Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Perkenalkan saya Siti Zubaidah, S.Pd dari SMAN 1 Pardasuka, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung, Calon Guru Penggerak angkatan 9 .akan menyampaikan koneksi antar materi pada modul 3.2. Yang mana pada tulisan saya kali ini merupakan rangkuman dari materi modul 1.1 sampai modul 3.2 yang saling berhubungan.
Tujuan Khusus :
CGP dapat melakukan koneksi antar
materi yang telah dipelajari dari modul-modul sebelumnya untuk membuat sintesa
pemahaman tentang program sekolah yang berdampak pada murid.
Bagaimana
perasaan Anda setelah mempelajari modul ini?
Perasaan
Perasaan Saya dalam mempelajari
Modul 3.3 dengan materi Pengelolaan Program yang Berdampak Positip pada Murid,
adalah sangat Bahagia, karena mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat. Program
yang berdampak positip pada murid sangat didambakan oleh sekolah, karena pada
dasarnya seluruh sekolah adalah untuk mendidik murid menjadi lebih baik,
sehingga program sekolah sudah selayaknya berdampak positip bagi murid.
Sebelum saya mempelajari modul
ini, di sekolah selama ini melaksanakan
program dengan menyesuaikan pengelolaan keuangan yang sesuai dengan rancangan
yang disetujui, bukan pada kebutuhan yang semestinya murid dapatkan, namun
setelah mempelajari modul ini saya menjadi tergerak bahwa program sekolah tidak
seluruhnya harus menggunakan aset finansial. Namun justru menggerakkan atau
mengembangkan aset yang ada, dan dapat dikembangkan dengan semaksimal mungkin
tanpa harus memaksakan diri untuk penggunaan finansial sekolah.
Keterkaitan dengan proses belajar
Secara pribadi selama ini saya
seorang guru Bimbingan Konseling sudah melaksanakan assessment kebutuhan murid,
namun dalam pelaksanaan yang berpihak pada murid belum bersinergi secara
keseleruhan, masih banyak guru yang mengedepankan pengetahuan sehingga perlu
adanya berbagi ilmu tentang pembelajran yang berpihak pada murid. Saya ingin
melaksanakan pelayanan yang berbasis kebutuhan murid, dengan adanya program berdampak
pada murid ini maka angan angan saya terealisasikan bahwa pelayanan pada murid
dapat dimaksimalkan dengan bersinergi pada program sekolah yang berdampak pada
murid.
Emosi pengalaman belajar
Selama ini banyak ide dan gagasan
saya untuk dapat mengembangkan potensi
anak dengan bakat minat anak, namun selalu terbentur dengan kegiatan yang bukan
termasuk dalam rencana sekolah atau pendanaan sekolah, sehingga rasa kecewa
terjadi, namun dengan adanya mengikuti PGP ini saya semangat untuk menggerakkan
program yang sesuai dengan impian anak dan berharap dapat berkolaborasi dengan
seluruh warga sekolah tanpa harus dengan mengeluarkan banyak biaya namun dengan
asset yang ada disekolah untuk dioptimalkan.
Dalam memberikan pelayanana atau
pembelajaran di kelas sering mengalami kekecewaan dengan ditemukan siswa yang pasif atau tidak
semangat belajar. Perlu adanya penyegaran dalam pemberian pembelajaran yang
sesuai dengan kemampuan murid atau gaya belajar murid, karena karakter murid
berbeda dan kemaampuannya pun berbeda.
Keterkaitan dengan kompetensi
diri
Nilai dan peran guru penggerak
sangat dibutuhkan dalam mengelola sebuah program yang berdampak pada murid.
Adanya keinginan diri yang tergerak, bergerak dan menggerakkan komunitas
sekolah untuk membuat program yang berdampak pada murid. CGP hendaknya selalu
melaksananakan nilai dan peran sebagai guru penggerak yang dapat menciptakan
kepemimpinan Murid. Dalam Guru penggerak
melakukan yang terbaik untuk murid, hal ini dapat mendorong saya terus belajar
untuk mendorong kepemimpinan murid dan
menciptakan profil pelajar Pancasila.
Sebagai seorang guru perlu
pengembangan diri untuk selalu mengikuti perkembangan jaman, untuk dapat
memberikan pembelajaran pada murid sesuai dengan keberpihakan ada murid.
Terutama saya seorang guru BK harus dapat menggali bakat minat dan juga potensi
murid untuk dapat mengembangkan potensinya agar selalu mengembangkan budaya
positif, dan juga dapat tercipta kepemimpinan murid dan profil pelajar
Pancasila.
Apa
intisari yang Anda dapatkan dari modul ini?
Inti sari modul 3.3 ini adalah
A. Student Agency (Kepemimpinan
Murid)
Peran guru adalah mendampingi
murid dalam mengembangakan potensi .
