Selasa, 27 Agustus 2024

Prinsip Menggambar Model

Konsep dan Prosedur Menggambar Model

    Model bentuk tiga dimensi meliputi benda berbentuk kubis seperti meja, kursi, lemari, bak sampah, kotak pensil dan sebagainya. Benda silindris seperti botol, gelas, piring, mangkuk, teko, dan sebagainya. Terdapat juga model benda bebas atau yang bentuknya tidak beraturan seperti buah-buahan, batu-batuan, dan sebagainya.

    Sebelum membahas prinsip menggambar model, sebaiknya ketahui dahulu tentang konsep dan prosedur menggambar model. Menggambar model merupakan kegiatan yang diawali dengan menentukan objek model yang akan digambar. Objek gambar model dapat berupa hewan, tumbuh tumbuhan, manusia, dan kumpulan benda-benda yang disusun sesuai dengan komposisi, proporsi, keseimbangan, dan irama yang baik sehingga gambar memiliki kesatuan yang utuh.

    Gambar model dengan objek alam benda dapat dilakukan dengan cara mengamati langsung objek gambar sehingga dapat diketahui struktur bentuk dan bidang gambarnya. Objek gambar alam benda sendiri memiliki struktur bentuk dan bidang dasar yang berbeda-beda. Contohnya seperti bola, kubus, bujur sangkar, kerucut, dan tabung.

    Struktur bidang gambar model (alam benda) dapat berupa bidang datar, melingkar, maupun mengerucut. Struktur bentuk dan bidang tersebut memiliki kesan yang tidak sama apabila terkena sinar. Model alam benda yang terkena sinar akan menghasilkan bayangan dengan intensitas cahaya yang berbeda-beda. Efek bayangan yang ditimbulkan dari pencahayaan memberikan kesan ruang pada model sehingga gambar tampak seperti gambar tiga dimensi.

    Prinsip menggambar model merupakan pengamatan pada objek dan terbilang penting karena membuat gambar jadi menarik dan indah. Berikut ini adalah empat prinsip menggambar model

     1. Komposisi

    Komposisi merupakan cara menyusun dan mengatur model gambar sehingga hasilnya terlihat menarik dan indah. Komposisi dapat dibuat melalui bentuk objek gambar, warna, jenis objek gambar dan latar belakang gambar.

Ada beberapa jenis komposisi yaitu:

  • Komposisi simetris yaitu objek gambar diletakkan pada posisi seimbang antara sebelah kiri dan kanan. Pola ini memiliki keseimbangan yang sama dalam bentuk dan ukuran.
  • Komposisi asimetris yaitu benda diletakkan dalam posisi tidak sama baik dalam posisi maupun ukurannya. Meski begitu, komposisi ini masih memperhatikan proporsi, keseimbangan, dan kesatuan antarbenda.
  • Komposisi sentral yaitu pusat perhatian benda atau objek berada di tengahnya. Penempatan model diatur sesuai dengan proporsi bentuk model dan seimbang. Penempatan juga memiliki kesatuan antarbenda
    2. Proporsi

Proporsi merupakan perbandingan yang ideal dan harmonis antara bagian-bagian benda yang menjadi objek model gambar yang dapat diamati.

    3. Keseimbangan

Keseimbangan merupakan keselarasan antara bidang gambar, objek, dan gambar yang dihasilkan. Caranya dengan membuat skala, memberi efek perspektif pada objek gambar dan sudut pandang menggambar.

    4. Kesatuan

Kesatuan yaitu keserasian dalam pengaturan objek gambar sehingga benda-benda yang diatur satu sama lain memiliki kesan ruang, kedalaman dan saling mendukung antarobjek gambar.


Kamis, 22 Agustus 2024

Contoh Diskriminasi Ras dan Etnis di Indonesia

Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi hak asasi manusia. Salah satu hak konstitusional yang ditentukan dalam Undang-undang Dasar atau UUD 1945 adalah bahwa setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki berbagai suku bangsa, ras dan etnis. Tugas esensial negara adalah penghapusan diskriminasi ras dan etnis diatur dalam Undang-undang atau UU Nomor 40 Tahun 2008 tentang penghapusan diskriminasi ras dan etnis.

Kasus Kerusuhan Mei 1998 Kerusuhan Mei 1998 adalah kerusuhan rasial terhadap etnis Tionghoa yang terjadi di Indonesia pada 13 - 15 Mei 1998. Tidak hanya di Ibukota Jakarta, tetapi juga sejumlah daerah lainnya. Kerusuhan Mei 1998 diawali oleh krisis finansial Asia dan dipicu oleh tragedi Trisakti di mana empat mahasiswa terbunuh dalam demonstrasi 12 Mei 1998. Banyak toko dan perusahaan yang hancur oleh amukan massa, terutama milik warga negara Indonesia keturunan Tionghoa.

Konsentrasi kerusuhan terbesar terjadi di Jakarta, Medan dan Surakarta. Setelah Unjuk Rasa di Berbagai Daerah, Akankah DPR Hentikan Revisi UU Pilkada? Artikel Kompas.id Baca juga: Diskriminasi Usia Ratusan wanita keturunan Tionghoa mengalami pelecehan seksual dalam kerusuhan Mei 1998. Sebagian dianiaya dengan sadis kemudian dibunuh. Pemerintah mengeluarkan pernyataan bahwa bukti-bukti konkret tidak dapat ditemukan atas kasus-kasus penganiayaan dan pembunuhan, tetapi pernyataan ini dibantah oleh banyak pihak dan masih menjadi kontroversi.

Kasus di Sambas-Kalimantan Barat Tahun 1998-1999 Kerusuhan di Sambas adalah pecahnya kerusuhan antar-etnis di wilayah Kabupaten Sambas dan sekitarnya. Kerusuhan Sambas terjadi akibat kejengkelan Melayu terhadap oknum pendatang dari Madura. Pekerjaan yang dilakukan warga Madura tidak berbeda jauh dengan warga Melayu yaitu petani dan buruh. Oleh karena itu, terjadi kasus perebutan sumber daya ekonomi terutama tanah pertanian. Akibat kerusuhan Sambas, sebanyak 1.189 orang tewas, 168 luka berat, 34 luka ringan, 3.833 rumah, 12 mobil, dan 9 motor rusak. Selain itu, 58.544 warga Madura mengungsi dari Kabupaten Sambas ke Pontianak.

Pemerintah Kabupaten Sambas memutuskan untuk memindahkan warga Madura dari Sambas ke Kota Pontianak untuk meredakan konflik antara kedua suku. Baca juga: Hari Perempuan Internasional, Serikat Pekerja Desak Pemerintah Perhatikan Diskriminasi Buruh Wanita Kasus di Sampit-Kalimantan Tengah Tahun 2001 Kerusuhan Sampit adalah kerusuhan antar-etnis yang terjadi di Sampit pada awal Februari 2001.

