetahuan siswa terhadap materi yang dipelajari. Keterkaitan Coaching dalam proses kegiatan pembelajaran serta proses pembelajaran yang berdiferensiasi dengan pemetaan kebutuhan murid sesuai dengan tingkat pemahaman dan kekuatan kodrat yang ada pada dirinya dengan melaksanakan diagnostik kognitif terlebih dahulu agar dapat mengetahui langkah awal dalam mempersiapkan strategi pembelajaran baik proses, konten maupun produk yang akan dihasilkan.

 

Pelaksanaan coaching menuntun murid dalam kegiatan pembelajaran berdiferensiasi dengan kompetensi sosial emosional yang dimiliki guru diharapkan pembelajaran yang berpusat kepada siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran pada murid sesuai dengan kekuatan kodrat dan karakteristik murid yang berbeda.

2. Bagaimana keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin  pembelajaran?

 

Keterampilan coaching seorang guru akan meningkat secara signifikan, dan ini akan berdampak positif pada pengembangan kemampuan mereka sebagai pemimpin pembelajaran. Untuk membantu guru dalam mencapai pemikiran yang lebih mendalam atau metakognisi, proses percakapan coaching sangat penting. Dalam diskusi yang mendalam ini, pendidik dapat mengeksplorasi potensi dalam komunitas sekolah dan dalam diri mereka sendiri. Sebagai individu pembelajar yang berkelanjutan, percakapan coaching juga sangat penting. Motivasi ini tidak hanya memberikan dorongan, tetapi juga memupuk komitmen melalui pemikiran dan tindakan. Hasilnya, upaya kreatif dan tindakan praktis dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, yang pada gilirannya berdampak positif pada siswa.

 

Dalam situasi ini, percakapan coaching tidak hanya berfungsi sebagai cara untuk meningkatkan keterampilan tetapi juga sebagai tempat untuk membangun refleksi diri yang mendalam. Dengan memikirkan potensi dan motivasi yang muncul selama proses coaching, guru dapat menjadi lebih sadar akan peran mereka sebagai pembelajar yang terus berkembang. Metode ini tidak hanya menghasilkan peningkatan kualitas pengajaran tetapi juga pengembangan diri secara keseluruhan.

 

Oleh karena itu, hasil dari diskusi coaching tidak hanya tercermin dalam pemikiran strategis tetapi juga dalam tindakan yang diambil oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran. Dengan menggunakan metode ini, guru dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih inklusif dan mendukung yang berdampak positif pada kemajuan akademik dan pribadi siswa.

 

Keterkaitan keterampilan coaching dalam pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran melalui praktik coaching, dengan penerapan paradigma coaching, prinsip coaching, kompetensi inti coching melalui alur TIRTA dan mendengarkan dengan RASA sebagai faktor pendukung terhadap pengembangan kompetensi pemimpin pembelajaran sebagai salahsatu kompetensi yang harus dimiliki oleh Calon Guru Penggerak.

 

Terimakasih.

Salam guru Penggerak...

Tergerak, Bergerak, Menggerakkan.

Wassalamualaikum warahmatullahi Wabarakaatuh

 


Kamis, 16 November 2023

2.2.a.8. KONEKSI ANTAR MATERI - Modul 2.2

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh...

Siti Zubaidah, CGP Angkatan 9 Kab. Pringsewu. 


Pada kesempatan kali ini saya akan menulis artikel mengenai Pembelajaran Sosial Emosional (PSE). Artikel ini ditulis sebagai pemahaman materi modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional dan keterkaitan modul 2.2 dengan modul sebelum nya dalam Program Pendidikan Guru Penggerak. Pemahaman ini berdasarkan pertanyaan pemantik yang telah disediakan dalam LMS.

Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) merupakan pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses Kolaborasi ini memungkinkan murid, pendidik, dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. Terdapat 5 (lima) kerangka Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) dalam Pembelajaran Sosial Emosional, yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Jika dicermati lebih mendalam 5 Kompetensi Sosial dan Emosional yang telah kita bahas berhubungan erat dengan 6 (enam) dimensi Profil Pelajar Pancasila.