Empat sifat inti dari human agency adalah “IVAR”. IVAR yaitu I – Intensi = Kesengajaan (intentionality), V
– Visi = Pemikiran ke depan (forethought), A – Aksi = Kereaktifan-diri
(self-reactiveness), R – Refleksi = Kereflektifan-diri (self-reflectiveness).
Kepemimpinan murid adalah tentang
murid yang bertindak secara aktif, dan membuat keputusan serta pilihan yang
bertanggung jawab, daripada hanya sekedar menerima apa yang ditentukan oleh
orang lain. Ketika murid menunjukkan agency dalam pembelajaran mereka sendiri,
yaitu ketika mereka berperan aktif dalam memutuskan apa dan bagaimana mereka
akan belajar, maka mereka cenderung menunjukkan motivasi yang lebih besar untuk
belajar dan lebih mampu menentukan tujuan belajar mereka sendiri.
Saat murid menjadi pemimpin dan
mengambil peran aktif dalam proses pembelajaran mereka sendiri, maka hubungan
yang tercipta antara guru dengan murid akan mengalami perubahan, karena
hubungannya akan menjadi bersifat kemitraan, dengan bantuan peran dari seluruh
guru.
B. Menumbuhkembangkan
Kepemimpinan Murid
Saat murid menjadi pemimpin dalam
proses pembelajaran mereka sendiri, maka mereka sebenarnya memiliki suara
(voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) dalam proses
pembelajaran mereka.
Implementasi Student Agency
terlihat saat murid mendemonstrasikan “student
agency” ketika mereka mampu mengarahkan
pembelajaran mereka sendiri, membuat pilihan-pilihan, menyuarakan opini,
mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan
berkontribusi pada komunitas belajar, mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada
orang lain, dan melakukan tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya.
C. Kepemimpinan Murid dan Profil
Pelajar Pancasila
Dalam student agency disebut juga
sebagai “kepemimpinan murid” meliputi Voice(suara), Choice (Pilihan), dan
Ownership (Kepemilikan). Student Agency ini dilaksanakan maka dapat menciptakan profil pelajar Pancasila.
Dalam profil pelajar Pancasila
meliputi 6 dimensi yaitu
Beriman dan bertaqwa pada Tuhan
YME dan berakhlak Mulia, Berkebinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar
kritis dan kreatif. Keenam dimensi ini sebenarnya sudah sering
diimplementasikan dalam lingkungan Pendidikan. Perlu pengembangan Kembali pada murid
akan implementasi dalam kehidupan sehari-hari. Pembentukan profil pelajar
Pancasila inilah perlu adanya kolaborasi dari seluruh warga dan lingkungan
untuk menciptakannya. Diharapkan Program sekolah semuanya mencerminkan dimensi
dalam profil pelajar Pancasila.
Apa keterkaitan yang dapat Anda lihat antara
Modul ini dengan modul-modul sebelumnya?
Keterkaitan modul 3.3 dengan
modul sebelumnya
Koneksi modul 3.3 dengan modul 1.1
Program yang berdampak Positip
pada murid haruslah dilaksanakan atas dasar filosofi KHD, yaitu melalui
filosofi Ki Hajar Dewantara tentang “menumbuhkan padi” bahwa dalam mewujudkan pembelajaran yang
berpusat pada murid, saya sebagai guru sudah memulai mencoba merencanakan
program yang mampu membangun ekosistem yang mendukung pembelajaran murid
sehingga mampu mengembangkan segala potensi murid sesuai dengan kodratnya. Guru
adalah fasilitator dalam menuntun murid untuk dapat memberikan pembelajaran
pada murid sehingga mempunyai dampak positip pada murid.
Koneksi modul 3.3 dengan modul
1.2
Sebagai seorang guru, saya
mencoba memahami nilai dan peran guru penggerak, sehingga berharap nantinya
mampu memainkan peran saya sebagai agen perubahan, dengan senantiasa berperan
aktif serta berupaya menggerakkan ekosistem sekolah guna tercapainya
pengelolaan program sekolah yang berdampak pada murid untuk menumbuhkembangkan
student agency, dan menciptakan profil palajar Pancasila.
Koneksi modul 3.3 dengan modul
1.3
Dalam pembuatan program yang
berdampak pada murid tidak terlepas dari VISI sekolah. Dalam menerapkan visi guru penggerak, saya
berupaya merancang sebuah program atau kegiatan pembelajaran disekolah yang
tentunya murid menjadi pertimbangan utama saya, dengan harapan program yang
saya rancang dapat mendorong bertumbuhkembangnya kepemimpinan murid (student
agency), dimana salah satu perancangan program yang saya buat menggunakan model
inkuiri apresiatif dengan tahapan BAGJA.