Konflik ini dimulai di kota Sampit, Kalimantan Tengah yang kemudian meluas ke seluruh provinsi, termasuk ibu kota Palangka Raya. Konflik ini terjadi antara suku Dayak asli dan warga migran Madura. Kala itu, para transmigran asal Madura telah membentuk 21 persen populasi Kalimantan Tengah. Akibatnya, Kalimantan Tengah merasa tidak puas karena terus merasa disaingi oleh Madura. Menurut rumor warga Madura lah yang menjadi pelaku pembakaran rumah Dayak tersebut. Sesaat kemudian, warga Dayak pun mulai membalas dengan membakar rumah-rumah orang Madura. Kerusuhan Sampit mengakibatkan 1.335 orang Madura harus mengungsi dan sedikitnya 100 warga Madura dipenggal kepalanya oleh suku Dayak.

Kerusuhan Sampit mulai mereda setelah pemerintah meningkatkan keamanan, mengevakuasi warga, dan menangkap provokator. Untuk memperingati akhir konflik ini, dibuatlah perjanjian damai antara suku Dayak dan Madura. Guna memperingati perjanjian damai tersebut, dibentuklah sebuah tugu perdamaian di Sampit.   Referensi Bagir, Zainal Abidin, dkk. 2011. Pluralisme Kewargaan. Bandung: Mizan dan CRCS UGM Anam, Choirul. 2016. Upaya Negara Menjamin Hak-hak Kelompok Minoritas di Indonesia. Jakarta: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

Memahami Pengertian dan Contoh Inklusi Sosial

           Inklusi sosial adalah salah satu upaya yang ada dalam sebuah masyarat yang dilakukan untuk kepentingan umum. Ada banyak sekali contoh dari inklusi sosial di dalam sebuah masyarakat. Salah satunya mengikuti gotong royong di masyarakat secara rutin. Mari simak pembahasan mengenai definisi inklusi sosial beserta contohnya dalam ulasan di bawah ini.

Pengertian Inklusi Sosial

Inklusi sosial merupakan upaya peningkatan peran, hak, dan kewajiban individu dalam masyarakat, serta penempatan martabat dan kemandirian individu, guna mencapai kualitas hidup yang ideal.
Sementara dikutip dari buku Sosiologi Gender karya Keppi Sukesi dkk. (2021), pengertian inklusi sosial adalah adalah proses yang memastikan bahwa orang-orang yang ada dalam pengecualian tertentu mendapatkan hak dan kewajiban mereka.
Inklusi sosial memberikan kesempatan dan sumber daya yang diperlukan untuk berpartisipasi penuh dalam kehidupan ekonomi, sosial dan budaya, menikmati standar hidup dan kesejahteraan yang dianggap normal di masyarakat dimana mereka tinggal.
Tujuan inklusi sosial ialah untuk menciptakan keseimbangan sosial, moral dan tenaga kerja dalam semua aspek, serta memberikan kesempatan pendidikan, pekerjaan dan ekonomi kepada semua peserta dari suatu populasi yang sebelumnya dilecehkan atau ditolak karena beberapa kondisi khusus.
Inklusi sosial juga mendorong seluruh elemen masyarakat untuk memberi atau mendapat perlakuan dan kesempatan yang sama, tanpa membedakan ras, budaya, status ekonomi, atau faktor lainnya.

Contoh Inklusi Sosial

Ada banyak sekali contoh dari inklusi sosial yang dapat ditemukan dalam kehidupan masyarakat, antara lain:
  • Memberi tempat duduk prioritas untuk ibu hamil dan lansia ketika naik transportasi umum .
  • Berteman dengan semua orang tanpa melihat suku, ras, maupun agama mereka.
  • Menghormati orang yang lebih tua dan tidak menganggu anak kecil.
  • Membantu orang yang kesusahan, misalnya dengan memberikan sumbangan, bantuan medis, atau dukungan psikologis .
  • Melakukan gotong royong untuk membersihkan desa atau kompleks perumahan .
  • Membantu tetangga membetulkan jalanan rusak atau melapor pada pihak berwajib jika ada fasilitas umum yang rusak.
  • Menyuarakan hak-hak orang-orang yang terpinggirkan atau terdiskriminasi, misalnya dengan mengikuti aksi sosial, kampanye, atau advokasi.
    Demikian pembahasan mengenai pengertian dan contoh dari inklusi sosial yang ada di masyarakat. Semoga bermanfaat dan selalu diberi kesehatan, Aamiin.

Tahapan Creative Problem Solving Dalam Perusahaan

Tahapan Creative Problem Solving dalam perusahaan peran seorang manajer beserta stafnya seringkali mengalami kendala dalam hal kemampuan untuk memecahkan permasalahan.  Sehingga hal ini mengakibatkan mengalami kesulitan untuk mencari jalan keluar dan dapat menganggu kegiatan operasional sebagaimana mestinya dalam perusahaan. Creative Problem Solving merupakan suatu metode pembelajaran untuk melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan dalam hal memecahkan masalah, yang harus dibarengi dengan penguatan keterampilan. Creative Problem Solving ini cocok digunakan untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah yang terjadi didalam perusahaan dengan metode pengalaman yang sebelumnya pernah dihadapi dalam menyelesaikan suatu masalah, dan juga untuk menyelesaikan permasalahan yang baru didalam perusahaan.

Kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan ini menjadi salah satu keahlian dan penting yang harus dimiliki oleh pemimpin perusahaan. Permasalahan yang terjadi harus segera diselesaikan tanpa harus menunda-menunda waktu yang dapat mengakibatkan kerugian di masa yang akan datang.

Berikut langkah – langkah Creative Problem Solving yang dapat diterapkan di dalam perusahaan, antara lain sebagai berikut :

1.  Klarifikasi Masalah

Klarifikasi masalah merupakan pemberian penjelasan kepada staf atau karyawan tentang permasalaan yang terjadi. Klarifikasi masalah ini diperlukan dengan tujuan supaya karyawan memahami atau mengerti dengan masalah yang sedang terjadi dan mampu merumuskan permasalahan tersebut.

2.  Pengungkapan Pendapat (Brainstorming)

Dalam proses ini asumsi yang ada dihilangkan terlebih dahulu dan permasalahan yang ada ditelisik lebih dalam. Dengan menggunakan data yang akurat, fakta dan informasi yang tepat dan akurat dapat membantu memecahkan masalah.

3.  Evaluasi / Pemilihan (Selection)

Pada tahap evaluasi dan pemilihan setiap karyawan mampu mendiskusikan pendapatnya dan memberikan solusi yang sesuai dan cocok untuk menyelesaikan masalah tersebut. Selain memberikan pendapat mengenai masalah yang ada sebaiknya ditambahkan dengan memberikan penjelasan terkait pendapat  yang dikemukakan sehingga menjadi lebih relevan.

4.  Pengembangan (Development)

Setelah pemimpin perusahaan menemukan solusi atau alternatif dalam permasalahan yang terjadi, maka pemimpin akan menganalisis pro dan kontra pada setiap pilihan dan mempertimbangkan dampak serta potensi yang dapat muncul kembali dengan permasalahan yang baru.