Pembelajaran sosial emosional dikembangkan dengan menggunakan pendekatan kesadaran penuh (Mindfulness) sebagai dasar penguatan 5 kompetensi sosial dan emosional yang akan memunculkan perasaan tenang, stres berkurang, pikiran menjadi jernih, dan fokus serta menjadi semangat dalam belajar. Kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu.

Apa kesimpulan tentang perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap sebagai pemimpin pembelajaran setelah mempelajari pembelajaran sosial dan emosional?

Kesimpulan saya tentang perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap sosial sebagai pemimpin pembelajaran setelah mempelajari modul ini adalah pendidikan sosial emosional dapat menghasilkan pemimpin pembelajaran yang memiliki pengetahuan lebih baik tentang emosi, keterampilan berkomunikasi dan bekerjasama atau berkolaborasi yang baik, kemampuan mengelola emosi, sikap yang peduli dan responsif, kemampuan memfasilitasi pembelajaran yang


berpihak pada murid, kepemimpinan yang efektif, dan dampak positif pada kesejahteraan psikologi diri sendiri, murid, serta orang lain di sekitarnya.

Apa kaitan pembelajaran sosial dan emosional yang telah anda pelajari dengan modul- modul sebelumnya?

1.  Keterkaitan pembelajaran sosial emosional dengan modul 1.1 Filosofi Pemikiran KHD. Dengan pembelajaran sosial emosional guru dapat menciptakan well-being dalam ekosistem pendidikan di sekolah, Sehingga menciptakan kondisi yang nyaman, sehat, dan bahagia. Hal ini sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara yakni menuntun kodrat anak agar mencapai keselamatan yang setinggi-tingginya sehingga anak akan senang dan semangat dalam proses belajarnya.

2.  Keterkaitan pembelajaran sosial emosional dengan modul 1.2 Nilai-nilai dan peran Guru Penggerak. Dalam pembelajaran sosial dan emosional, guru dapat menumbuhkan nilai dan peran pada guru dan murid dalam pengelolaan emosi sehingga nilai kemandirian dan pembelajaran yang berpusat pada murid serta peran guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran dan mendorong kolaborasi dapat tercapai dan berjalan seimbang.

3.  Keterkaitan pembelajaran sosial emosional dengan modul 1.3 Visi Guru Penggerak. Dalam pembelajaran sosial emosional dapat mewujudkan visi yang diharapkan dengan melakukan prakarsa perubahan dengan memberikan pembelajaran kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, kemampuan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab sehingga diharapkan dapat mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

4.  Keterkaitan pembelajaran sosial emosional dengan modul 1.4 Budaya Positif. Dalam pembelajaran sosial dan emosional, guru dan murid dapat mengenali dan memahami emosi masing-masing sehingga mampu mengontrol diri dan dapat menciptakan suasana yang menyenangkan, aman, dan nyaman yang berpengaruh dalam penerapan budaya positif baik berupa disiplin positif maupun keyakinan kelas dengan sebaik mungkin.

5.  Keterkaitan pembelajaran sosial emosional dengan modul 2.1 Pembelajaran Untuk Memenuhi Kebutuhan Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi. Dalam pembelajaran sosial emosional guru dapat melakukan pembelajaran dengan mengidentifikasi perasaan dan emosi. Hal ini sejalan dengan pembelajaran berdiferensiasi yang memetakan kebutuhan murid diantaranya kesiapan murid, minat, dan profil belajar murid dengan menggunakan strategi diferensiasi konten, proses, dan produk, sehingga pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan murid agar pembelajaran semakin menyenangkan dan dapat mewujudkan merdeka belajar.

Sebelum mempelajari modul ini, saya berpikir bahwa kompetensi sosial emosional murid akan terbentuk dengan sendirinya sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan murid sehingga dalam pembelajaran di kelas saya lebih berfokus pada penyampaian materi pembelajaran.

Setelah mempelajari modul ini, ternyata pembelajaran berbasis sosial emosional perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa kesiapan , ketertarikan, dan fokus murid dalam memulai pembelajaran untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid.

Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well-being), 3 hal mendasar dan penting yang saya pelajari adalah:

1.  Lima kompetensi sosial emosional melalui peningkatan perilaku positif,

2.  Kesadaran penuh (mindfulness) sebagai dasar penguatan kompetensi sosial emosional

3.  Pengintergasian KSE di kelas maupun di lingkungan sekolah

 

Berkaitan dengan perihal diatas, perubahan yang akan saya terapkan di kelas dan sekolah :

Bagi murid-murid: memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan dan mengembangkan kompetensi sosial emosional dengan mengintegrasikannya ke dalam konten dan strategi pembelajaran agar tercapai kesejahteraan baik secara akademik, non akademik dan psikologis. Selain itu, dalam mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, saya sebagai pendidik, dapat selalu memperhatikan karakteristik murid, apakah tergolong audio, visual ataupun siswa kinestetik, sehingga model pembelajaran yang akan saya berikan pun akan bervariasi dan berbeda beda sesuai dengan kebutuhan murid. Memahami kebutuhan murid pun perlu saya perhatikan, karena ketika murid membuat suatu kesalahan ataupun menunjukkan perilaku yang menyimpang, pastilah ada kebutuhan dasarnya yang belum terpenuhi secara sempurna, dan sepatutnya kita menyikapinya dengan bijaksana serta menerapkan posisi control sebagai manajer dan penerapan segitiga restitusi dengan baik dan benar.

Bagi rekan sejawat: berupaya konsisten untuk menjadi rekan yang baik, teladan, menjalin komunikasi dan berkolaborasi dengan baik.

Demikian pemaparan koneksi antar materi modul 2.2 ini. Semoga menginspirasi dan terima kasih. Salam dan bahagia

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh


Senin, 06 November 2023

2.1.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 2.1

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh...

Siti Zubaidah, CGP Angkatan 9 Kab. Pringsewu. 


Pertanyaan Pemantik untuk sesi pembelajaran ini adalah:

1. Apakah saya mengubah pemikiran saya sebagai akibat dari apa telah saya pelajari?

Pemikiran saya dalam proses pembelajaran sebelum mempelajari modul 2.1 ini memang belum berfokus pada pembelajaran yang memperhatikan minat bakat dari murid. Sebelumnya dalam proses pembelajaran di kelas hanya terpaku pada pemenuhan kebutuhan murid untuk mendapatkan knowledge yang sesuai dengan Kurikulum di sekolah. Setelah mendapatkan pemahaman terkait dengan pembelajaran yang berpihak pada murid, saya semakin termotivasi untuk memberikan proses pembelajaran dengan berbagai metode agar murid bisa belajar dengan nyaman dan konsep tersampaikan secara maksimal. Oleh karena itu saya mengubah pemikiran untuk pembelajaran yang bukan hanya melihat kebutuhan murid tetapi juga lebih melihat pada minat dan kemampuan murid dikelas, walaupun hal ini tidak mudah.

2. Bagaimana perubahan pemikiran tersebut berkontribusi terhadap pemahaman saya tentang implementasi pembelajaran berdiferensiasi?

Perubahan pemikiran tersebut sangat kuat memotivasi diri saya dalam mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi dikelas. Hal ini dikarenakan perubahan baik yang saya coba di awal pembelajaran dengan metode yang sangat sederhana,  diawali dengan assesmen diagnostik , ternyata memberikan hal positif yang luar biasa dalam pendangan maupun pemahaman saya terhadap proses pembelajaran seutuhnya.

3. Bagaimana saya tetap dapat bersikap positif walaupun banyak tantangan dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi ini

Betul sekali, dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi tidak lah mudah, banyak tantangan dan hambatan yang akan kita temui, penerapan yang sudah saya lakukan secara sederhana memang membutuhkan perhatian dan tindak lanjut yang tidak mudah. Oleh karena saya mencoba untuk tetap bersikap dan berfikir positif menghadapi kondisi tersebut dengan mempertimbangkan dan melihat kembali " wajah-wajah masa depan"  yang beragam  dikelas.


Refleksi secara individu terhadap perjalanan pembelajaran dengan merespon beberapa pertanyaan dan tugas berikut ini.

Buatlah kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi dan bagaimana hal ini dapat dilakukan di kelas.