Program yang berdampak pada murid inilah untuk mewujudkan VISI sekolah dengan
prakarsa perubahan yang sesuai dengan aset sekolah yang ada untuk menciptakan
profil pelajar Pancasila.
Koneksi modul 3.3 dengan modul 1.4
Dalam mengelola
program yang berdampak positif bagi murid maka perlu ditunjang dengan adanya
budaya positif di sekolah sehingga program-program yang dijalankan dapat
berjalan dengan baik dan berkesinambungan sehingga mampu menciptakan
kepemimpinan murid (student agency), dan profil pelajar Pancasila.
Koneksi modul 3.3 dengan modul 2.1
Dalam mewujudkan
student agency maka pengelolaan program yang berdampak pada murid harus mampu
mengakomodir segala perbedaan kebutuhan belajar murid mulai dari kesiapan,
minat, dan profil belajar murid. Perbedaan karakter anak inilah yang menjadi
dasar dalam pemberian layanan yang sesuai dengan kebutuhan anak. Dengan adanya
perbedaan maka akan memunculkan rasa keingintahuan, dan mempunyai ide gagasan
serta kepemilikan. Sehingga pembelajaran berdiferensiasi juga memunculkan peran
aktif, mengungkapkan pendapat, merefleksikan dan menghasilkan produk dalam
pembelajarannya. Hal ini juga sudah mencerminkan implementasi dalam Student
Agency.
Koneksi modul 3.3 dengan modul 2.2
Dalam merencanakan
program yang berdampak pada murid, perlu mengintegrasikan pembelajaran sosial
dan emosional di dalamnya. Hal ini dimaksudkan untuk menempatkan murid pada
kesadaran penuh (minfulness). Ketika murid sudah fokus, maka ia akan tenang,
berempati, termotivasi dan memiliki sikap tanggung jawab dalam menjalankan
program sehingga student agency akan tercipta.
Koneksi modul 3.3 dengan modul 2.3
Coaching sangat
penting dilakukan sebagai langkah untuk menggali segala potensi dan
mengembangkan keaktifan murid sehingga ia akan mampu untuk menemukan sendiri
solusi atas permasalahan yang ia hadapi ketika melaksanakan program sekolah
yang berdampak pada murid untuk itu sikap kreatif, inovatif dan kritis dari
murid sangat diharapkan agar tercipta kepemimpinan murid (student agency).
Begitu juga dengan impian dan harapan anak yang di dapat melalui coaching
dengan anak semuanya akan tersalurkan melalui program yang berdampak positip
pada murid.
Koneksi modul 3.3 dengan modul 3.1
Dalam perancangan dan
pembuatan program sekolah haruslah yang berpihak pada murid, dan dapat
dipertanggungjawabkan. Agar keputusan yang kita ambil bersifat efektif dan
efisien terkait rancangan program yang ingin dilaksanakan tentunya keputusan
tersebut harus memperhatikan 3 prinsip berpikir, 4 paradigma pengambilan
keputusan dan melakukan 9 langkah pengajuan dan pengambilan keputusan sebagai
pemimpin pembelajaran. Hal itu tentu saja untuk mengantisipasi ketika ada
dilema etika ataupun bujukan moral dalam penyelenggaraan kegiatan yang
berdampak positif pada murid.
Koneksi modul 3.3 dengan modul 3.2
Dalam perencanaan dan
pelaksanaan program yang berdampak pada murid hendaknya menggunakan pendekatan
berbasis aset sehingga dalam melaksanakan program tersebut kita dapat
memaksimalkan segala potensi yang ada di sekolah. Dengan memaksimalkan segala
potensi maka dapat dipastikan program yang direncanakan akan berjalan dengan
baik dan berkesinambungan untuk menumbuhkan kepemimpinan murid (student
agency).
4. Setelah melihat keterkaitan antara modul ini
dengan modul-modul lainnya jelaskanlah perspektif Anda tentang program yang
berdampak positif pada murid. Bagaimana seharusnya program-program atau
kegiatan sekolah harus direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi agar
program-program tersebut dapat berdampak positif pada murid?
Setelah mempelajari
modul ini prespektif kedepan akan
program adalah program yang berdampak positip pada murid, yaitu program yang
mengedepankan kepemimpinan murid, dengan menggunakan aset yang ada disekolah
sesuai dengan keputusan bersama yang mewujudkan visi sekolah.
Program seharusnya dibuat
atas dasar impian dan harapan murid, menggunakan aset yang ada disekolah untuk
dioptimalkan. Program ini melibatkan anak dan anak aktif langsung dalam
merencanakan melaksanakan dan mengevaluasi program. Semua bentuk program akan
menciptakan student agency dan menciptakan profil pelajar Pancasila.