5.  Implementasi

Tahapan ini pemimpin menentukan strategi yang akan dipilih dan diambil untuk menyelesaikan masalah kemudian menerapkannya sehingga menemukan penyelesaian dari masalah tersebut.

Setiap metode dalam proses Creative Problem Solving tentunya mempunyai kelebihan dan kekurangan di masing – masing, metode yang telah dikemukakan oleh penjelasan diatas mempunyai kelebihan dan kekurangan diantarnya sebagai berikut :

  • Kelebihan
  1. Melatih untuk berpikir dan bertindak secara kreatif
  2. Memecahkan masalah yang dihadapi dengan realistis
  3. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan
  4. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan yang telah dilakukan
  5. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir karyawan untuk menyelesaikan permasalahan yang sedan dihadapi dengan tepat.
  • Kekurangan
  1. Beberapa pokok bahasan sulit untuk diterapkan dengan metode problem solving seperti yang sudah dijelaskan diatas.
  2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan degan metode-metode yang lain.

Sehingga pemecahan masalah kreatif (Creative Problem Solvingmerupakan keseimbangan yang dinamis antara pemikiran divergen dan konvergen (Dorval, 1999). Model ini melatih untuk para karyawan untuk memikirkan berbagai macam solusi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah dan mencari solusi dengan mengumpulkan sehingga menemukan solusi untuk diimplementasikan dalam memecahkan suatu masalah secara kreatif.

Kronologi pengepungan mahasiswa Papua di Yogyakarta

  Mahasiswa dan warga Papua di Asrama Mahasiswa Papua, Kamasan I di Jalan Kusumanegara, Yogyakarta, mendapatkan aksi pengepungan dari sejumlah organisasi masyarakat dan aparat Kepolisian pada Jumat (15/7). Kejadian tersebut bermula saat mahasiswa Papua yang menamai diri Persatuan Rakyat untuk Pembebasan Papua Barat (PRPPB) membuat rangkaian acara pada tanggal 13-16 Juli 2016.

    Acara tersebut dalam rangka mendukung ULMWP (United Lebration Movment For West Papua) untuk bergabung di Melanesian Spearhead Grup (MSG) yang sedang melakukan Konferensi Tingkat Tinggi di Honiara, Solomon Island 13-15 Juli. PRPPB semula berencana melakukan aksi long march dengan rute Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kusumanegara ke Titik Nol KM di Jalan Panembahan Senopati pukul 09.00 WIB.

    Tetapi sebelum long march dilakukan, ratusan personel kepolisian sudah mengepung asrama tersebut. Mahasiswa didorong masuk ke dalam asrama. Selain mendukung pembebasan Papua Barat, sedianya tuntutan yang akan disampaikan pada long march mahasiswa Papua di Yogyakarta adalah mencabut izin perusahaan perusahaan asing di tanah Papua.Tidak hanya dukungan untuk Papua Barat, tuntutan mereka juga adalah menarik seluruh pasukan TNI dan Polisi dari pulau tambang emas itu.

    Jalan yang menjadi akses untuk menuju lokasi aksi pun diblokir. Tak hanya itu, pintu gerbang dan pintu belakang asrama di blokade truk polisi pada pukul 07.00 WIB. Ketua umum aliansi mahasiswa Papua, Jefry Wenda mengatakan, pengadangan yang dilakukan sangat tidak menghormati hak asasi bahkan menjurus ke penganiayaan. "Diadang untuk sampaikan aspirasi. Sempat terjadi baku dorong. Ormas mengganggu masa aksi, pagi sampai sore mereka diadang di asrama mahasiswa Papua," ujar Jefry di kantor Lembaga Bantuan Hukum, Jakarta, Sabtu (16/7).

       Padahal sehari sebelumnya, Rabu (13/7) PRPPB ini telah mengajukan surat permohonan mengadakan long march ke Polda Yogyakarta. Di samping itu, aksi yang akan dilakukan menurut Jefry merupakan aksi damai bukan aksi demo yang identik dengan kekerasan. Selang satu jam, sekitar pukul 10.00 WIB, mahasiswa Papua menggelar orasi politik di halaman asrama karena rencana aksi long march digagalkan. Setelah orasi, sejumlah ormas mendatangi asrama itu sambil mengucapkan kata-kata rasialis dan nama-nama hewan.

       Ada sekitar empat organisasi yang datang. Diantaranya, Pemuda Pancasila, Paksi Katon, Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan TNI Polri Indonesia dan Laskar Jogja. Jefry mengatakan saat pengepungan terjadi, pasokan makanan dan minuman atau kebutuhan lainnya pun ditahan oleh ormas yang berjaga di sana. Alhasil, Sekita 150 mahasiswa yang terkepung mulai kelaparan pukul 14.00 WIB. Ubi yang dibeli di Pasar Giwangan disita polisi bersama penangkapan tujuh orang pembelinya.

     "Beberapa ormas (berjaga) di lingkungan sekitar. Mahasiswa yang datang ke sana ditanya, kamu tujuannya apa ke sini? kemudian polisi menahan makanan itu ada pula yang menghajar semena-mena," jelasnya.

     Secara terpisah, Pengacara publik LBH, Veronica Koman menyebut masyarakat Yogya turut ikut membantu menyalurkan bantuan berupa stok makanan ataupun minum menggunakan mobil PMI. Makanan baru bisa masuk ke asrama mahasiswa Papua pada pukul 21.00 WIB. "Itu bukan masyarakat Yogya. Mereka (masyarakat Yogyakarta) malah bantu mereka yang terkepung dengan mengirimkan bantuan makanan ataupun minuman," terang Veronica.

       Kemudian, pada Sabtu (16/7) dini hari, aparat kepolisian menangkap delapan mahasiswa Papua. Dari delapan korban tersebut satu orang dijadikan tersangka. Humas Polisi Daerah (Polda) DIY, AKBP Anny Pudjiastuti menjelaskan, satu orang yang dijadikan tersangka tersebut bernama Obi Kogoya. Obi Kogoya dijadikan tersangka karena membawa satu panah. "Satu orang dijadikan tersangka karena terbukti membawa satu panah. Tersangka tersebut dibebaskan dengan syarat wajib lapor," ujarnya.

Jumat, 08 Maret 2024

Koneksi Antar Materi - Modul 3.3

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Perkenalkan saya Siti Zubaidah, S.Pd dari SMAN 1 Pardasuka, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung, Calon Guru Penggerak angkatan 9 .akan menyampaikan koneksi antar materi pada modul 3.2. Yang mana pada tulisan saya kali ini merupakan rangkuman dari materi modul 1.1 sampai modul 3.2 yang saling berhubungan.

Tujuan Khusus :

CGP dapat melakukan koneksi antar materi yang telah dipelajari dari modul-modul sebelumnya untuk membuat sintesa pemahaman tentang program sekolah yang berdampak pada murid.

Bagaimana perasaan Anda setelah mempelajari modul ini?