Jelaskan bagaimana pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal. Jelaskan pula bagaimana Anda melihat kaitan antara materi dalam modul ini dengan modul lain di Program Pendidikan Guru Penggerak.

Pada dasarnya Pembelajaran Berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid.

Pembelajaran Berdiferensiasi akan dapat dilakukan di kelas dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Merumuskan tujuan pembelajaran

2. Memetakan kebutuhan belajar berdasarkan kesiapan belajar, minat, dan profil murid.

3. Menciptakan suasana belajar yang kolaboratif dan positif

4. Melakukan penilaian yang berkelanjutan / on going assessment

5. Melakukan diferensiasi konten, produk, dan proses

Implementasi Pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal dikarenakan pembelajaran berdiferensiasi berpihak pada murid, menciptakan lingkungan belajar yang positif, kolaboratif dan saling menghargai, serta adanya strategi pembelajaran didasari oleh kebutuhan murid meliputi kesiapan belajar, minat, dan profil belajar murid.

Dalam implementasi pembelajaran berdiferensiasi ada tiga strategi pembelajaran berdiferensiasi yaitu

1. Diferensiasi Konten

Adalah mendiferensiasikan materi pembelajaran kepada murid berdasarkan kebutuhan, dilihat dari kesiapan belajar murid secara konkret – abstrak, minat belajar murid dengan mempersiapkan topik atau materi sesuai minat siswa, profil belajar siswa sesuai gaya belajar, audio, visual, atau kinestetik.

2. Diferensiasi Proses

Adalah usaha untuk membantu murid memahami materi pembelajaran dengan memberi beberapa kegiatan atau scaffolding sesuai dengan kebutuhan murid.

3. Diferensiasi Produk

Produk berupa tagihan atau hasil yang diharapkan dari murid setelah proses pembelajaran, baik berupa hasil tes, presentasi atau diskusi, pertunjukkan, pidato, diagram dan lainnya yang mencerminkan pemahaman murid dari tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran.

Dalam pembelajaran berdiferensiasi terlebih dahulu mengidentifikasi kebutuhan murid yaitu dari kesiapan belajar murid (lambat-cepat, konkret – abstrak, mandiri - bantuan, minat murid, profil belajar murid yang meliputi gaya belajar, latar belakang, dan kecerdasan).

Kesiapan belajar murid atau readiness adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru diibaratkan seperti “The Equalizer” dari yang bersifat mendasar menuju bersifat transformatif, konkret ke abstrak, sederhana ke kompleks, terstruktur ke terbuka (open-ended), tergantung ke mandiri, dan lambat menjadi cepat.

Sedangkan dalam minat belajar maka terdapat “Cocokkan” yaitu mencari kecocokan antara minat murid dengan tujuan pembelajaran, “Koneksikan” berarti menunjukkan koneksi antar materi pembelajaran, “Jembatani” yaitu menjembatani pengetahuan awal dengan pengetahuan baru, dan “Memotivasi” yang memungkinkan tumbuhnya motivasi murid untuk belajar.

Dalam profil belajar murid maka perlu mengidentifikasi lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, kemudian pengaruh budaya dari santai menjadi terstruktur, pendiam ke ekspresif, personal ke impersonal, gaya belajar murid juga dengan mengidentifikasi yaitu bisa visual (belajar dengan melihat), auditori (belajar dengan mendengarkan), kinestetik ( belajar sambil melakukan), kecerdasan majemuk (multiple intelegences), visual ke spasial, musical bodily kinestetik, logic matematika.

Kaitan antar materi dengan modul sebelumnya yaitu Filosofi pendidikan KHD pembelajaran berdiferensiasi dapat mewujudkan Merdeka Belajar. Berdasarkan pemikiran KHD pendidikan adalah menuntun anak sesuai kodrat alam dan zaman dengan berpihak pada anak sesuai perkembangan minat, bakat dan potensi anak. Hal ini berkaitan erat dengan pembelajaran berdiferensiasi yang bertujuan memberikan pembelajaran kepada anak dengan cara memetakan kebutuhan murid sesuai kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar anak.