Contoh program saya
tentang program yang berdampak pada murid adalah pengembangan literasi sekolah.
Literasi yang selama ini dikembangkan masih bersifat paksaan. Dalam satu tempat
dikumpulkan diwajibkan membaca dan merangkum. Hal ini sangat membosankan bagi
para murid. Berdasarkan impian murid, maka saya merencanakan literasi yang
menyenangkan dengan Program PILPEN ( pilihan Pendengar) yaitu program yang
bersifat ko-kurikuler yang dilaksankan saat istirahat dengan tidak mengganggu
aktifitas mereka dalam beristirahat. Dengan bekerjasama seluruh warga sekolah.
Pelaksanaannya adalah siswa dan guru menulis apa yang menjadi ide mereka atau
gagasan mereka dan sesuai dengan pilihan mereka mau Bahasa Indonesia, inggris,
atau sunda. Dan dalam penyiaraan di ruang osis nantinya saat istirahat
dilakukan oleh anak murid langsung sesuai dengan jadwalnya, dengan dibantu oleh
guru yang piket pula. Adapun evaluasinya setiap minggunya oleh pembina osis.
Dan setiap bulannya dirapikan seluruh ide yang ditulis dalam bentuk buku dan
ditaruh di perpustakaan sebagai hasil literasi sekolah.
Kegiatan ini
melibatkan murid berperan aktif dalam merencanakan dan melaksanakan program.
Saat proses pembuatan program juga murid dilibatkan, dalam pelaksanaan
program murid berperan aktif, dan saat evaluasi murid diikut sertakan.
Rangkuman dari Materi modul 3.3 sesuai rubrik penilaian
A. Pemikiran reflektif
terkait pengalaman belajar
- Pengalaman/materi
pembelajaran yang baru saja diperoleh
Pengalaman yang saya peroleh Murid adalah aset manusia yang sangat berharga dalam
proses pembelajaran. Harapan dan keinginan guru sebagai fasilitator adalah
memunculkan potensi murid sesuai dengan minat dan bakatnya supaya
merangsang mereka untuk bersemangat dalam proses belajarnya sehingga
tumbuh tanggung jawab dengan apa yang mereka yakini. Selama ini saya masih
berfikir bahwa guru yang memegang kendali terhadap proses pembelajaran murid,
persepsi itulah yang menjadikan proses pembelajaran seolah-olah dipaksakan anak
harus mengikuti perintah guru, apa program sekolah, sehingga muncul semacam
keterpaksaan pada diri murid mengerjakan penugasan yang diberian oleh guru.
Dalam modul 3.3 ini
saya semakin memahami bahwa murid kita dapat melakukan aktifitas pembelajaran lebih
dari sekedar menerima perintah dari guru. Murid secara alami adalah
seorang pengamat, penjelajah, penanya, yang memiliki rasa ingin tahu atau minat
terhadap berbagai hal. Lewat rasa ingin tahu serta interaksi dan pengalaman
mereka dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya, mereka kemudian membangun
sendiri pemahaman tentang diri mereka, orang lain, lingkungan sekitar, maupun
dunia yang lebih luas. Sebenarnya murid juga memiliki kemampuan untuk mengambil
bagian atau peranan dalam proses belajar mereka sendiri. Setelah mempelajari
modul ini saya bertekad dengan merancang pembelajaran yang mampu memberikan
kesempatan kepada murid untuk mengembangkan potensinya dalam mengelola
pembelajaran mereka sendiri, sehingga potensi kepemimpinannya dapat berkembang
dengan baik. Saya juga akan membuat Program yang berdampak pada murid sesuai
impian murid.
- Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar
Pengalaman dalam
proses pembelajaran setelah membaca dan memahami berbagai modul dari pelatihan
guru penggerak ini terutama pada modul 3.3 saya merasakan banyak sekali
perubahan, terutama paradigma berfikir saya sebagai seorang guru, ada rasa yang
berbeda pada diri saya, muncul keyakinan dan percaya diri saya tentang peran
dan fungsi saya sebagai seorang guru, guru adalah seorang seorang fasilitator
sekaligus mitra belajar bagi murid. Melalui modul ini pula saya semakin
memahami bahwa tugas guru bukan hanya sekedar memberikan materi kepada murid,
tapi bagaimana seorang guru mampu menggali, merancang, menemukan setiap potensi
dari setiap murid dikelasnya, kelas yang tercipta harus menyenangkan.
Melalui “student
agency” murid menjadi mampu mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, membuat
pilihan-pilihan, menyuarakan opini, mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa
ingin tahu, berpartisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajar,
mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain, dan melakukan tindakan
nyata sebagai hasil proses belajarnya. Sehingga keinginan belajar berdasarkan
kesadaran bukan paksaan. Program yang selama ini terlaksana juga belum memenuhi
impian murid, namun dengan mengikuti PGP dalam modul ini saya ingin membuat
program yang berdampak pada murid, dengan berkolaborasi dengan seluruh warga
sekolah.