Perasaan

Perasaan Saya dalam mempelajari Modul 3.3 dengan materi Pengelolaan Program yang Berdampak Positip pada Murid, adalah sangat Bahagia, karena mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat. Program yang berdampak positip pada murid sangat didambakan oleh sekolah, karena pada dasarnya seluruh sekolah adalah untuk mendidik murid menjadi lebih baik, sehingga program sekolah sudah selayaknya berdampak positip bagi murid.

Sebelum saya mempelajari modul ini, di sekolah  selama ini melaksanakan program dengan menyesuaikan pengelolaan keuangan yang sesuai dengan rancangan yang disetujui, bukan pada kebutuhan yang semestinya murid dapatkan, namun setelah mempelajari modul ini saya menjadi tergerak bahwa program sekolah tidak seluruhnya harus menggunakan aset finansial. Namun justru menggerakkan atau mengembangkan aset yang ada, dan dapat dikembangkan dengan semaksimal mungkin tanpa harus memaksakan diri untuk penggunaan finansial sekolah.

Keterkaitan dengan proses belajar

Secara pribadi selama ini saya seorang guru Bimbingan Konseling sudah melaksanakan assessment kebutuhan murid, namun dalam pelaksanaan yang berpihak pada murid belum bersinergi secara keseleruhan, masih banyak guru yang mengedepankan pengetahuan sehingga perlu adanya berbagi ilmu tentang pembelajran yang berpihak pada murid. Saya ingin melaksanakan pelayanan yang berbasis kebutuhan murid, dengan adanya program berdampak pada murid ini maka angan angan saya terealisasikan bahwa pelayanan pada murid dapat dimaksimalkan dengan bersinergi pada program sekolah yang berdampak pada murid.

Emosi pengalaman belajar

Selama ini banyak ide dan gagasan saya untuk  dapat mengembangkan potensi anak dengan bakat minat anak, namun selalu terbentur dengan kegiatan yang bukan termasuk dalam rencana sekolah atau pendanaan sekolah, sehingga rasa kecewa terjadi, namun dengan adanya mengikuti PGP ini saya semangat untuk menggerakkan program yang sesuai dengan impian anak dan berharap dapat berkolaborasi dengan seluruh warga sekolah tanpa harus dengan mengeluarkan banyak biaya namun dengan asset yang ada disekolah untuk dioptimalkan.

Dalam memberikan pelayanana atau pembelajaran di kelas sering mengalami kekecewaan dengan  ditemukan siswa yang pasif atau tidak semangat belajar. Perlu adanya penyegaran dalam pemberian pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid atau gaya belajar murid, karena karakter murid berbeda dan kemaampuannya pun berbeda.

Keterkaitan dengan kompetensi diri

Nilai dan peran guru penggerak sangat dibutuhkan dalam mengelola sebuah program yang berdampak pada murid. Adanya keinginan diri yang tergerak, bergerak dan menggerakkan komunitas sekolah untuk membuat program yang berdampak pada murid. CGP hendaknya selalu melaksananakan nilai dan peran sebagai guru penggerak yang dapat menciptakan kepemimpinan Murid.  Dalam Guru penggerak melakukan yang terbaik untuk murid, hal ini dapat mendorong saya terus belajar untuk mendorong kepemimpinan murid dan  menciptakan profil pelajar Pancasila.

Sebagai seorang guru perlu pengembangan diri untuk selalu mengikuti perkembangan jaman, untuk dapat memberikan pembelajaran pada murid sesuai dengan keberpihakan ada murid. Terutama saya seorang guru BK harus dapat menggali bakat minat dan juga potensi murid untuk dapat mengembangkan potensinya agar selalu mengembangkan budaya positif, dan juga dapat tercipta kepemimpinan murid dan profil pelajar Pancasila.

Apa intisari yang Anda dapatkan dari modul ini?

Inti sari modul 3.3 ini adalah

A. Student Agency (Kepemimpinan Murid)

Peran guru adalah mendampingi murid dalam mengembangakan potensi .  Empat sifat inti dari human agency adalah “IVAR”. IVAR yaitu  I – Intensi = Kesengajaan (intentionality), V – Visi = Pemikiran ke depan (forethought), A – Aksi = Kereaktifan-diri (self-reactiveness), R – Refleksi = Kereflektifan-diri (self-reflectiveness).

Kepemimpinan murid adalah tentang murid yang bertindak secara aktif, dan membuat keputusan serta pilihan yang bertanggung jawab, daripada hanya sekedar menerima apa yang ditentukan oleh orang lain. Ketika murid menunjukkan agency dalam pembelajaran mereka sendiri, yaitu ketika mereka berperan aktif dalam memutuskan apa dan bagaimana mereka akan belajar, maka mereka cenderung menunjukkan motivasi yang lebih besar untuk belajar dan lebih mampu menentukan tujuan belajar mereka sendiri.

Saat murid menjadi pemimpin dan mengambil peran aktif dalam proses pembelajaran mereka sendiri, maka hubungan yang tercipta antara guru dengan murid akan mengalami perubahan, karena hubungannya akan menjadi bersifat kemitraan, dengan bantuan peran dari seluruh guru.

B. Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid

Saat murid menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran mereka sendiri, maka mereka sebenarnya memiliki suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) dalam proses pembelajaran mereka.

Implementasi Student Agency terlihat saat  murid mendemonstrasikan “student agency”  ketika mereka mampu mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, membuat pilihan-pilihan, menyuarakan opini, mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajar, mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain, dan melakukan tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya.

C. Kepemimpinan Murid dan Profil Pelajar Pancasila

Dalam student agency disebut juga sebagai “kepemimpinan murid” meliputi Voice(suara), Choice (Pilihan), dan Ownership (Kepemilikan). Student Agency ini dilaksanakan maka  dapat menciptakan profil pelajar Pancasila.

Dalam profil pelajar Pancasila meliputi 6 dimensi yaitu

Beriman dan bertaqwa pada Tuhan YME dan berakhlak Mulia, Berkebinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif. Keenam dimensi ini sebenarnya sudah sering diimplementasikan dalam lingkungan Pendidikan. Perlu pengembangan Kembali pada murid akan implementasi dalam kehidupan sehari-hari. Pembentukan profil pelajar Pancasila inilah perlu adanya kolaborasi dari seluruh warga dan lingkungan untuk menciptakannya. Diharapkan Program sekolah semuanya mencerminkan dimensi dalam profil pelajar Pancasila.

Apa  keterkaitan yang dapat Anda lihat antara Modul ini dengan modul-modul sebelumnya?

Keterkaitan modul 3.3 dengan modul sebelumnya

 Koneksi modul 3.3 dengan modul 1.1

Program yang berdampak Positip pada murid haruslah dilaksanakan atas dasar filosofi KHD, yaitu melalui filosofi Ki Hajar Dewantara tentang “menumbuhkan padi”  bahwa dalam mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid, saya sebagai guru sudah memulai mencoba merencanakan program yang mampu membangun ekosistem yang mendukung pembelajaran murid sehingga mampu mengembangkan segala potensi murid sesuai dengan kodratnya. Guru adalah fasilitator dalam menuntun murid untuk dapat memberikan pembelajaran pada murid sehingga mempunyai dampak positip pada murid.