Kaitan dengan Nilai dan peran Guru penggerak bahwa pembelajaran berdiferensiasi dapat mewujudkan Merdeka Belajar apabila guru penggerak telah memiliki nilai guru penggerak dan menerapkan peran guru penggerak. Nilai guru penggerak meliputi : mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, berpihak pada murid. Dan peran guru penggerak meliputi menjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, dan mewujudkan kepemimpinan murid.

Kaitan dengan Budaya Positif, Budaya positif adalah perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan universal yang diterapkan di sekolah. Lingkungan belajar yang mendukung diferensiasi dibangun dengan menerapkan budaya positif yaitu :

1. Komunitas belajar setiap orang di dalam kelas akan menyambut dan merasa disambut oleh orang lain.

2. Setiap orang di dalam kelas saling menghargai

3. Murid merasa aman, menciptakan murid berani dalam mengemukakan pendapat

4. Ada harapan bagi pertumbuhan yang ditunjukkan murid. Pertumbuhan setiap murid berbeda-beda walaupun hanya sedikit guru tetap mengapresiasinya.

5. Guru mengajak murid untuk mencapai kesuksesan, pengalaman belajar mendorong murid lebih cepat, sedikit melampaui apa yang telah dikuasainya, guru memberikan dukungan sehingga murid tidak merasa frustasi tetapi mencapai kesuksesan.

6. Adanya bentuk keadilan dalam bentuk nyata. Semua murid berhak mendapatkan perlakuan yang sama di dalam Kelas.

7. Guru berkolaborasi dengan murid untuk mencapai pertumbuhan dan kesuksesan bersama, adanya tanggung jawab masing-masing agar pembentukan dan tercipta kelas yang efektif. Guru sebagai pemimpin kelas memiliki peran sangat penting dalam mengembangkan lingkungan belajar yang positif.

Selasa, 24 Oktober 2023

Makanan Khas Lampung

1.          Seruit

Seruit merupakan salah satu makanan khas Lampung yang sering dihidangkan saat ada acara keluarga, pernikahan, acara adat serta acara keagamaan. Sementara itu, seruit juga sering dijadikan makanan pokok yang dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat Pepadun. Hidangan ini dibuat dari ikan bakar yang dicampur dengan berbagai sambal terasi khas kota BAndar Lampung, seperti tempoyak ataupun mangga. Jenis ikan yang digunakan untuk Seruit umumnya adalah ikan air tawar yang mudah ditemui di sungai-sungai. Ikan yang paling sering digunakan adalah ikan yang berasal dari sungai seperti ikan baung, ikan balide, ikan lais dan lainnya. Makanan ini biasanya disajikan bersama lalapan berupa petai, jengkol, timun, daun singkong dan adas. Pada 2011, Museum Rekor Indonesia mencatat sebanyak 4.937 orang mengikuti tradisi nyeruit dalam acara makan bersama di lapangan Enggal, BAndar Lampung sehingga memecahkan rekor menyeruit dengan peserta terbanyak. Nyeruit merupakan sebutan untuk menggambarkan kegiatan masyarakat saat menyantap bersama-sama sambal seruit. Proses menyantap inilah yang unik dari nyeruit. Masyarakat Lampung yang pada dasarnya senang berkumpul dan bersilaturahmi, memanfaatkan seruit sebagai makanan yang disantap saat berkumpul bersama-sama. Memakan seruit tidak terasa nikmat jika dilakukan sendirian dengan rasa seruitnya yang “ramai” pedas, asam, asin.


2.          Gulai Taboh

Gulai Taboh merupakan makanan khas daerah Lampung pesisir yang memiki cita rasa gurih. Makanan ini selalu disajikan saat gelaran acara adat  dan menjadi menu wajib. Gulai Taboh diolah dengan bahan utama ikan laut atau ikan sungai. Ikan sungai yang digunakan biasanya adalah mujair yang sebelumnya telah diasap semalaman atau disebut iwa tapa semalam.Jika menggunakan iwa tapa semalam, campuran gulai taboh hanya dibumbui keluak saja. Namun, apabila bahan utamanya ikan laut akan ditambahkan kacangkacangan, buah melinjo, labu kuning, ubi jalar, dan sayuran lain untuk dimasak dengan santan. Beragam jenis sayuran yang menjadi bahan campuran mencerminkan masyarakat pesisir yang begitu terbuka terhadap suku lain. Letak geografisnya yang berada di pinggir pantai memungkinkan masuknya pendatang dari berbagai wilayah di Indonesia ataupun dari luar negeri. Cara menyantap gulai taboh cukup unik. Kuah gulai taboh biasanya diseruput dan dinikmati dengan nasi hangat.