- Apa
yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan murid dalam proses
belajar
Selama mempelajari
modul-modul dari guru penggerak ini banyak hal baru yang sudah saya
terapkan dalam proses pembelajaran di kelas, saya sudah mengurangi peran saya
sebagai leader utama dikelas terutama memaksakan kehendak saya dikelas, dulu
saya sering beranggapan bahwa anak harus memahami apa mau saya, sekarang dengan
pemahaman baru setelah menyelesaikan materi pada modul 3.3 ini saya sudah mulai
berkolaborasi dengan murid dalam menciptakan kelas yang membahagiakan mereka,
bagaimana menciptakan kelas-kelas yang dicintai murid, bagaimana murid mulai
membuat proyek-proyek yang mereka mereka mau sesuai dengan bakat dan potensi
mereka, sementara peran saya adalah sebagai fasilitator dan mitra
belajar mereka dengan memberikan mereka tantangan, menjadi motivator dan juga
kontroling pada proses pembelajaran yang diselenggarakan, diantara berbagai
program yang saya buat bersama mereka adalah proyek bisa berbentuk poster,
pembuatan video naratif materi, berbagi cerita inspiratif pembelajaran, dan
lain sebagainya.
- Apa
yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan murid dalam proses
belajar
Beberapa hal yang
masih perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan murid dalam proses belajar
adalah saya harus merancang dan menemukan ide-ide baru yang disukai murid
sehingga murid dapat lebih kreatif, inovatif, dan tidak bosan dengan berbagai
program yang selama ini sudah berjalan, saya juga harus terus konsisten dalam
menumbuhkan voice, choice dan ownership (Student Agency) murid dengan
melibatkan mereka dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid. Program
yang dibuat harus sesuai impian murid, sehingga tercipta kepemimpinan murid dan
profil pelajar Pancasila.
- Implikasi
terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi
Implikasi terhadap
kompetensi dan kematangan diri pribadi saya adalah saya semakin terlatih dan
bertambah keyakinan untuk mampu merancang berbagai program yang berdampak
positip pada murid dan berpihak pada kepemimpinan murid melalui berbagai
penguatan materi yang telah saya dapatkan dan pelajari baik dari modul di LMS,
pemahaman oleh fasilitator, pengajar praktik, dan instruktur serta
informasi pada ruang kolaborasi dengan rekan sejawat. Implementasi materi
dalam PGP akan sangat berguna badi diri sendiri dan sekolah untuk mengembangkan
potensi yang ada. Dari kegiatan PGP selalu ada aksinyata, maka kegiatan inilah
bukti dalam implementasi kegiatan PGP di lingkungan saya bekerja.
B. Analisis untuk
implementasi dalam konteks CGP
- Pertanyaan
kritis yang muncul setelah mempelajari modul 3.3
Bagaimana merancang
sebuah program yang dapat mendorong murid untuk menumbuhkembangkan Kepemimpinan
murid ( Student Agency) dalam proses pembelajaran di kelas ?
Bagaimana merancang
program sekolah yang dapat menumbuhkembangkan kepemimpinan murid (Student
Agency) yang berdapak positip pada murid, dengan menggunakan aset yang ada dan
mampu menciptakan profil pelajar Pancasila?
Bagaimana cara
pelaksanaan program agar seluruh ekosistem sekolah dapat terlibat dalam
pengelolaan program yang berdampak positip pada murid untuk menciptakan
kepemimpinan murid dan profil pelajar Pancasila ?
- Mengolah
materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan
(insight) baru
Pengalaman belajar
yang dialami oleh murid di dalam kelas akan membentuk serta mempengaruhi
karakter serta kepribadiannya, jadi sudah selayaknya guru mampu merancang
pembelajaran yang memfasilitasi lingkungan belajar murid sehingga tujuan
pendidikan sesuai filosofi Ki Hajar Dewantara dapat terwujud. Lingkungan
belajar sangat berperan dalam menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. Komunitas
yang mendukung kepemimpinan murid akan memahami bahwa sesungguhnya setiap murid
memiliki voice, choice dan ownership dalam proses pembelajarannya, sehingga
untuk menumbuhkembngkan student agency maka murid perlu dilibatkan dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi berbagai program sekolah. Seluruh guru
dapat memanfaatkan setiap asset atau kekuatan yang ada disekolah untuk
merancang program yang mendorong tumbuhnya kepemiminan murid dengan menetapkan
pendekatan inquiri apresiatif menggunakan tahapan BAGJA, baik untuk program
pembelajaran di kelas maupun program sekolah.
- Menganalisis
tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (baik tingkat sekolah maupun
daerah
Tantangan dalam kelas
Tantangan yang mungkin
saya alami ketika merancang suatu program yang berdampak pada kepemimpinan
murid adalah mendapati kelas yang cenderung pasif saat kegiatan KBM, murid
jarang berani berpendapat maupun menyampaikan ide atau gagasannya. Sering yang
terjasi mendapati kelas yang anak-anaknya cenderung pasif dalam kegiatan
pembelajaran. Kurang kurang percaya diri ketika mengungkapkan pendapat, kurang
berani ketika tampil di depan teman temannya.
Tantangan di sekolah
Ketiga program yang
berdampak pada murid perlu membutuhkan kolaborasi dengan banyak rekan sejawat,
belum tentu mendapatkan respon positip, karena kesibukan dari masing masing guru.
Keterbatasan akan sarana pendukung karena Gedung yang belum memenuhi syarat
akan terselenggaranya program sekolah, karena adanya kelas pagi dan sore.
Pendukung secara finansial saat pelaksanaan program, yang berbasis proyek,
sangat berpengaruh.
- Memunculkan
alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi
Dalam Kelas
Adapun langkah yang
akan saya ambil sebagai alternatif solusi adalah menggunakan cara pendekatan
yang berbeda kepada kelas yang cenderung pasif saat pembelajaran, misalnya
dengan memberikan pertanyaan yang memantik untuk murid supaya
muncul rasa ingin tau dan juga memberikan tantangan proyek kepada murid
sehingga terpacu motivasinya. Memberikan kesepakatan di awal saat akan
melaksanakan pembelajaran, dan memberikan kesiapan belajar sebelumnya agar
murid paham apa yang akan dipelajari nanti dan di praktekkan. Hal lain
yang akan saya lakukan misalnya dengan memberikan kesempatan kepada siswa
menuliskan ide/gagasannya lewat tulisan bagi beberapa murid yang memang
memiliki masalah dengan kepercayaan dirinya ketika harus berbicara didepan umum
secara langsung atau berpendapat. Dan menanyakan perasaan ketika akan
melaksanakan pembelajaran.
Selain itu juga dapat
dilakukan dengan membuat keyakinan kelas sehingga budaya positif disekolah
tumbuh dengan baik guna mendukung keberlangsungan program kelas yang telah direncanakan.
Tantangan Sekolah
Menanamkan budaya
positip di sekolah dan memberikan sosialisasi program pada seluruh warga
sekolah dengan memberikan kesempatan rekan untuk berperan sesuai potensi masing
masing. Menggunakan aset yang ada untuk dapat mengembangkan program sekolah
dengan rasa gotong royong demi keberpihakan pada murid dan menciptakan
kepemimpinan murid dan profil pelajar Pancasila. Bekerjasama dengan orang tua
murid dan Lembaga lain untuk dapat memberikan bantuan atau donator pada
sekolah akan peduli Pendidikan untuk dapat mendukung program sekolah yang
berdampak positip pada murid.
- Gambaran rencana implementasi (praktik)
Sebagai gambaran
rencana implementasi (praktik) dari penerapan modul 3.3 ini adalah saya akan
merancang pembelajaran yang yang dapat mendorong murid untuk menumbuhkembangkan
voice, choice dan ownership dalam proses pembelajarannya. Diantara beberapa
program yang saya rencanakan adalah program PILPEN. Program ini adalah
sebuah program kokurikuler yang memiliki tujuan untuk mengembangkan literasi
sekolah dalam kemampuan siswa membaca dan menulisa tanpa keterpaksaan namun
literasi yang menyenangkan. Dalam prosesnya murid dapat memilih Bahasa
yang mereka kuasai baik Bahasa Indonesia, inggris, atau sunda dengan menuliskan
ide gagasan adalam bentuk artikel, puisi ataupun pantun dan motivasi serta
curhatan mereka, dan dikumpulkan di kotak yang disediakan di depan ruang osis,
untuk di siarkan saat istirahat oleh petugas sesuari jadwalnya. Program
ini pula merupakan salah satu program yang diusulkan murid saat diajak
merancang program yang berdasarkan aset yang dipunyai sekolah. Aset yang
diambil adalah aset manusia dan ast fisik yaitu ruang osis dan pengeras suara
yang ada di kelas dimanfaatkan secara optimal dengan Program PILPEN untuk
menciptakan kepemimpinan siswa melalui Voice, Choise, dan Ownership, dengan
dibantu guru Bahasa dan dibawah pengawasan pembina osis. Dalam kegiatan
PILPEN ini setiap siswa mempuyai ide gagasannya, sesuai pilihan bahasanya, dan
aktif ikut serta dalam kegiatan. Hal ini dapat menumbuhkan rasa kepemimpinan
murid dan menciptakan profil pelajar Pancasila yang kreatif, gotong royong,
mandiri, berkebinekaan global dan nalar kritis, serta selalu beriman bertaqwa
pada Tuhan YME dan berakhlak mulia, karena diselipin dengan kata kata untuk
nilai nilai kebajikan atau pesan moral setiap harinya. PILPEN ( PIlihan
Pendengar) adalah implementasi literasi yang menyenangkan.
C. Membuat
keterhubungan
- Pengalaman
masa lalu
Pada saat saya masih
SMA pelajaran Bahasa Inggris saya setiap sebulan seklai mendapatkan tugas untuk
implementasi conversation di Borobudur mencaru bule atau orang asing yang dapat
diajak komunikasi Bahasa inggris dan mendapatkan alamat serta tanda tanda
tangannya. Hal ini sangat berat bagi saya karena harus banyak mengeluarkan uang
ke area wisata dan juga tantangan dalam percakapan menggunakan Bahasa inggris.
Namun karena dukungan orang tua dan teman sekelompok saya mampu
melewatinya, bahkan menjadi sebuah kesenangan tersendiri sampai akhirnya terbiasa
ke area wisata untuk pengembangan diri sehingga mempunyai kelompok atau
komunitas di luar sekolah,walaupun membutuhkan fianansial yang lebih.
Ternyata guru jaman
dulu sudah menggunakan metode yang luar biasa, memanfaatkan aset lingkungan
yang ada, sekitar candi Borobudur. Namun masih berupa perintah dari guru untuk
menyelesaikan tuga. Dan juga saat kegiatan mata pelajaran lainnya guru sering
mengajak keluar didaerah sekitar yang ada, sehingga sering belajar di luar
ruangan supaya tidak bosan didalam kelas. Dan adanya pementasan seni setiap
akhir semester kita wajib tampil sesuai dengan potensi masing masing. Saya
selalu tampil menari dan bernyanyi karena hobby. Kesemuanya ini memberikan rasa
tanggungjawab, mandiri, kreatif, gotong rotong, dan juga berani serta percaya
diri pada masing masing murid.
- Penerapan di masa mendatang
Saya akan berusaha
menciptakan dan merancang pembelajaran yang berdampak bagi murid-murid dikelas.
Saya akan selalu mencoba melibatkan murid dalam setiap pengambilan keputusan
belajarnya. Mendengarkan suara, memberikan pilihan-pilihan dan menumbuhkan
kepemilikan pada diri murid sehingga pengalaman-pengalaman belajar yang mereka
alami sesuai dengan kemampuannya, terutama secara finansial, dan memberikan
alternatif untuk mereka pilih sesuai potensi dan kemampuannya.
Program sekolah juga
demikian, seriap merancang, melaksanakan dan mengevaluasi murid terlibat.
Sehingga program sekolah untuk mewujudkan visi sekolah yang
berdampak positip bagi murid dengan mewujudkan kepemimpinan murid, dan mampu
menciptakan profil pelajar Pancasila, sesuai mimpi dan harapan murid.
Melaksanakan
Pembelajaran yang menyenangkan dengan mengikuti perkembangan jaman. Menuntun
murid dengan mengikuti sesuai kodrat alamnya. Pendidikan untuk menuntun Murid
agar terselamatkan, Bahagia dan dapat diterima sebagai anggota masyarakat.
- Konsep
atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari
(koneksi antar materi dengan modul sebelumnya)
Koneksi modul 3.3 dengan modul 1.1
Program yang berdampak
Positip pada murid haruslah dilaksanakan atas dasar filosofi KHD, yaitu melalui
filosofi Ki Hajar Dewantara tentang “menumbuhkan padi” bahwa dalam
mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid, saya sebagai guru sudah
memulai mencoba merencanakan program yang mampu membangun ekosistem yang
mendukung pembelajaran murid sehingga mampu mengembangkan segala potensi murid
sesuai dengan kodratnya. Guru adalah fasilitator dalam menuntun murid untuk dapat
memberikan pembelajaran pada murid sehingga mempunyai dampak positip pada
murid.
Koneksi modul 3.3 dengan modul 1.2
Sebagai seorang guru,
saya mencoba memahami nilai dan peran guru penggerak, sehingga berharap
nantinya mampu memainkan peran saya sebagai agen perubahan, dengan senantiasa
berperan aktif serta berupaya menggerakkan ekosistem sekolah guna tercapainya
pengelolaan program sekolah yang berdampak pada murid untuk menumbuhkembangkan
student agency, dan menciptakan profil palajar Pancasila.
Koneksi modul 3.3 dengan modul 1.3
Dalam pembuatan
program yang berdampak pada murid tidak terlepas dari VISI sekolah. Dalam
menerapkan visi guru penggerak, saya berupaya merancang sebuah program atau
kegiatan pembelajaran disekolah yang tentunya murid menjadi pertimbangan utama
saya, dengan harapan program yang saya rancang dapat mendorong
bertumbuhkembangya kepemimpinan murid (student agency), dimana salah satu
perancangan program yang saya buat menggunakan model inkuiri apresiatif dengan
tahapan BAGJA. Program yang berdampak pada murid inilah untuk mewujudkan
VISI sekolah dengan prakarsa perubahan yang sesuai dengan aset sekolah yang
ada.
Koneksi modul 3.3 dengan modul 1.4
Dalam mengelola
program yang berdampak positif bagi murid maka perlu ditunjang dengan adanya
budaya positif di sekolah sehingga program-program yang dijalankan dapat
berjalan dengan baik dan berkesinambungan sehingga mampu menciptakan
kepemimpinan murid (student agency), dan profil pelajar Pancasila.
Koneksi modul 3.3 dengan modul 2.1
Dalam mewujudkan
student agency maka pengelolaan program yang berdampak pada murid harus mampu
mengakomodir segala perbedaan kebutuhan belajar murid mulai dari kesiapan,
minat, dan profil belajar murid. Perbedaan karakter anak inilah yang menjadi
dasar dalam pemberian layanan yang sesuai dengan kebutuhan anak. Dengan adanya
perbedaan maka akan memunculkan rasa keingintahuan, dan mempunyai ide gagasan
serta kepemilikan. Sehingga pembelajaran berdiferensiasi juga memunculkan peran
aktif, mengungkapkan pendapat, merefleksikan dan menghasilkan produk
dalam pembelajarannya. Hal ini juga sudah mencerminkan implementasi dalam
Student Agency.
Koneksi modul 3.3 dengan modul 2.2
Dalam merencanakan
program yang berdampak pada murid, perlu mengintegrasikan pembelajaran sosial
dan emosional di dalamnya. Hal ini dimaksudkan untuk menempatkan murid pada
kesadaran penuh (minfulness). Ketika murid sudah fokus, maka ia akan tenang,
berempati, termotivasi dan memiliki sikap tanggung jawab dalam menjalankan
program sehingga student agency akan tercipta.
Koneksi modul 3.3 dengan modul 2.3
Coaching sangat
penting dilakukan sebagai langkah untuk menggali segala potensi dan
mengembangkan keaktifan murid sehingga ia akan mampu untuk menemukan sendiri
solusi atas permasalahan yang ia hadapi ketika melaksanakan program sekolah
yang berdampak pada murid untuk itu sikap kreatif, inovatif dan kritis dari
murid sangat diharapkan agar tercipta kepemimpinan murid (student agency).
Begitu juga dengan impian dan harapan anak yang di dapat melalui coaching
dengan anak semuanya akan tersalurkan melalui program yang berdampak positip
pada murid.
Koneksi modul 3.3 dengan modul 3.1
Dalam perancangan dan
pembuatan program sekolah haruslah yang berpihak pada murid, dan dapat
dipertanggungjawabkan. Agar keputusan yang kita ambil bersifat efektif dan
efisien terkait rancangan program yang ingin dilaksanakan tentunya keputusan
tersebut harus memperhatikan 3 prinsip berpikir, 4 paradigma pengambilan
keputusan dan melakukan 9 langkah pengajuan dan pengambilan keputusan sebagai
pemimpin pembelajaran. Hal itu tentu saja untuk mengantisipasi ketika ada
dilema etika ataupun bujukan moral dalam penyelenggaraan kegiatan yang
berdampak positif pada murid.
Koneksi modul 3.3 dengan modul 3.2
Dalam perencanaan dan
pelaksanaan program yang berdampak pada murid hendaknya menggunakan pendekatan
berbasis aset sehingga dalam melaksanakan program tersebut kita dapat
memaksimalkan segala potensi yang ada di sekolah. Dengan memaksimalkan segala
potensi maka dapat dipastikan program yang direncanakan akan berjalan dengan
baik dan berkesinambungan untuk menumbuhkan kepemimpinan murid (student
agency).
- Informasi
yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP
Informasi lain yang
saya dapatkan selain dari PGP adalah melalui kegiatan literasi yang saya
lakukan diantaranya pada Platform Merdeka Mengajar maupun berbagai buku sumber
lainnya di perpustakaan, teman sejawat, media sosial.
Guru diharapkan
mencetak masa depan pendidikan. Sedikit perubahan yang guru lakukan dapat
berdampak luas dan tumbuhnya harapan baru bagi pendidikan. Guru bergerak
Indonesia Maju.
Guru Penggerak
haruslah Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan seluruhnya untuk kemajuan
pendidikan di Indonesia, demi menciptakan kepemimpinan murid, dan profil
pelajar Pancasila.