Perkenalkan saya Siti Zubaidah, S.Pd dari SMAN 1 Pardasuka,
Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung, Calon Guru Penggerak angkatan 9 .akan
menyampaikan koneksi antar materi pada modul 3.2. Yang mana pada tulisan saya
kali ini merupakan rangkuman dari materi modul 1.1 sampai modul 3.2 yang saling
berhubungan.
Sekolah Sebagai Ekosistem
Ekosistem merupakan sebuah tata interaksi antara
makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Jika
diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi
antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup).
Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu
menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis.
Satuan Pendidikan Sebagai
Komunitas
Satuan pendidikan sebagai sebuah komunitas,
mempunyai hak mengatur, melaksanakan, dan mengawasi kegiatan pendidikan agar
efisiensi dan efektivitas penyelenggara pendidikan dapat tercapai seperti yang
diisyaratkan dalam standar pengelolaan pendidikan. Untuk dapat menyelenggarakan
pendidikan secara efektif dan efisien, tentu membutuhkan peran seluruh warga
sekolah melalui pendekatan komunitas berbasis aset.
Pendekatan ABCD (Asset-Based Community Development)
Asset-Based Community
Development (ABCD)
atau Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) adalah suatu pendekatan
menekankan pada nilai, prinsip, cara berpikir mengenai dunia, memberikan nilai
lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang
dimiliki oleh komunitas. Menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat
memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset
tersebut agar menjadi lebih berdaya guna.
Buatlah kesimpulan tentang
apa yang dimaksud dengan ‘Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya’
dan bagaimana Anda bisa mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah, dan
masyarakat sekitar sekolah.
Sumber daya sebagai suatu komunitas sekolah
adalah suatu kesatuan yang tidak bisa berdiri sendiri. Dalam pengelolaan sumber
daya oleh Pemimpin Pembelajaran dalam pemanfaatan pada aset-aset sekolah yang
dimiliki dikelola dengan baik oleh seorang pemimpin pembelajaran. Pemanfaatan
sumber daya yang ada di sekolah menjadi modal utama dalam membangun kekuatan
atau potensi dalam ruang lingkup warga sekolah, lingkungan dan masyarakat, yang
bermuara pada kebermanfaatan bagi peserta didik.
Sebagai sebuah ekosistem di sekolah sumber daya
yang ada saling berhubungan/ interaksi atau hubungan timbal balik atau saling
ketergantungan antara komponen dalam ekosistem, yaitu dalam hal ini adalah
komponen biotik yaitu unsur yang hidup dan komponen abiotik, yaitu unsur yang
tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Faktor biotik (unsur yang hidup) dan
abiotik (unsur yang tidak hidup) ini saling berinteraksi satu sama lainnya
sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis.
Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik
akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya,
seperti hubungan antara murid, kepala sekolah, guru, staf/tenaga kependidikan,
pengawas sekolah, orang tua dan masyarakat sekitar sekolah. Sedangkan faktor
abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses
pembelajaran di antaranya adalah: keuangan dan sarana dan prasarana termasuk
media pembelajaran dan teknologi informasi komunikasi.
Kekuatan atau potensi sumber daya yang ada di
sekolah sebagai pemimpin pembelajaran harus dapat mengimpelementasikan kekuatan
tersebut melalui konsep 7 modal utama yang terdapat di sekolah, yakni 1) modal
manusia, 2) modal fisik, 3) modal sosial, 4) modal finansial, 5) modal politik,
6) modal lingkungan/alam, 7) modal agama dan budaya.
Pengelolaan 7 modal utama oleh pemimpin
pembelajaran sebagai aset/kekuatan sekolah. Pemimpin pembelajaran juga harus
dapat memanfaatkan pendekatan berfikir dalam pengelolaan asset, diantaranya
Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based
Thinking) akan melihat dengan cara pandang negatif. memusatkan
perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak
bekerja, dan Pendekatan Berbasis Aset (Asset-Based
Thinking) adalah memusatkan pikiran pada kekuatan positif, pada apa
yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi
yang positif.
Jelaskan dan berikan contoh
bagaimana hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses
pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas
Pengelolaan sumber daya yang tepat dan dapat
mendorong pada proses pembelajaran di kelas menjadi lebih berkualitas merupakan
bagian dari pengelolaan sumber daya yang ada di sekolah. Modal manusia sebagai
sumber daya manusia, yaitu guru dan tenaga kependidikan sebagai salah satu
modal yang berkorelasi langsung pada peningkatan pembelajaran yang berkualitas.
Sekolah dapat memotivasi guru untuk mengikuti kegiatan pengembangan diri
melalui bimtek, diklat, workshop dan kegiatan lain yang mendukung kompetensi
diri kekinian.
Pengelolaan modal lingkungan dipadu dengan modal
fisik akan berkorelasi dengan peningkatan pembelajaran murid. Lingkungan
sekolah yang kondusif dari segi sosial maupun politik akan menciptakan
pembelajaran yang nyaman, menyenangkan dan berpihak pada murid. Sumber daya ini
sebagai aset sekolah dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Modal sosial melalui kerjasama dengan MGMP
sekolah maupun MGMP antar sekolah untuk meningkatkan kompetensi guru. Kerjasama
dengan Puskesmas untuk meningkatkan mutu kesehatan di sekolah. Modal fisik adalah
bangunan dan sarana prasarana yang dapat dimanfaatkkan sesuai dengan bentuk dan
pemanfaatanya, misalnya gedung utama, sarana prasarana pendukung di sekolah.
Modal lingkungan/alam yang ada disekitar sekolah adalah sumber daya menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan, seperti memanfaatkan lingkungan menjadi area
apotik hidup, green house dan tempa sumber belajar tentang obat dan
pemanfaatannya.
Modal finansial dengan membuat rencana kerja
anggaran sekolah (RKAS) sesuai prioritas dan kebutuhan sekolah sehingga
mendukung untuk keberlangsungan proses pembelajaran manjadi lebih berkulitas.
Modal politik berupa kerjasama atau kemitraan dengan instansi/dinas terkait
yang di pemerintah daerah untuk mendukung program-program sekolah. Modal agama
dan budaya untuk membantu pembelajaran menjadi lebih berkualitas yakni
melestarikan budaya kearifan lokal misal belajar tari tradisional dan kegiatan
religi berupa pondok ramadhan, memperingati hari besar nasional keagamaan
melibatkan tokoh agama disekitarnya.
Pemimpin Pembelajaran dalam
Pengelolaan Sumber Daya
Di dalam ekosistem sekolah terdapat interaksi
antara faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik terdiri atas murid, kepala
sekolah, guru, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orang tua murid dan
masyarakat sekitar sekolah. Sedangkan faktor abiotik terdiri atas keuangan
serta sarana dan prasarana. Kedua faktor ini saling berinteraksi satu sama
lain, di mana satu faktor akan mempengaruhi faktor lainnya, faktor-faktor
biotik akan saling membutuhkan satu sama lainnya, sedangkan faktor-faktor
abiotik akan berperan mempengaruhi tingkat keberhasilan proses pembelajaran.
Seorang pemimpin diharapkan membangun ekosistem
yang dapat merangsang kreativitas untuk menunjang keberhasilan tujuan
pendidikan. Keberhasilan sebuah proses pembelajaran sangat tergantung pada cara
pandang dalam melihat ekosistemnya: apakah sebagai kekuatan atau sebagai
kekurangan. Pemimpin yang memandang semua yang dimiliki adalah suatu kekuatan,
tidak akan berfokus pada kekurangan tapi berupaya pada pemanfaatan aset atau
sumber daya yang dimiliki. Dengan kata lain, pemimpin harus bisa memberdayakan
sumber daya yang ada di sekolahnya untuk mengembangkan dan memajukan sekolah
sehingga dapat mencapai visi dan misi sekolahnya.
Berikan beberapa contoh
bagaimana materi ini juga berhubungan/keterkaitan dengan modul
lainnya/sebelumnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.
Refleksi Filosofi Pendidikan
Nasional – Ki Hadjar Dewantara
Ki Hadjar Dewantara melalui filosiofinya bahwa
pendidikan “ kegiatan menuntun segala kekuatan kodrat yang pada anak-anak agar
mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setingi-tingginya baik sebagai
manusia maupun anggota masyarakat.” Pemanfaatan asset kekuatan guru dan murid
sehingga guru sebagai pemimpin pembelajaran harus dapat melakukan proses
pembelajaran yang menyenangkan, dan berpihak pada murid, karena murid bukanlah
kertas kosong, namun setiap murid memiliki potensi yang berbeda-beda, dan tugas
kita sebagai guru hanya menuntun dan menebalkan potensi yang sudah mereka
miliki.
Nilai dan Peran Guru
Penggerak
Guru sebagai pendidik merupakan salah satu dari
7 modal utama, yaitu modal manusia. Guru sebagai pemimpin pembelajaran nilai
dan peran yang sangat penting dalam pembelajarn di kelas sehingga nilai-nilai
mandiri, kolaboratif, reflektif, inovatif dan berpihak pada murid harus
dijadikan landasan dalam terciptanya pebelajar yang sesuai dengan profil
pelajar pancasila. Dan guru juga dapat berperan dalam membangun sinergi di
lingkungan sekolah sebagai pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas
praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, serta
mewujudkan kepemimpinan murid, dengan nilai dan peran guru secara aktif, maka
akan menciptakan generasi unggu dengan memanfaatan modal utama untuk menggali
potensi murid-muridnya.
Visi Guru Penggerak
Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus memilki
visi guru penggerak yang berbasis IA (Inkuiri Apresiatif) melalui alur BAGJA.
Pada konsep terebut dapat juga digunakan sebagai pengelolaan sumber daya yang
ada disekolah. Inkuiri Apresiatif adalah suatu filosofi, landasan berpikir,
yang berfokus pada upaya kolaboratif menemukan hal positif dalam diri
seseorang, organisasi, dan dunia sekitarnya, baik dari masa lalu, masa kini,
maupun masa depan.
Budaya Positif
Salah satu aset/kekuatan berupa modal agama dan
budaya. Budaya positif di lingkungan sekolah merupakan budaya yang mendukung
segala bentuk perkembangan murid dengan tujuan memanusikan manusia dengan
menerapkan disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan
penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, sehingga akan
menghasilkan produk murid yang memiliki karakter kuat di masa depan. Misalnya
dengan melakukan langkah-langkah resitusi dalam menyelesaikan masalah pada
murid sehingga menciptakan murid yang memiliki karakter positif di masa
depannya.
Pembelajaran untuk Memenuhi
Kebutuhan Murid (Berdiferensiasi)
Pembelajaran berdiferensiasi adalah sebuah cara
dalam pembelajaran yang sangat berpihak kepada murid berupa pemetaan murid
berupa kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid yang berbeda sesuai
dengan keunikannya. Sebelum melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, seorang
guru harus sudah melaksakanan pemetaan terhadap minat belajar siswa. Dalam
proses pembelajaran berdiferensiasi akan terwujud, jika pemanfaatan sumber daya
yang ada disekolah seperti guru dan murid, seta modal lingkungan, modal fisik
dan yang lainnya dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Pembelajaran Sosial dan
Emosional
Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) merupakan
strategi seorang pemimpin pembelajaran dalam melakukan kolaboratif oleh seluruh
komunitas sekolah, yang menekankan pada keterampilan dan pengelolaan mengenai
aspek-aspek sosial emosional. Teknik kesadaran diri (mindfulness) juga dapat
dijadikan strategi bagaimana cara mengelola sumber daya manusia, yaitu murid
melalui tahapan tersebut maka potensi kecerdasan sosial emosional anak bisa
berkembang secara optimal.
Coaching untuk Supervisi
Akademik
Coaching merupakan sebuah strategi seorang
pemimpin pembelajaran untuk melakukan pengembangan kekuatan diri pada diri anak
dengan menuntun, mendampingi anak, untuk menggali potensi anak dan
memaksimalkannya. Pada proses Coachee memberikan kesempatan anak-anak
berkembang dan menggali proses berpikir pada diri anak, yang didalamnya
terdapat Caach sebagai pengembangan kekuatan dan potensi pada coachee sebagai
lawan bicara.
Pengambilan Keputusan
Berdasarkan Nilai-nilai Kebajikan Seorang Pemimpin
Sebagai pemimpin pembelajaran dalam prosesnya
akan selalu berhadapan dengan dua situasi yakni, dilema etika dan bujukan moral
yang dituntut pada pengembilan keptusan. Sebagai pemimpin pemimpin pembelajaran
dalam pengambilan keputusan yang baik, diharapkan pada pengambilan keputusan
tersebut dengan mengedepankan keputusan-keputusan yang bermanfaat bagi seluruh elemen
yang terlibat didalamnya,yaitu dengan langkah-langkah pengambilan keputusan
berdasarakn 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian
keputusan. Prinsip tersebut sanat penting karena hal ini sangat terkait dengan
pengelolaan sumber daya yang ada disekolah.
Ceritakan pula bagaimana
hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti modul ini, serta pemikiran
apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti proses pembelajaran
dalam modul ini
Sebelum mempelajari dan memahami modul 3.2
Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya. Dalam langkah-langkah pengelolaan kelas
atau pengambilan keputusan lebih banyak berpikir pada kekurangan.masalah, hal
ini menyebabkan perasaan yang pesimis, keraguan, negatif sehingga berakhir
dengan kegagalan. Dengan mempelajari modul 3.2 ini, wawasan dan pola pikir
mengenai pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya ini menjadi
berubah. Ternyata seorang pemimpin harusnya selalu mengedepankan pola pikir
berbasis kekuatan/aset yang dimiliki sehingga hal ini membuat kita akan
berpikir positif dan optimis dengan memanfaatkan dan memberdayakan sumber daya
atau aset yang ada di sekolah dan lingkungan sekitarnya.