 

3.          Satai Ikan Tuhuk

Masyarakat yang bermukim di Pesisir Barat Lampung sangat mengenal ikan blue marline atau biasa disebut ikan tuhuk. Ikan tersebut merupakan ikan perairan laut dalam Samudera Hindia yang biasa ditangkap oleh nelayan sekitar. Daging ikan tuhuk sangat khas, berbeda dengan ikan laut lainnya. Ikan ini berdaging tebal, manis, dan lembut. Bila diolah, tekstur dagingnya mirip dengan daging ayam. Tidak heran bila berbagai masakan berbahan dasar daging ikan ini menjadi primadona masyarakat, bahkan turis dari mancanegara. Menikmati satai ikan tuhuk tidak berbeda dengan satai jenis lainnya, yakni dengan bumbu kacang. Hanya saja, bumbu kacang di Pesisir Barat cenderung lebih pedas. Kandungan omega tiga yang dimiliki ikan tuhuk tak kalah dengan ikan tuna, yang dapat meningkatkan pertumbuhan otak bayi dan janin. Kandungan gizi yang dimiliki dipercaya pula dapat menghindarkan dari penyakit gondok, kejang, kerontokan rambut, dan mencegah kebutaan.


4.          Umbu

Umbu merupakan sebuah makanan yang menggunakan bahan utamanya rotan muda. Dalam proses pembuatannya, rotan ini akan direbus sampai lunak. Umbu ini sering dijadikan sebagai bahan dasar sayur seperti oseng ataupun juga bisa dihidangkan dalam bentuk makanan lalapan. Umbu ini tidak hanya menggunakan rotan sebagai bahan utamanya, namun juga bisa mencampurkan bahan lainnya yang sesuai selera. Pada dasarnya masyarkat di kota Lampung sudah menjadikan umbu yang terbuat dari rotan ini sebagai makanan untuk dikonsumsi sehari-hari, namun seiring berjalannya waktu membuat membuat rotan pun semakin jarang di temui. Hal inilah yang membuat masyarakat di Lampung hanya membuat umbu saat ada acara adat ataupun acara-acara penting lainnya saja.

 

5.          Engkak

Engkak merupakan makanan yang memiliki rasa yang cukup manis. Bahan utama untuk pembuatan engkak ialah telur dan mentega yang dihaluskan menjadi tekstur yang sangat lembek. Engkak ini sangat cocok disantap sebagai makanan ringan dan juga sarapan. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan engkak ialah gula pasir, tepung ketan putih, telur ayam, susu kental manis, santan serta mentega. Selanjutnya semua bahan tersebut bisa Anda campurkan menjadi satu, lalu aduk hingga merata. Setelahnya Anda bisa memasukan adonan tersebut ke dalam loyang yang sudah dioleskan mentega dan juga di beri alas kertas bersih. Anda juga bisa memanggang kue ini layaknya lapis segit.

6.          Gulai Tempoyak

Gulai tempoyak juga merupakan salah satu makanan khas yang berasal dari daerah Lampung. Makanan ini dibuat dari daging durian yang sudah matang. Selain daging durian, tempoyak juga dibuat dengan menggunakan sedikit garam dan difermentasi di dalam wadah kedap udara selama tiga hari berturut-turut.

Sensasi asam dan pedas dari tempoyak ini dapat diolah dengan menjadi sajian gulai. Sajian gulai yang umum di Lampung adalah dibuat dengan memakai ikan patin. Bumbu yang dicampurkan juga terdiri atas bawang merah, bawang putih, cabai, dan kunyit yang telah dibakar sebelumnya.

7.          Gulai Balak

Gulai balak merupakan adalah makanan khas dari Lampung yang berbahan dasar daging kambing atau daging sapi. Masakan tersebut mempunyai cita rasa gurih pedas yang berasal dari pemakaian cabai dan santan.