Koneksi modul 3.3 dengan modul 1.2

Sebagai seorang guru, saya mencoba memahami nilai dan peran guru penggerak, sehingga berharap nantinya mampu memainkan peran saya sebagai agen perubahan, dengan senantiasa berperan aktif serta berupaya menggerakkan ekosistem sekolah guna tercapainya pengelolaan program sekolah yang berdampak pada murid untuk menumbuhkembangkan student agency, dan menciptakan profil palajar Pancasila.

Koneksi modul 3.3 dengan modul 1.3

Dalam pembuatan program yang berdampak pada murid tidak terlepas dari VISI sekolah.  Dalam menerapkan visi guru penggerak, saya berupaya merancang sebuah program atau kegiatan pembelajaran disekolah yang tentunya murid menjadi pertimbangan utama saya, dengan harapan program yang saya rancang dapat mendorong bertumbuhkembangnya kepemimpinan murid (student agency), dimana salah satu perancangan program yang saya buat menggunakan model inkuiri apresiatif dengan tahapan BAGJA.  Program yang berdampak pada murid inilah untuk mewujudkan VISI sekolah dengan prakarsa perubahan yang sesuai dengan aset sekolah yang ada untuk menciptakan profil pelajar Pancasila.

Koneksi modul 3.3 dengan modul 1.4

Dalam mengelola program yang berdampak positif bagi murid maka perlu ditunjang dengan adanya budaya positif di sekolah sehingga program-program yang dijalankan dapat berjalan dengan baik dan berkesinambungan sehingga mampu menciptakan kepemimpinan murid (student agency), dan profil pelajar Pancasila.

Koneksi modul 3.3 dengan modul 2.1

Dalam mewujudkan student agency maka pengelolaan program yang berdampak pada murid harus mampu mengakomodir segala perbedaan kebutuhan belajar murid mulai dari kesiapan, minat, dan profil belajar murid. Perbedaan karakter anak inilah yang menjadi dasar dalam pemberian layanan yang sesuai dengan kebutuhan anak. Dengan adanya perbedaan maka akan memunculkan rasa keingintahuan, dan mempunyai ide gagasan serta kepemilikan. Sehingga pembelajaran berdiferensiasi juga memunculkan peran aktif, mengungkapkan pendapat, merefleksikan dan menghasilkan produk dalam pembelajarannya. Hal ini juga sudah mencerminkan implementasi dalam Student Agency.

Koneksi modul 3.3 dengan modul 2.2

Dalam merencanakan program yang berdampak pada murid, perlu mengintegrasikan pembelajaran sosial dan emosional di dalamnya. Hal ini dimaksudkan untuk menempatkan murid pada kesadaran penuh (minfulness). Ketika murid sudah fokus, maka ia akan tenang, berempati, termotivasi dan memiliki sikap tanggung jawab dalam menjalankan program sehingga student agency akan tercipta.

Koneksi modul 3.3 dengan modul 2.3

Coaching sangat penting dilakukan sebagai langkah untuk menggali segala potensi dan mengembangkan keaktifan murid sehingga ia akan mampu untuk menemukan sendiri solusi atas permasalahan yang ia hadapi ketika melaksanakan program sekolah yang berdampak pada murid untuk itu sikap kreatif, inovatif dan kritis dari murid sangat diharapkan agar tercipta kepemimpinan murid (student agency). Begitu juga dengan impian dan harapan anak yang di dapat melalui coaching dengan anak semuanya akan tersalurkan melalui program yang berdampak positip pada murid.

Koneksi modul 3.3 dengan modul 3.1

Dalam perancangan dan pembuatan program sekolah haruslah yang berpihak pada murid, dan dapat dipertanggungjawabkan. Agar keputusan yang kita ambil bersifat efektif dan efisien terkait rancangan program yang ingin dilaksanakan tentunya keputusan tersebut harus memperhatikan 3 prinsip berpikir, 4 paradigma pengambilan keputusan dan melakukan 9 langkah pengajuan dan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Hal itu tentu saja untuk mengantisipasi ketika ada dilema etika ataupun bujukan moral dalam penyelenggaraan kegiatan yang berdampak positif pada murid.

Koneksi modul 3.3 dengan modul 3.2

Dalam perencanaan dan pelaksanaan program yang berdampak pada murid hendaknya menggunakan pendekatan berbasis aset sehingga dalam melaksanakan program tersebut kita dapat memaksimalkan segala potensi yang ada di sekolah. Dengan memaksimalkan segala potensi maka dapat dipastikan program yang direncanakan akan berjalan dengan baik dan berkesinambungan untuk menumbuhkan kepemimpinan murid (student agency).

4.  Setelah melihat keterkaitan antara modul ini dengan modul-modul lainnya jelaskanlah perspektif Anda tentang program yang berdampak positif pada murid. Bagaimana seharusnya program-program  atau kegiatan sekolah harus direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi agar program-program tersebut dapat berdampak positif pada murid?

 Setelah mempelajari modul ini prespektif  kedepan akan program adalah program yang berdampak positip pada murid, yaitu program yang mengedepankan kepemimpinan murid, dengan menggunakan aset yang ada disekolah sesuai dengan keputusan bersama yang mewujudkan visi sekolah.

Program seharusnya dibuat atas dasar impian dan harapan murid, menggunakan aset yang ada disekolah untuk dioptimalkan. Program ini melibatkan anak dan anak aktif langsung dalam merencanakan melaksanakan dan mengevaluasi program. Semua bentuk program akan menciptakan student agency dan menciptakan profil pelajar Pancasila.

Contoh program saya tentang program yang berdampak pada murid adalah pengembangan literasi sekolah. Literasi yang selama ini dikembangkan masih bersifat paksaan. Dalam satu tempat dikumpulkan diwajibkan membaca dan merangkum. Hal ini sangat membosankan bagi para murid. Berdasarkan impian murid, maka saya merencanakan literasi yang menyenangkan dengan Program PILPEN ( pilihan Pendengar) yaitu program yang bersifat ko-kurikuler yang dilaksankan saat istirahat dengan tidak mengganggu aktifitas mereka dalam beristirahat. Dengan bekerjasama seluruh warga sekolah. Pelaksanaannya adalah siswa dan guru menulis apa yang menjadi ide mereka atau gagasan mereka dan sesuai dengan pilihan mereka mau Bahasa Indonesia, inggris, atau sunda. Dan dalam penyiaraan di ruang osis nantinya saat istirahat dilakukan oleh anak murid langsung sesuai dengan jadwalnya, dengan dibantu oleh guru yang piket pula. Adapun evaluasinya setiap minggunya oleh pembina osis. Dan setiap bulannya dirapikan seluruh ide yang ditulis dalam bentuk buku dan ditaruh di perpustakaan sebagai hasil literasi sekolah.

Kegiatan ini melibatkan murid berperan aktif dalam merencanakan dan melaksanakan program. Saat proses pembuatan program juga murid  dilibatkan, dalam pelaksanaan program murid berperan aktif, dan saat evaluasi murid diikut sertakan.


Rangkuman dari Materi modul 3.3 sesuai rubrik penilaian

A. Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar

  1. Pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh

Pengalaman yang saya peroleh Murid adalah aset  manusia yang sangat berharga dalam proses pembelajaran. Harapan dan keinginan guru sebagai fasilitator adalah memunculkan potensi murid sesuai dengan minat dan bakatnya supaya  merangsang mereka untuk bersemangat dalam proses belajarnya sehingga tumbuh tanggung jawab dengan apa yang mereka yakini. Selama ini saya masih berfikir bahwa guru yang memegang kendali terhadap proses pembelajaran murid, persepsi itulah yang menjadikan proses pembelajaran seolah-olah dipaksakan anak harus mengikuti perintah guru, apa program sekolah, sehingga muncul semacam keterpaksaan pada diri murid mengerjakan penugasan yang diberian oleh guru.

Dalam modul 3.3 ini saya semakin memahami bahwa murid kita dapat melakukan aktifitas pembelajaran  lebih dari sekedar menerima perintah  dari guru. Murid secara alami adalah seorang pengamat, penjelajah, penanya, yang memiliki rasa ingin tahu atau minat terhadap berbagai hal. Lewat rasa ingin tahu serta interaksi dan pengalaman mereka dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya, mereka kemudian membangun sendiri pemahaman tentang diri mereka, orang lain, lingkungan sekitar, maupun dunia yang lebih luas. Sebenarnya murid juga memiliki kemampuan untuk mengambil bagian atau peranan dalam proses belajar mereka sendiri. Setelah mempelajari modul ini saya bertekad dengan merancang pembelajaran yang mampu memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan potensinya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri, sehingga potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik. Saya juga akan membuat Program yang berdampak pada murid sesuai impian murid.

  1. Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar

Pengalaman dalam proses pembelajaran setelah membaca dan memahami berbagai modul dari pelatihan guru penggerak ini terutama pada modul 3.3 saya merasakan banyak sekali perubahan, terutama paradigma berfikir saya sebagai seorang guru, ada rasa yang berbeda pada diri saya, muncul keyakinan dan percaya diri saya tentang peran dan fungsi saya sebagai seorang guru, guru adalah seorang seorang fasilitator sekaligus mitra belajar bagi murid. Melalui modul ini pula saya semakin memahami bahwa tugas guru bukan hanya sekedar memberikan materi kepada murid, tapi bagaimana seorang guru mampu menggali, merancang, menemukan setiap potensi dari setiap murid dikelasnya, kelas yang tercipta harus menyenangkan.

Melalui “student agency” murid menjadi mampu mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, membuat pilihan-pilihan, menyuarakan opini, mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajar, mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain, dan melakukan tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya. Sehingga keinginan belajar berdasarkan kesadaran bukan paksaan. Program yang selama ini terlaksana juga belum memenuhi impian murid, namun dengan mengikuti PGP dalam modul ini saya ingin membuat program yang berdampak pada murid, dengan berkolaborasi dengan seluruh warga sekolah.

  1. Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan murid dalam proses belajar 

Selama mempelajari modul-modul dari guru penggerak ini banyak hal baru yang sudah  saya terapkan dalam proses pembelajaran di kelas, saya sudah mengurangi peran saya sebagai leader utama dikelas terutama memaksakan kehendak saya dikelas, dulu saya sering beranggapan bahwa anak harus memahami apa mau saya, sekarang dengan pemahaman baru setelah menyelesaikan materi pada modul 3.3 ini saya sudah mulai berkolaborasi dengan murid dalam menciptakan kelas yang membahagiakan mereka, bagaimana menciptakan kelas-kelas yang dicintai murid, bagaimana murid mulai membuat proyek-proyek yang mereka mereka mau sesuai dengan bakat dan potensi  mereka, sementara peran saya adalah sebagai fasilitator dan  mitra belajar mereka dengan memberikan mereka tantangan, menjadi motivator dan juga kontroling pada proses pembelajaran yang diselenggarakan, diantara berbagai program yang saya buat bersama mereka adalah proyek bisa berbentuk poster, pembuatan video naratif materi, berbagi cerita inspiratif pembelajaran, dan lain sebagainya.

  1. Apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan murid dalam proses belajar

Beberapa hal yang masih perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan murid dalam proses belajar adalah saya harus merancang dan menemukan ide-ide baru yang disukai murid sehingga murid dapat lebih kreatif, inovatif, dan tidak bosan dengan berbagai program yang selama ini sudah berjalan, saya juga harus terus konsisten dalam menumbuhkan voice, choice dan ownership (Student Agency) murid dengan melibatkan mereka dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid. Program yang dibuat harus sesuai impian murid, sehingga tercipta kepemimpinan murid dan profil pelajar Pancasila.

  1. Implikasi terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi

Implikasi terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi saya adalah saya semakin terlatih dan bertambah keyakinan untuk mampu merancang berbagai program yang berdampak positip pada murid dan  berpihak pada kepemimpinan murid melalui berbagai penguatan materi yang telah saya dapatkan dan pelajari baik dari modul di LMS, pemahaman oleh fasilitator, pengajar praktik,  dan instruktur serta informasi pada  ruang kolaborasi dengan rekan sejawat. Implementasi materi dalam PGP akan sangat berguna badi diri sendiri dan sekolah untuk mengembangkan potensi yang ada. Dari kegiatan PGP selalu ada aksinyata, maka kegiatan inilah bukti dalam implementasi kegiatan PGP di lingkungan  saya bekerja.

B. Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP

  1. Pertanyaan kritis yang muncul setelah mempelajari modul 3.3

Bagaimana merancang sebuah program yang dapat mendorong murid untuk menumbuhkembangkan Kepemimpinan murid ( Student Agency)  dalam proses pembelajaran di kelas ?

Bagaimana merancang program sekolah yang dapat menumbuhkembangkan kepemimpinan murid (Student Agency) yang berdapak positip pada murid, dengan menggunakan aset yang ada dan mampu menciptakan profil pelajar Pancasila?

Bagaimana cara pelaksanaan program agar seluruh ekosistem sekolah dapat terlibat dalam pengelolaan program yang berdampak positip pada murid untuk menciptakan kepemimpinan murid dan profil pelajar Pancasila ?

  1. Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru

Pengalaman belajar yang dialami oleh murid di dalam kelas akan membentuk serta mempengaruhi karakter serta kepribadiannya, jadi sudah selayaknya guru mampu merancang pembelajaran yang memfasilitasi lingkungan belajar murid sehingga tujuan pendidikan sesuai filosofi Ki Hajar Dewantara dapat terwujud. Lingkungan belajar sangat berperan dalam menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. Komunitas yang mendukung kepemimpinan murid akan memahami bahwa sesungguhnya setiap murid memiliki voice, choice dan ownership dalam proses pembelajarannya, sehingga untuk menumbuhkembngkan student agency maka murid perlu dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi berbagai program sekolah. Seluruh guru dapat memanfaatkan setiap asset atau kekuatan yang ada disekolah untuk merancang program yang mendorong tumbuhnya kepemiminan murid dengan menetapkan pendekatan inquiri apresiatif menggunakan tahapan BAGJA, baik untuk program pembelajaran di kelas maupun program sekolah.

  1. Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (baik tingkat sekolah maupun daerah

Tantangan dalam kelas

Tantangan yang mungkin saya alami ketika merancang suatu program yang berdampak pada kepemimpinan murid adalah mendapati kelas yang cenderung pasif saat kegiatan KBM, murid jarang berani berpendapat maupun menyampaikan ide atau gagasannya. Sering yang terjasi mendapati kelas yang anak-anaknya cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran. Kurang kurang percaya diri ketika mengungkapkan pendapat, kurang berani ketika tampil di depan teman temannya.

 Tantangan di sekolah

Ketiga program yang berdampak pada murid perlu membutuhkan kolaborasi dengan banyak rekan sejawat, belum tentu mendapatkan respon positip, karena kesibukan dari masing masing guru. Keterbatasan akan sarana pendukung karena Gedung yang belum memenuhi syarat akan terselenggaranya program sekolah, karena adanya kelas pagi dan sore. Pendukung secara finansial saat pelaksanaan program, yang berbasis proyek, sangat berpengaruh.

  1. Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi

Dalam Kelas

Adapun langkah yang akan saya ambil sebagai alternatif solusi adalah menggunakan cara pendekatan yang berbeda kepada kelas yang cenderung pasif saat pembelajaran, misalnya dengan memberikan   pertanyaan yang memantik untuk murid supaya muncul rasa ingin tau dan juga memberikan tantangan proyek kepada murid sehingga terpacu motivasinya. Memberikan kesepakatan di awal saat akan melaksanakan pembelajaran, dan memberikan kesiapan belajar sebelumnya agar murid paham apa yang akan dipelajari nanti dan di praktekkan.  Hal lain yang akan saya lakukan misalnya dengan memberikan kesempatan kepada siswa menuliskan ide/gagasannya lewat tulisan bagi beberapa murid yang memang memiliki masalah dengan kepercayaan dirinya ketika harus berbicara didepan umum secara langsung  atau berpendapat. Dan menanyakan perasaan ketika akan melaksanakan pembelajaran.

Selain itu juga dapat dilakukan dengan membuat keyakinan kelas sehingga budaya positif disekolah tumbuh dengan baik guna mendukung keberlangsungan program kelas yang telah direncanakan.

Tantangan Sekolah

Menanamkan budaya positip di sekolah dan memberikan sosialisasi program pada seluruh warga sekolah dengan memberikan kesempatan rekan untuk berperan sesuai potensi masing masing. Menggunakan aset yang ada untuk dapat mengembangkan program sekolah dengan rasa gotong royong demi keberpihakan pada murid dan menciptakan kepemimpinan murid dan profil pelajar Pancasila. Bekerjasama dengan orang tua murid dan Lembaga lain  untuk dapat memberikan bantuan atau donator pada sekolah akan peduli Pendidikan untuk dapat mendukung program sekolah yang berdampak positip pada murid.

  1. Gambaran rencana implementasi (praktik)

Sebagai gambaran rencana implementasi (praktik) dari penerapan modul 3.3 ini adalah saya akan merancang pembelajaran yang yang dapat mendorong murid untuk menumbuhkembangkan voice, choice dan ownership dalam proses pembelajarannya. Diantara beberapa program yang saya rencanakan adalah program PILPEN.  Program ini adalah sebuah program kokurikuler yang memiliki tujuan untuk mengembangkan literasi sekolah dalam kemampuan siswa membaca dan menulisa tanpa keterpaksaan namun literasi yang menyenangkan.  Dalam prosesnya murid dapat memilih Bahasa yang mereka kuasai baik Bahasa Indonesia, inggris, atau sunda dengan menuliskan ide gagasan adalam bentuk artikel, puisi ataupun pantun dan motivasi serta curhatan mereka, dan dikumpulkan di kotak yang disediakan di depan ruang osis, untuk di siarkan saat istirahat oleh petugas sesuari jadwalnya.  Program ini pula merupakan salah satu program yang diusulkan murid saat diajak merancang program yang berdasarkan aset yang dipunyai sekolah. Aset yang diambil adalah aset manusia dan ast fisik yaitu ruang osis dan pengeras suara yang ada di kelas dimanfaatkan secara optimal dengan Program PILPEN untuk menciptakan kepemimpinan siswa melalui Voice, Choise, dan Ownership, dengan dibantu guru Bahasa dan dibawah pengawasan pembina osis.  Dalam kegiatan PILPEN ini setiap siswa mempuyai ide gagasannya, sesuai pilihan bahasanya, dan aktif ikut serta dalam kegiatan. Hal ini dapat menumbuhkan rasa kepemimpinan murid dan menciptakan profil pelajar Pancasila yang kreatif, gotong royong, mandiri, berkebinekaan global dan nalar kritis, serta selalu beriman bertaqwa pada Tuhan YME dan berakhlak mulia, karena diselipin dengan kata kata untuk nilai nilai kebajikan atau pesan moral setiap harinya. PILPEN ( PIlihan Pendengar) adalah implementasi literasi yang menyenangkan.

C. Membuat keterhubungan

  1. Pengalaman masa lalu

Pada saat saya masih SMA pelajaran Bahasa Inggris saya setiap sebulan seklai mendapatkan tugas untuk implementasi conversation di Borobudur mencaru bule atau orang asing yang dapat diajak komunikasi Bahasa inggris dan mendapatkan alamat serta tanda tanda tangannya. Hal ini sangat berat bagi saya karena harus banyak mengeluarkan uang ke area wisata dan juga tantangan dalam percakapan menggunakan Bahasa inggris. Namun karena dukungan orang tua dan teman sekelompok   saya mampu melewatinya, bahkan menjadi sebuah kesenangan tersendiri sampai akhirnya terbiasa ke area wisata untuk pengembangan diri sehingga mempunyai kelompok atau komunitas di luar sekolah,walaupun membutuhkan fianansial yang lebih.

Ternyata guru jaman dulu sudah menggunakan metode yang luar biasa, memanfaatkan aset lingkungan yang ada, sekitar candi Borobudur. Namun masih berupa perintah dari guru untuk menyelesaikan tuga. Dan juga saat kegiatan mata pelajaran lainnya guru sering mengajak keluar didaerah sekitar yang ada, sehingga sering belajar di luar ruangan supaya tidak bosan didalam kelas. Dan adanya pementasan seni setiap akhir semester kita wajib tampil sesuai dengan potensi masing masing. Saya selalu tampil menari dan bernyanyi karena hobby. Kesemuanya ini memberikan rasa tanggungjawab, mandiri, kreatif, gotong rotong, dan juga berani serta percaya diri pada masing masing murid.

  1. Penerapan di masa mendatang

Saya akan berusaha menciptakan dan merancang pembelajaran yang berdampak bagi murid-murid dikelas. Saya akan selalu mencoba melibatkan murid dalam setiap pengambilan keputusan belajarnya. Mendengarkan suara, memberikan pilihan-pilihan dan menumbuhkan kepemilikan pada diri murid sehingga pengalaman-pengalaman belajar yang mereka alami sesuai dengan kemampuannya, terutama secara finansial, dan memberikan alternatif untuk mereka pilih sesuai potensi dan kemampuannya.

Program sekolah juga demikian, seriap merancang, melaksanakan dan mengevaluasi murid terlibat. Sehingga program sekolah untuk mewujudkan  visi sekolah yang  berdampak positip bagi murid dengan mewujudkan kepemimpinan murid, dan mampu menciptakan profil pelajar Pancasila, sesuai mimpi dan harapan murid.

Melaksanakan Pembelajaran yang menyenangkan dengan mengikuti perkembangan jaman. Menuntun murid dengan mengikuti sesuai kodrat alamnya. Pendidikan untuk menuntun Murid agar terselamatkan, Bahagia dan dapat diterima sebagai anggota masyarakat. 

  1. Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari (koneksi antar materi dengan modul sebelumnya)

Koneksi modul 3.3 dengan modul 1.1

Program yang berdampak Positip pada murid haruslah dilaksanakan atas dasar filosofi KHD, yaitu melalui filosofi Ki Hajar Dewantara tentang “menumbuhkan padi”  bahwa dalam mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid, saya sebagai guru sudah memulai mencoba merencanakan program yang mampu membangun ekosistem yang mendukung pembelajaran murid sehingga mampu mengembangkan segala potensi murid sesuai dengan kodratnya. Guru adalah fasilitator dalam menuntun murid untuk dapat memberikan pembelajaran pada murid sehingga mempunyai dampak positip pada murid.

Koneksi modul 3.3 dengan modul 1.2

Sebagai seorang guru, saya mencoba memahami nilai dan peran guru penggerak, sehingga berharap nantinya mampu memainkan peran saya sebagai agen perubahan, dengan senantiasa berperan aktif serta berupaya menggerakkan ekosistem sekolah guna tercapainya pengelolaan program sekolah yang berdampak pada murid untuk menumbuhkembangkan student agency, dan menciptakan profil palajar Pancasila.

Koneksi modul 3.3 dengan modul 1.3

Dalam pembuatan program yang berdampak pada murid tidak terlepas dari VISI sekolah.  Dalam menerapkan visi guru penggerak, saya berupaya merancang sebuah program atau kegiatan pembelajaran disekolah yang tentunya murid menjadi pertimbangan utama saya, dengan harapan program yang saya rancang dapat mendorong bertumbuhkembangya kepemimpinan murid (student agency), dimana salah satu perancangan program yang saya buat menggunakan model inkuiri apresiatif dengan tahapan BAGJA.  Program yang berdampak pada murid inilah untuk mewujudkan VISI sekolah dengan prakarsa perubahan yang sesuai dengan aset sekolah yang ada.

Koneksi modul 3.3 dengan modul 1.4

Dalam mengelola program yang berdampak positif bagi murid maka perlu ditunjang dengan adanya budaya positif di sekolah sehingga program-program yang dijalankan dapat berjalan dengan baik dan berkesinambungan sehingga mampu menciptakan kepemimpinan murid (student agency), dan profil pelajar Pancasila.

Koneksi modul 3.3 dengan modul 2.1

Dalam mewujudkan student agency maka pengelolaan program yang berdampak pada murid harus mampu mengakomodir segala perbedaan kebutuhan belajar murid mulai dari kesiapan, minat, dan profil belajar murid. Perbedaan karakter anak inilah yang menjadi dasar dalam pemberian layanan yang sesuai dengan kebutuhan anak. Dengan adanya perbedaan maka akan memunculkan rasa keingintahuan, dan mempunyai ide gagasan serta kepemilikan. Sehingga pembelajaran berdiferensiasi juga memunculkan peran aktif, mengungkapkan pendapat, merefleksikan dan menghasilkan produk  dalam pembelajarannya. Hal ini juga sudah mencerminkan implementasi dalam Student Agency.

Koneksi modul 3.3 dengan modul 2.2

Dalam merencanakan program yang berdampak pada murid, perlu mengintegrasikan pembelajaran sosial dan emosional di dalamnya. Hal ini dimaksudkan untuk menempatkan murid pada kesadaran penuh (minfulness). Ketika murid sudah fokus, maka ia akan tenang, berempati, termotivasi dan memiliki sikap tanggung jawab dalam menjalankan program sehingga student agency akan tercipta.

Koneksi modul 3.3 dengan modul 2.3

Coaching sangat penting dilakukan sebagai langkah untuk menggali segala potensi dan mengembangkan keaktifan murid sehingga ia akan mampu untuk menemukan sendiri solusi atas permasalahan yang ia hadapi ketika melaksanakan program sekolah yang berdampak pada murid untuk itu sikap kreatif, inovatif dan kritis dari murid sangat diharapkan agar tercipta kepemimpinan murid (student agency). Begitu juga dengan impian dan harapan anak yang di dapat melalui coaching dengan anak semuanya akan tersalurkan melalui program yang berdampak positip pada murid.

Koneksi modul 3.3 dengan modul 3.1

Dalam perancangan dan pembuatan program sekolah haruslah yang berpihak pada murid, dan dapat dipertanggungjawabkan. Agar keputusan yang kita ambil bersifat efektif dan efisien terkait rancangan program yang ingin dilaksanakan tentunya keputusan tersebut harus memperhatikan 3 prinsip berpikir, 4 paradigma pengambilan keputusan dan melakukan 9 langkah pengajuan dan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Hal itu tentu saja untuk mengantisipasi ketika ada dilema etika ataupun bujukan moral dalam penyelenggaraan kegiatan yang berdampak positif pada murid.

Koneksi modul 3.3 dengan modul 3.2

Dalam perencanaan dan pelaksanaan program yang berdampak pada murid hendaknya menggunakan pendekatan berbasis aset sehingga dalam melaksanakan program tersebut kita dapat memaksimalkan segala potensi yang ada di sekolah. Dengan memaksimalkan segala potensi maka dapat dipastikan program yang direncanakan akan berjalan dengan baik dan berkesinambungan untuk menumbuhkan kepemimpinan murid (student agency).

  1. Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP

Informasi lain yang saya dapatkan selain dari PGP adalah melalui kegiatan literasi yang saya lakukan diantaranya pada Platform Merdeka Mengajar maupun berbagai buku sumber lainnya di perpustakaan, teman sejawat, media sosial.

Guru diharapkan mencetak masa depan pendidikan. Sedikit perubahan yang guru lakukan dapat berdampak luas dan tumbuhnya harapan baru bagi pendidikan. Guru bergerak Indonesia Maju.

Guru Penggerak haruslah Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan seluruhnya untuk kemajuan pendidikan di Indonesia, demi menciptakan kepemimpinan murid, dan profil pelajar Pancasila.

 


Prinsip Menggambar Model

Konsep dan Prosedur Menggambar Model      Model bentuk tiga dimensi meliputi benda berbentuk kubis seperti meja, kursi, lemari, bak sampah...