Kuah dari gulai balak yang berwarna kuning berasal dari kunyit. Selain kunyit, masakan tersebut juga memakai rempah-rempah seperti cengkeh, kapulaga, pala bubuk, kayu manis, pekak, adas, dan jintan.

Gulai balak di sini memiliki pengertian “besar”. Hal tersebut bukan berarti gulainya yang berbentuk besar atau disajikan dalam porsi yang besar, tetapi gulainya biasanya hanya disajikan saat tertentu, misalnya Idulfitri, Iduladha, dan hajatan besar, sehingga tidak tersedia setiap saat. Gulai tersebut lama-kelamaan dikenal dengan nama gulai balak yang berarti “gulai yang hanya ada saat makan besar”.

8.          Gabing

Gabing merupakan kuliner unik lainnya yang berasal dari Lampung karena terbuat dari batang pohon kelapa yang masih muda. Gabing sendiri merupakan makanan berkuah yang cara pembuatannya dengan cara memotong batang kelapa yang masih muda menjadi bentuk yang kecil, lalu direbus oleh kuah yang telah dibumbui berbagai rempah-rempah.

9.          Pindang

Pindang merupakan kuliner yang sudah dikenal banyak orang. Namun untuk Pindang khas lampung memiliki keunikan tersendiri, baik dalam cara penyajian maupun rasanya. Pindang asal Lampung disuguhkan dengan kuah kuning. Rasanya pun gurih dan asam, serta memiliki aroma yang kuat.

10.    Kemplang

Makanan khas Lampung selanjutnya adalah kemplang. Makanan ini bentuknya seperti dan memiliki cita rasa asin dan gurih. Kemplang dibuat dari daging ikan yang kemudian digoreng hingga kering.

11.    Keripik Pisang

Keripik pisang merupakan makanan khas Lampung yang sudah dikenal banyak orang dan wajib jadi oleh-oleh apabila pulang dari Lampung. Keripik pisang merupakan camilan yang dibuat dari pisang yang dikeringkan, kemudian diberikan cita rasa sesuai dengan selera. Umumnya keripik pisang Lampung hadir dalam rasa asin, cokelat, melon, atau keju.

12.    Kue Segumpal

Kue segumpal merupakan makanan ringan khas Lampung yang terbuat dari beras ketan dan santan, yang dibungkus menggunakan daun pisang dengan bentuk yang memanjang. Kue segumpal kemasan dan rasanya hampir sama dengan kuliner khas Jawa Barat, yaitu bacang.

13.    Pisro

Pisro merupakan kuliner berkuah yang terbuat dari ikan botok dan tembakang. Makanan ini dikenal memiliki cita rasa gurih, asam, dan asin serta daging yang tebal. Pisro sudah terkenal sebagai makanan pokok masyarakat Pepadun.

14.    Keripik Nangka

Selain keripik pisang, makanan khas Lampung yang lainnya adalah keripik nangka. Keripik nangka merupakan varian keripik lain yang menjadi andalan Lampung untuk dijadikan makanan ringan sebagai salah satu pilihan oleh-oleh untuk dibawa ke kampung halaman.

15.    Sambal Asam Kembang

Sambal asam kembang merupakan olahan kuliner sambal lainnya yang menjadi makanan khas Lampung. Makanan ini terbuat dari terasi, daun kemangi, dan buah mangga muda sehingga rasanya pedas, asam, dan asin.

16.    Kue Lapis Legit

Makanan khas Lampung lain yang juga sudah terkenal adalah kue lapis legit. Kue ini rasanya manis. Kue lapis legit merupakan makanan ringan warisan zaman kolonial yang terkenal karena memiliki aroma yang sangat menggoda dan meningkatkan nafsu makan.

17.    Manisan Buah Lampung

Manisan buah khas Lampung ini terbuat dari berbagai macam buah yang sebelumnya direndam selama beberapa jam menggunakan air gula sehingga menghasilkan cita yang rasa manis.

 

 

 

 


Koneksi Antar Materi - Modul 3.3

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh Perkenalkan saya Siti Zubaidah, S.Pd dari SMAN 1 Pardasuka, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampun...